Sejenak bila mata memandang menerawang pada bentangan alam. Maasya’ Allah indahnya, indah sekali. Keindahan yang meresap ke dalam dada. Menjadikan yang memandangnya malu membusungkan dada. Menyurutkan sikap pongah, menyudutkannya agar mengalah dengan sikap menengadah. Lalu menjalar di jalur ibadah, sikap yang sarrat dengan berkah dan maslahah. Indah yang didambakan Islam ternyata bukan sekedar ada pada keserasian antara bukit, pegunungan, pepohonan, rerumputan, warna-warni bunga dan warna langit. Namun termasuk pula para pemilik mata yang memandangnya seharusnya termasuk bagian dan unsur keindahan itu. sebagaimana Firman Allah Swt :
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ía diciptakan? Dan langit baqaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ía ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al Ghaasyiyah: 17, 18, 19, 20).
Setelah menikmati keindahan tataan indah alam di sekelilingnya hendak diteruskan menelusuri susunan indah pada dirinya sendiri: Firman Allah Swt :
Artinya: Dan (juga) dalam dirimu, maka apakah kamu’ tidak memperhatikan? (QS. adz-Dzaariyqat 21).
Menciptakan alam yang indah jelas tidak mudah apalagi luasnya tak terbatas. Langitnya tak bertiang,bumi dan planet-planet tak berpenyangga, sang matahari tak pernah padam tanpa suplai bahan bakar. Subhanallah luar biasa! Untuk siapakah Allah ciptakan semua ini? Jumlahnya tak terhitung, harganya tak terhingga, rahasianya terus tersingkap tapi takkan pernah habis. Siapakah yang mendapatkan keberuntungan besar ini? Tentu buat kepentingan manusia (QS. 2 ayat 29).
Benar-benar Allah sangat Pemurah kepada hamba-Nya. Sering kali Ia memberi sebelum dan tidak diminta. Seringkali Ia memberi perlindungan sebelum dimohonkan. Ia bahkan telah memberikan tuntunan hidup bagaimana hidup sejati itu. Ia-pun mengedepankan dan menonjolkan sikap kasih dan sayang kepada seluruh hamba-Nya yakni ar-Rahman dan ar-Rahim pada ayat-ayat awal dan al-Qur’an. Padahal Ia memiliki sifat perkasa, kekuasaan menyiksa dengan siksaan yang tiada tandingnya, agar hambanya memiliki persepsi dan motifasi untuk menjalin kemesraan dan kecintaan dengan-Nya. Kemesraan ketika dipanggil oleh Dzat yang kasih-Nya tak berpamrih. Kecintgaan ketika diperintah oleh Dzat yang sayangnya tak terbayang smapai dimana batasnya. Karena itu kenikmatan yang dianugrahkan kepada hamba-Nya melimpah ruah tak tercegah, melambung tak terbendung, luar biasa tidak bisa diukur dan dihitung. Firman Allah Swt :
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ía diciptakan? Dan langit baqaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ía ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al Ghaasyiyah: 17, 18, 19, 20).
Setelah menikmati keindahan tataan indah alam di sekelilingnya hendak diteruskan menelusuri susunan indah pada dirinya sendiri: Firman Allah Swt :
Artinya: Dan (juga) dalam dirimu, maka apakah kamu’ tidak memperhatikan? (QS. adz-Dzaariyqat 21).
Menciptakan alam yang indah jelas tidak mudah apalagi luasnya tak terbatas. Langitnya tak bertiang,bumi dan planet-planet tak berpenyangga, sang matahari tak pernah padam tanpa suplai bahan bakar. Subhanallah luar biasa! Untuk siapakah Allah ciptakan semua ini? Jumlahnya tak terhitung, harganya tak terhingga, rahasianya terus tersingkap tapi takkan pernah habis. Siapakah yang mendapatkan keberuntungan besar ini? Tentu buat kepentingan manusia (QS. 2 ayat 29).
Benar-benar Allah sangat Pemurah kepada hamba-Nya. Sering kali Ia memberi sebelum dan tidak diminta. Seringkali Ia memberi perlindungan sebelum dimohonkan. Ia bahkan telah memberikan tuntunan hidup bagaimana hidup sejati itu. Ia-pun mengedepankan dan menonjolkan sikap kasih dan sayang kepada seluruh hamba-Nya yakni ar-Rahman dan ar-Rahim pada ayat-ayat awal dan al-Qur’an. Padahal Ia memiliki sifat perkasa, kekuasaan menyiksa dengan siksaan yang tiada tandingnya, agar hambanya memiliki persepsi dan motifasi untuk menjalin kemesraan dan kecintaan dengan-Nya. Kemesraan ketika dipanggil oleh Dzat yang kasih-Nya tak berpamrih. Kecintgaan ketika diperintah oleh Dzat yang sayangnya tak terbayang smapai dimana batasnya. Karena itu kenikmatan yang dianugrahkan kepada hamba-Nya melimpah ruah tak tercegah, melambung tak terbendung, luar biasa tidak bisa diukur dan dihitung. Firman Allah Swt :
Artinya : Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan, dan jika kamu menghitung nikamt Allah, tidaklah dapa kamu menghinggakannya, sesungguhnya manusia itu sangat Zhalim dan mengingkari (nikmat Allah) (QS. Ibrahin ; 34)
lbnu Katlsir menjelaskan firman Allah “jika kamu mcnghitung nikmat Allah, tiadak dapat kamu menghinggakannya”, Allah Ta’alah mengkhabarkan tentang kelemahan hamha-Nya untuk menghitung nikmat-Nya apalagi untuk mensyukurinya, si’heiriirnana Thalqun bin Habib rahimahullah mengatakan bahwa sesunqquhnya hak Allah lebih berat daripada yang sudah dipenuhi hamha-Nya karena sungguh nikmat Allah itu lebih banyak dari nikmat yang dihitung hamba-Nya, tetapi sebaiknya mereka selalu bertaubat pada pagi dan sore hari. Maka sangat tepat bila Rasulullah saw. pernah mengatakan:
Artinya: Ya Allah segala puji bagi-Mu yang tidak pernah cukup dan tidak boleh ditinggalkan akan tetapi kami membutuhkannya wahai Rabb kami. (HR. Bukhari).
Nikmat Allah dapat dilihat, didengar dan dirasakan tetapi tidak bisa diterka apalagi dihitung. Bila tidak mampu dijumlah mana mungkin manusia mampu membalas atau mensyukuri semua ni’mat Allah tersebut? Jika demikian halnya tidak pantas seorang hamba melupakan Allah padahal ia dikelilingi oleh nikmat-nikmat-Nya. Terbelenggu oleh kebakhilannya. sayang bila secuil nikmat itu diminta oleh Sang Pemberinya, itupun demi kepentingan dirinya. Allah sendiri tidak butuh pada seluruh alam ini apalagi terhadap secuil nikmat tersebut. Setiap nikmat yang didapatkan seharusnya mengingatkan pada siapa yang memberikannya? Setiap nikmat yang dirasakan mestinya menjadikan perasaan makin hidup. Setiap nikmat yang diperhatikan layaknya menjadikan hati semakin hidup. Setiap nikmat yang disandang laiknya memunculkan cara pandang yang semakin hidup. Maka setiap bertambah kuantitas nikmat semakin bertambah pula kualitas khidmat kepada Sang Pemberi nikmat: Firman Allah Swt :
Artinya: Hai manusia, ingatlah akan nikrnat Allah kepadamu Adakah pencita selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, maka mengapa kalian bisa dipalingkan (dan ketauhidan)? (QS. Faathir 3).
Ketika nikmat-nikmat Allah senantisa terpikir, akan semakin nikmat bila diiringi dzikir kepada-Nya. Ketika senantiasa teringat nikmat-nikmat Allah, akan semakin nikmat jika diiringi semangat beribadah kepada-Nya. Ketika semua nikmat ini diakui dan Allah maka terkendalilah sikap keakuan. Jika semua nikmat ini disandarkan kepada Allah berarti jiwa telah disadarkan. Jika sudah demikian tiada kesempurnaan hidup terkecuali setiap meraih dan merasakan kenikmatan senantiasa terasa kasih sayang Allah di dalamnya. Bahkan telah menjadi rumusan apalah artinya nikmat tanpa adanya kalimat Allah yang mendampinginya. Allahlah tambatan hati, Pemilik dan Penguasanya. Allahlah yang menghidupkan hati, memberikan ketentraman dan rasa kebahagiaan. Firman Allah Swt :
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ketahuilah hanya dengan menginga tAllah-lah hati menjadi tentram. (QS. ar-Ra’d 28).
Rasulullah saw. menegaskan bahwa hakikat orang yang hidup adalah orang yang selalu mengingat Allah:
Artinya: Perumpamaan orang senantiasa berdzikir kepada Rabbnya dan orang yang tidak berdzikir kepada Rabbnya bagaikan orang yang hidup dan yang mati. (HR. Bukhari).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengomentari pentingnya dzikir bagi hati: Dzikir bagi hati seperti halnya air bagi ikan, apa yang akan terjadi bila ikan dikeluarkan dari air.
Jadi adalah wajar jika seseorang yang merasakan kebaikan dan pembenaan seseorang itu menjalar ke hati kemudian mengakar lantas nama orang baik tersebut sering keluar dari mulutnya lalu melebar dalam bentuk balas budi. Nah, bila antar manusia kita, bisa menjaga hubungan dengan baik karena adanya kebaikan yang kita rasakan. Maka akan lebih layak dan lebih baik bila kita jalin hubungan yang lebih erat penuh khidmat melalui kalimat-kalimat Allah yang selalu terlantunkan, melalui berbagai aktivitas yang dialamatkan kepada Allah saja. Betapa bahagianya hamba yang semakin dekat kepada Allah satu-satunya Penguasa yang berhak menentukan siapa yang dimuliakan dan siapa yang dihinakan. Dzat yang tetap hidup tidak akan pernah mati. Maka siapakah yang hidupnya benar-benar hidup, kalau bukan hamba-Nya yang dek at dan berserah did kepada Yang Maha Hidup? :
Artinya: Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan untuk bersyukur kepada-Mu dan untuk memperbagus ibadah kepada-Mu. (HR. Dawud)
0 komentar: