Senin, 20 Februari 2017

Abu Hurairah, Kontroversinya sebagai perawi hadist


Siapapun yang mempelajari Agama Islam, khususnya mengenai ilmu Hadits, hampir pasti akan menjumpai nama Abu Hurairah. Sebab nama sahabat dekat Nabi Muhammad saw. Ini dikenal sebagai perawi hadits yang amat luas ilmunya dan kuat hafalannya. Dan ucapan beliau ini menurut keterangan dalam kitab Ulum al-Hadits wa Mustalahuhu telah lahir sebanyak 5.374 buah hadits. atau menurut al Kirmani ada 5.364 hadits riwayat Abu Huraiah. Meskipun demikian. kontroversi mengenai reputasinya sebagai perawi hadits juga muncul, terutama seperti yang dihembuskan oleh para orientalis. Mereka ini pada awalnya meragukan kejujuran Abu Hurairah yang kemudian merembet pada tingkat kebenaran hadits yang dibawanya. Logika sederhananya adalah, mengapa Abu Hurairah yang hidup bersama Nabi hanya selama kurang dari empat tahun mampu meriwayatkan sebanyak 5.374 hadits? Bukankah para sahabat lain dari kaum Muhajirin serta kaurn Anshar yang lebih lama hidup bersama Nabi tidak sebanyak itu meriwayatkan hadits? Kontroversi ini akan terjelaskan secara jernih setelah kita kaji pendapat orientalis dan ulama Muslim. Namun sesungguhnya jika kita bersedia mencermati dengan seksama riwayat Abu Hurairah maka kontroversi itu otornatis sirna. Sebab sikap curiga terhadap kejujuran Abu Hurairah hanya bermula dari tidak dipahaminya secara jelas sejarah hidup beliau, terutama pada sebab mengapa beliau sampai meriwayatkan banyak hadits. Oleh karena itu terlebih dahulu dikemukakan riwayat hidup beliau.

Riwayat Hidup Abu Hurairah
Nama Abu Hurairah sebenamya merupakan nama panggilan (kuniyah) saja dan nama aslinya: Abdu Syamsin ibn Sakhr ad-Dausy (Budak matahari anak Sakhar warga kabilah Daus), dari negeri Yaman. Konon ceritanya Sewaktu Abdu Syamsin menggembala kambing menèmukan seekor kucing yang kemudian dimosukkannya ke saku baju luarnya. Ketika keluarganya mendengar suara kucing tadi mereka bertanya itu suara apa yang dijawab suara kucing. Lalu mereka memanggil orang yang dilahirkan pada tahun 21 SH (Sebelum Hijrah) dari ayah Sakhar dan ibu Maemunah itu dengan julukan Abu Hurairah (Ayah kucing betina), Nama lain pemberian Nabi setelah beliau masuk Islam adalah Abu Hirr (Ayah kucing jantan) serta Abdurrahman (Hamba yanq pemurah) ibn Sakhr.

Masuk lslamnya Abu Hurairah berada di tangan Thufail ibn Amr ad-Dausy. Menurut sebuah riwayat sebuah riwayat hal itu terjadi jauh sebelum perang Khaibar. Namun menurut riwayat lain Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ke-7 Hijrah ketika berusia lebih kurang 30 tahun saat mengikuti Nabi pada perang Khaibar. Kompromi dari kedua riwayat tadi adalah bahwa secara syahadah Abu Hurairah telah masuk Islam sebelum perang Khaibar dan baru secara kenyataan bersarna Nabi setelah berhijrah mengikuti Nabi waktu perang Khaibar sehingga banyak orang menyangka baru pada saat itu juga.

Suatu hari beliau diutus oleh kaumnya untuk menemui Nabi. Saat bertemu dan hati ke hati itu menjadi amat tertariklah hatinya kepada kepribadian Nabi sehingga usai itu Abu Hurairah memutuskan untuk berkhidmat (menjadi khadam, pembantu) kepada Rasululah, yaitu dengan hidup bersamanya tinggal di masjid. Demikianlah yang terjadi, Abu Hurairah hidup bersama lebih kurang 70 orang sahabat lain di masjid yang dikenal sebagai Ahl al Suffah (warga kolong masjid). Selama hampir empat tahun, selagi Nabi rnasih hidup, Abu Hurairah selalu bersama Nabi tanpa mau menikah. Sebab segenap waktu yang ada selalu diusahakan bisa bersama Nabi baik pagi, siang, sore, maupun malam agar jangan sarnpai tertinggal dari palajaran, peristiwa ataupun prilaku Nabi, Di kalangan Ahl as.Suffah sendiri peran Abu Hurairah amat menonjol. Pernah beliau diangkat Nabi sebagai Kepala Jama’ ah Ahl as-Suffah karena motivasinya yang melebihi orang lain. Karenanya setiap saat beliau bisa berjumpa dengan Nabi untuk mendengarkan nasihat dan wejangan mengenai beragam hal, Sejak awalnya Abu Hurairah memang berniat melazimi/mengikuti Rasulullah saw, untuk mendapatkan ilmu agama sebanyak-banyaknya. Kemanapun Nabi berada, di masjid. di rumah, pergi berperang selalu beliau mengikuti. Boleh dikata hanya di waktu tidur saja Abu Hurairah tidak bersama Nabi. Sungguh himmah (cita-cita) serta keinginan beliau untuk mendapatkan ilmu sangatlah tinggi. 

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa keinginan untuk memaharni ilmu agama yang banyak itu sampai dengan meminta kepada Nabi untuk mendoakannya agar ilmu dan hafalan yang telah diperolehnya tidak terlupa. Rasul menyuruh Abu Hurairah membentangkan selendang seraya berkata: “Letakkan selendang pada dadamu”, Kemudian Rasul berdoa. Sesudah itu tidak melupakan hadits/ ilmu yang diperolehnya dari Nabi. Pantaslah jika Abu Hurairah memiliki ilmu yang sangat banyak. dalam riwayat disebutkan dua bejana, karena intensitasnya bersama Nabi sangat tinggi. Setelah Nabi meninggal, barulah Abu Hurairah bersedia menikah. Yakni tak lama selelah kaum Muslimin memperoleh kemenangan dan kesejahteraan dengan harta rampasan yang melimpah. Abu Hurairah memperoleh bagian berupa sebuah rumah, harta serta seorang istri. Walaupun begitu, semua kenikmatan yang diperolehnya itu tidak sedikit pun mengubah kepribadiannya yang mulia. Beliau tak pernah melupakan masa lalunya,
Pernah Abu Hurairah bercerita: “Aku dibesarkan oleh ibuku dalam keadaan yatim, kemudian aku berhijrah datam keadaan miskin. Aku pernah rnengambil upah di perkebunan Bani Ghazwan hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Aku pernah pula menjadi khadam (pelayan) menurunkan serta menaikkan keluarga dari dan ke atas kendaraannya. Kemudian aku dikawinkan Allah dengan seorang perempuan”.

Ketika Khalifah Muawiyoh bin Abu Sufyan berkuasa, Abu Hurairah dipercaya menduduki jabatan Walikota Madinah lebih dari satu periode. Keluasan ilmu dan keluwesan pemerintahannya tidak ada yang menandingi pada waktu itu. Sungguh dalam pribadi Abu Hurairah terkumpul kekayaan akan ilmu, taqwa serta sifat wara’. Siang hari beliau berpuasa. Malam hari beribadat sepertiga malam. Kemudian dibangunkannya istrinya yang kemudian si istri beribadat sepertiga malam pula. Sesudah itu istrinya membangunkan anak perempuannya sehingga gadisnya beribadat di sepertiga malam terakhirnya. Karena itu dalam rumah tangga Abu Hurairah tidak putusnya orang beribadat sepanjang malam. Akhirnya Abu Hurairah wafat dalarn usia tua saat Marwan bin Hakam menjadi Walikota Madinah.

Kontroversi Reputasinya Sebagai Perawi Hadits

Kalau bukan karena pendapat dan celaan kaum orientalis sebenarnya kontroversi ini tidak pernah terjadi. Namun dengan celaan itu selain menimbulkan sikap kritis juga secara tidak langsung justru meneguhkan reputasi Abu Hurairah sebagai perawi hadits. Sikap kritis dan keraguan terhadap beliau ini sekadar metoda untuk lebih meyakini reputasinya. Di antara banyak orientalis terdapat tiga tokoh pemicu kontroversi yakni Ignaz Glodziher, Sprengerr serta Juynboll. Secara ringkas pendapat dan Celaan mereka akan dibantah secara logis berdasarkan rujukan yang ada dengan rincian sebagai berikut:

A. Ignaz Goldziher.

‘Para sahabat menaruh curiga dan syak wasangka kepada Abu Hurairah yang telah membanyak-banyakkan hadits Nabi Muhammad saw”. (Encyclopaedia of Islam dalam judul Mohamadanisme). Pendapat lgnaz Goldziher Itu berdasarkan hadits Abu Hurairah yang artinya: Sesungguhnya kamu akan mengatakan bahwa Abu Hurairah telah memperbanyak hadits Rasulullah dan kamu akan menanyakan mengapa orang Muhajirin dan Anshar tidak menceritakannya dari Rasulullah sebagaimana Abu Hurairah? Sesungguhnya saudara-saudara saya dan kaum Muhajirin terlalu sibuk berdagang di pasar padahal saya selalu melazimi Rasul, bukan hanya karena mengenyangkan perut bahkan saya hadir saat mereka tidak hadir dan saya hafal (hadits) saat mereka lupa. Sedangkan saudara-saudara saya dari kaum anshar tertalu sibuk dengan hartanya padahal saya orang termiskin di antara orang miskin Ahl as-Suffah, sehingga saya selalu menghafal saat mereka melupakan. (Fath al-Bari, V: 130.131).

Hadits Abu Hurairah ini menyiratkan rasa takjub sahabat karena rentangan masa bergaulnya dengan Nabi relatif pendek (kurang dari 4 tahun) namun amatlah intensif. Dipahami benar oleh para sahabat bahwa selama masa bergaulnya itu Abu Hurairah tidak pernah berpisah sejengkal pun dari Nabi kecuali saat tidur. Goldziher telah berpendapat salah. para sahabat menaruh curiga dan syak wasangka terhadap Abu Hurairah. Hal yang terjadi bukan begitu. Sebab seandainya Abu Hurairah telah memperbanyak hadits pastilah akan mendapat protes keras dan teguran dari para sahabat. Dalam riwayat tak satu pun yang memprotesnya. Oleh karena itu muatan hadhts tadi adalah rasa takjub para sahabat kepada intensitas pergaulan Abu Hurairah bersama Rasulullah untuk kemudin memakluminya.

B. Sprenger “Abu Hurairah adalah orang alim yang sangat pembohong”. (Shorter Encyclopaedia of Islam)

Ungkapan Sprenger ini kentara berlebihan dan penuh kebencian. Menurut ilmu Hadits, sebuah hadits dapat diterima bila sanadnya/perawinya orang yang adil lagi tsiqah serta muatannya tidak bententangan dengan al-Qur’an. Para ahli juga bersepakat bahwa para sahabat termasuk golongan orang yang tidak perlu lagi diteliti dan diselidiki sejarah hidupnya karena mereka tergolong as-Sabiqunal-Awwalun yang telah diberi penilaian baik langsung oleh al-Qur’an.
Kalau toh harus diteliti keadilan para perawi, tentunya rangkaian setelah sahabat, yakni tabi’in ataupun tabiiat-tabiin; bukan pada Abu Hurairah melainkan perawi-perawi sesudahnya. Sebab sandaran hadits selain kepada Abu Hurairah juga kepada banyak sahabat lain seperti Ibn Umar, Anas bin Malik, Aisyah, Jabir, dll

C. Juynboll: “Kejujuran Abu Hurairah perlu diragukan, mungkin sekali berbuat dusta karena kejujurannya masih diperdebatkan”. (Shorter Encyclopaedia of Islam dalam judul “Hadith”)

Banyak kitab hadits dan kitab tarikh yang masyhur lagi terpecaya seperti Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, al- Isabah, al-isti‘ab, Tahzib al-Asma, Rijal Haula ar-Rasul yang memuat dengan jelas lagi gamblang akan kehidupan Abu Hurairah baik keluasan ilmunya, kabilah dan nasab keturunannya, sifat dan karakterya serta kelahiran dan wataknya. Dalam kitab-kitab tersebut tidak ada satu riwayat pun yang menunjukkan kedustaan Abu Hurairah. Pendapat Juynboll paling mungkin muncul disebabkan dia kurang menguasai secara jernih sejarah hidup Abu Hurairah terutama pada sebab mengapa Abu Hurairah sampai meriwayatkan banyak hadits. lntensitasnya bersama Rasul tidak dia pahami. Sementara seperti kita pahami jiwa Abu Hurairah digugah oleh ayat 159 surat al-Baqarah:

Sesunguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua makhluk”.

Para orientalis tersebut di atas berpendapat dengan dasar sangkaan buruk (suuzhan) kepada Abu Hurairah sebagai perawi hadits. Sebenarnya celaan para orientalis seperti itu tidak hanya kepada Abu Hurairah melainkan juga kepada tokoh, ulama dan pemimpin Islam yang lain. Tujuannya agar dasar syari’at Islam tidak bisa tegak berdiri. Khususnya kepada Abu Hurairah, celaan dan perendahan martabatnya ini berkaitan dengan peranannya yang besar dalam soal Ilmu Haidts untuk tegaknya hukum dan syar i’ at Islam. Seolah yang mereka terapkan metode ilmiah namun sesungguhnya pendapat mereka tidak beralasan dan tanpa bukti. Ulama Muslim juga punya pendapat mengenai Abu Hurairah ini yang secara diametral bertentangan dengan pendapat para orientalis. Pendapat Imam Syafi’i: “Abu Hurairah adalah salah seorang sahabat yang paling banyak menghafal (hadits) di antara para sahabat di masa itu”. Sementara pendapat lmam Bukhari; “Yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairab sebanyak 800 orang ahli ilmu dan beliau termasuk salah seorang yang paling menonjol’. Pendapat Ibn Katsir: “Abu Hurairah adalah seorang yang jujur. banyak menghafal (Hadits), ahli agama, ahli ibadat seorang zuhud dan beramal salih”. (As-Sunnah; 433-434).

Akan halnya Abu Hurairah yang bergaul dengan Nabi selarna kurang dari empat tahun tetapi sudah bisa menghafal dan meriwayatkan hadits sebanyak 5.374 buah, kita ummat Islam tidak perlu ikut su’uzhan serta merasakan aneh. Bukankah tidak sedikit orang Indonesia yang bisa menghafal seluruh al-Qur’an (6.326 ayat) yang bukan bahasanya sendiri dalam jangka waktu 2 hingga 3 tahun saja? Itulah pada hafidz. Hal itu sungguh bergantung pada minat dan dorongan yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu bukan hal sukar bagi Abu Hurairah untuk menghafal banyak hadits karena beliau mendengar, melihat. mengalami serta menghayati langsung semua aktivitas sehari-hari Rasulullah saw. dalam waktu hampir empat tahun. Lebih-lebih motivasi, himmah dan keinginan beliau untuk menguasai banyak ilmu dari Rasul sudah dikenal amat kuatnya.

Penutup

Secara ringkas uraian di atas bisa disimpulkan dalam dua pernyataan beriikut:

a. Riwayat hidup Abu Hurairah sebagai sahabat dekat Nabi Muhammad saw. amat gamblang lagi tegas baik mengenai kabilah dan nasab keturunannya, keilmuannya, sifat dan karakternya maupun mengenai kelahiran serta wataknya. Tiada kedustaan sedikitpun mengenai hal itu yang bersumber dari kitab hadits dan kitab tarikh yang terpercaya.

b. Kontroversi mengenai reputasinya sebagai perawi hadis hanya muncul dari pendapat pribadi (subjektif) para orientalis yang disemangati oleh sangkaan jelek (.su’uzhan). Lebih jauh lagi, usaha para orientatis untuk mencela dan merendahkan martabat Abu Hurairah adalah untuk merongrong tegaknya syari’at Islam.

0 komentar: