Ketika Rasulullah pertamakali diutus sebagai nabi dan rasul, sungguh seluruh kota Mekah menolaknya. Seruan dakwah yang beliau sampaikan terasa asing bagi kebanyakan penduduk. Seruan untuk kembali kepada Allah serasa aneh karna akan menggeser budaya menyembah kuburan dan berhala patung. Ajakan bertauhid kepada penduduk mekah membuat mereka gusar, karena selain akan menggeser budaya lokal juga akan mematikan mata pencaharian para dukun dan pembuat patung. Tidak jarang Rasulullah dan para sahabat yang masih sedikit kala itu mendapat perlakuan kasar dari mayoritas penduduk, beruntung Rasulullah didampingi oleh Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib yang setia mengawal lahirnya Islam sampai akhir.
Islam kemudian berjalan generasi demi generasi, tak luput dari upaya pembelokan keyakian yang dimilikinya, sedikit demi sedikit ajaran Islam kian pudar dikalangan umat manusia. Dari hari ke hari kebanyakan manusia seakan tidak mengerti apa itu Islam, Islam dirasa sadis, Islam dekat dengan teror, Islam anti kebebasan, ujungnya adalah Islamophobia, takut akan Islam. Inilah akhir zaman, dimana firman Allah terbukti dan menghantam logika kita,
“Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar) Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqarah : 120)
Genggam erat agama ini dengan kuat, Gigit dengan Geraham kita, teguhkan iman dalam hati dengan sebenar-benarnya iman, karna Rasulullah mengabarkan,
“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah, diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. (HR. Al-Bukhori)
Islam pada awalnya muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing, maka beruntunglah mereka yang merasa dirinya asing. Inilah sebuah pesan yang pernah disampaikan oleh Rasulullah untuk kita dan umat akhir zaman nanti. Islam pertamakali muncul di tengah-tengah masyarakat arab jahiliyah kerika itu benar-benar dalam keadaan asing. Kebiasaan masyarakat yang menyembah patung, berhala dan kuburan harus dirombak dengan kebiasaan baru, yaitu menyembah Allah Jalla Jalalu. Pertentangan datang dalam beragam bentuk, dari cara hasutan halus hingga kekerasan lemparan batu. Apa saja yang disampaikan Rasulullah mereka menolaknya. Keadaan seperti ini sepertinya tidak berbeda jauh dengan masa kelahiran Islam, setelah empat belas abad Islam lahir, kini Islam sepertinya asing dan berat untuk dijalankan. Apa pasalnya?. Bisa jadi ibadah kidah mengendur dan dikerjakan hanya sebagai syarat pembatal kewajiban, bisa jadi iman kita tak lagi bersangkar di jiwa tapi pemanis status dibibir dan kartu tanda penduduk. Banyak diantara ibadah sunnah dan wajib yang pada saat ini tidak dikerjakan oleh ummat, bisa jadi karna kesibukan dunia. Rapat dikantor yang menyita waktu, terjebak kemacetan dijalan raya, atau memang lupa waktu. Tapi yang bahaya adalah ketika seorang muslim tidak mengerjakan ibadahnya karena takut dibilang alim, padahal ibadah adalah wajib, pengisi dahaga rohani, menjadi jembatan komunikasi antara kita dengan Allah Azza Wajalla.
Gerakan Islamophobia membuat orang menjadi takut melaksanakan ibadah. Tidak sholat karna juragan yang melarang dan masjid yang sangat jauh dari tempat tinggal, tidak puasa dibulan Ramadhan karna semua teman kantor juga tidak berpuasa, tidak mau berzakat karna tidak merasakan manfaat instan. Bila sampai pada posisi seperti ini, menjadi seorang muslim pastilah sangat berat, sebagaimana Rasulullah saw bersabda :
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang merasa dirinya asing”. (HR. Muslim)
Dalam keterasingan yang sudah disebutkan, Rasulullah memuji orang-orang yang merasa dirinya asing dengan kalimat “ Maka beruntunglah orang-orang yang merasa dirinya asing”. Para ulama menafsirkan kalimat itu ditujukan kepada orang-orang yang senatiasa istiqomah diatas agama Allah Azza Wajalla, memurnikan tauhid serta mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Allah swt. Merekalah orang-orang yang senantiasa menjaga shalat, membayar zakat, mengerjakan puasa, bepergian haji dan senantiasa mengerjakan amalan lain yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
“Ada sahabat yang bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah orang yang asing itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang berbuat baik jika manusia telah rusak.” (HR. Ahmad dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani).
Bahkan Allah Azza Wajalla memberikan tempat khusus bagi kita yang berjalan pada jalan Allah, bagi kita yang merasa asing karna memeluk agama Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta.” (QS. Fushilat : 30-31)
Orang yang berpegang teguh dengan agama Islam pasti akan dianggap asing terhadap orang yang benci terhadap Islam. Bahkan banyak yang tadinya teman dan sahabat mendadak ikut mencela dan memusuhinya. Hidup memegang agama tauhid seperti memegang bara api.
“Sebab dibelakang kalian ada hari-hari (yang kalian wajib) bersabar. Bersabar pada waktu itu seperti seseorang yang yang memegang bara api, dan orang yang beramal pada saat itu pahalanya sebanding dengan lima puluh kali amalan prang yang beramal seperti amalannya.” Abu Tsa’labah bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang dari mereka?” Beliau menjawab, “(Bahkan) seperti pahala lima puluh orang dari kalian.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Besarnya keutamaan manusia yang terasing ketika mengerjakan ibadah secara baik dan benar ditengah perbuatan hedoni semua orang. Mendatangi masjid untuk halat berjamaah ketika semua orang memilih berteduh di mall megah, atau ramai berkumpul di food card mencari makanan baru. Walaupun mereka berada dalam keterasingan, sejatinya merekalah orang-orang yang dijaga oleh Allah Azza Wajalla. Keterasingan sama sekali tidak membuatnya risih, justru keterasingan memacu semangatnya menjauhi jalan yang sesat.
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. al-An’am : 116)
Diantara tanda-tanda akhir zaman, zaman sebelum datangnya hari kiamat, akan ada hari-hari yang didalamnya tersebar kejahilan yang disebabkan oleh malasnya manusia. Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya didepan hari kiamat, ada hari-hari yang kejahilan diturunkan didalamnya, dan ilmu diangkat.” (HR. Al-Bukhori)
Ditengah kabut kejahilan yang menyelimuti manusia, tersebarlah berbagai macam maksiat berupa pembunuhan, pencurian, perzinahan, ketamakan terhadap harta dan kemaksiatan-kemaksiatan yang lainnya. Ini semua di akibatkan oleh hilangnya ilmu agama yang bermanfaat ditengah manusia. Rasulullah saw bersabda dalam hadist yang lain :
“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah (masalah), diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. (HR. Al-Bukhori)
Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari manusia, akan tetapi Allah matikan para ulama, sehingga manusia bisa mengangkat pemimpin-pemimpin jahil diantara mereka, maka lihatlah apakah sudah berlaku pada zaman ini?
Ketika janji kampanye akan mensejahtrakan rakyat, tapi semua kebutuhan vital justru dibuat mahal. BBM naik berkali lipat atas nama pasar bebas, Listrik ikut naik atas nama pemerataan, gas untuk memasak didapur juga naik berkali-kali entah atas nama apa. Mengaku peduli pada rakyat tapi hampir saja memberikan fasilitas mobil mewah untuk sesama pejabat. Mengaku independen dan tidak mudah diatur, tapi memberikan jabatan strategis karna pesanan pemilik partai. Mengaku demokratis dan dekat dengan Islam, tapi membredel belasan media Islam di negeri ini tanpa klarifikasi atas tuduhan radikalisme, Astagfirullahal Adzim……!
Realita umat yang ada sekarang ini menggambarkan kepada kita bahwa apa yang disampaikan Rasulullah saw benar-benar terjadi. Ulama seakan tak berdaya dan tak didengar lagi nasehatnya, ironisnya malah justru dikriminalisasi dengan berbagai tuduhan yang tak jelas dan terkesan dibuat-buat. Dalam hal ini wajar saja jika masyarakat mengangkat pemimpin-pemimpin yang jahil. “Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah, diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. Wallahu A’lam
Sejarah membuktikan bahwa hingga saat ini Islam mempunyai banyak sekali golongan, terutama zaman khalifah sayyidina Ali bin Abu Thalib, mulai muncul gerakan dan golongan yang mempunyai perbedaan dalam masalah akidah. Ini adalah fakta yang tidak dapat kita tolak, karna Rasulullah pernah menyatakan bahwa nanti umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan masuk surga. Mereka itu adalah al-Jama’ah.
“Dari Auf bin Malik ia berkata, Rasulullah saw bersabda : “Yahudi terpecah menjadi 71 (Tujuh Puluh Satu) golongan, satu (golongan) masuk surga dan yang 70 (tujuh puluh) di neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang 71 (tujuh puluh satu) golongan di neraka dan yang satu di surga. Dan demi yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di surga, dan yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di neraka.” Ditanyakan kepada Beliau, siapakah mereka (satu golongan yang masuk surga itu) wahai Rasulullah?, Beliau menjawab, ‘Al-Jamaah’. (HR. Ibnu Majah)
Berdasarkan hadist ini, ada sebuah kesimpulan hukum, bahwa semua golongan yang ada akan masuk neraka, kecuali satu golongan yaitu Al-Jama’ah. Jumhur ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan Al-Jama’ah adalah orang-orang yang senantiasa berkumpul dengan para ulama dalam mengamalkan syariat Islam. Ummat yang tidak keluar dari koridor Al-Qur’an dan As-sunnah yang shahih, serta apa saja yang dianggap baik dan dilakukan oleh para sahabat Rasulullah tanpa terkecuali.
Makna ini sesuai dengan sabda Rasulullah tentang Al-Jama’ah. Beliau mengatakan, siapa saja yang berpegang kepadaku, sunnahku dan para sahabatku, apa saja yang dianggap baik dan dilakukan oleh para sahabatku, hendaknya setiap muslim bersatu dan berkumpul dalam petunjuk para ulama yang berpegang dengan Al-Qur’an dan As-sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah, tanpa dibatasi oleh sikap fanatisme golongan, tidak terbatas oleh keanggotaan ormas, partai atau organisasi apapun. Sebagaimana Firman Allah Azza Wajalla:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah atas nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran : 103)
Khazanah Islam
0 komentar: