Kembalilah Kepada Allah Sebelum Bencana Dahsyat Melanda
Ketika badai krisis multi dimensi menghantui dan merusak ketentrarnan hidup bangsa ini.
Ketika bangsa yang amat kaya raya ini, terpuruk hina menjadi bangsa tergolong miskin dan pengemis hutang
Ketika kekerasan, kezhaliman, kelicikan dan ketidak adilan menghiasi perjalanan hidup bangsa yang justru mayoritas penduduknya Muslim bahkan digembar-gemborkan tempat berkumpulnya banyak ulama’, orang-orang shaleh, wali-wail Allah dan orang-orang yang terarnat mencintai Rasulullah saw.?
ketika ukhuwwah lslamiyah sulit diwujudkan ditengah masyarakat yang terkenal lembut, sopan, ramah-tamah dan amat menjunjung sunnah Rasulullah saw.
Ketika berbagai bencana; banjir, tanah longsor, angin kencang menambah pedih dan pahitnya suasana.
Ketika……
Ketika……
Ketika badai krisis multi dimensi menghantui dan merusak ketentrarnan hidup bangsa ini.
Ketika bangsa yang amat kaya raya ini, terpuruk hina menjadi bangsa tergolong miskin dan pengemis hutang
Ketika kekerasan, kezhaliman, kelicikan dan ketidak adilan menghiasi perjalanan hidup bangsa yang justru mayoritas penduduknya Muslim bahkan digembar-gemborkan tempat berkumpulnya banyak ulama’, orang-orang shaleh, wali-wail Allah dan orang-orang yang terarnat mencintai Rasulullah saw.?
ketika ukhuwwah lslamiyah sulit diwujudkan ditengah masyarakat yang terkenal lembut, sopan, ramah-tamah dan amat menjunjung sunnah Rasulullah saw.
Ketika berbagai bencana; banjir, tanah longsor, angin kencang menambah pedih dan pahitnya suasana.
Ketika……
Ketika……
Tidakkah hati kita tersentuh dan terenyuh melihat kejadian-kejadian tersebut? Tidakkah hati kita bargetar khawatir jika bancana dan malapetaka ini akan semakin parah dan samakin dahsyat? Tidakkah hati kita kemudian tarsadar menyimpulkan apa penyebab semua ini?
Artinya: Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orong-orang yang memiliki pandangan. (QS. al asyr 2).
Sebagai saorang Mu’min tentunya menerima tanpa reserve, yakin tanpa pertimbangan. menyimpulkan tanpa diuji jika Sang Pencipta alam ini yang sekaligus mengatur dan paling memahami seluk-beluk siklus kehidupannya, telah menunjukkan apa penyebab kerusakan pada bumi ini :
Artinya: Pasti akan terjadi kerusakan di daraton dan dilautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembauli kejalan yang benar. (QS. ar-Ruum 41).
lbnu Katsir menjelaskan: “Berkurangnya tanam-tanaman dan buah-buahan karena kemaksiatan”. Sedangkan Abul Aliyah mengatakan: “Pelanggaran terhadap aturan Allah menyebabkan rusaknya bumi ini karena baiknya bumi dan langit karena ketaatan kepada Aturan Allah”. Setiap pelanggaran sekecil apapun pasti berakibat buruk. Jangankan pelanggaran terhadap aturan Allah Sang Penguasa jagat raya ini, melanggar aturan manusiapun ada akibat buruknya. Seluruh manusia sebenarnya amat memahami hal ini. Pada ayat di atas Allah menghendaki agar bencana-benca yang terjadi bisa menjadi peringatan agar manusia kembali ke jalan Tuhannya. Tetapi pada kondisi seperti ini justru berbagai pelanggaran meningkat; korupsi semakin mengganas, nyawa semakin tidak berharga, fitnah semakin memuncak, ukhuwwah semakin terkoyak, hukum semakin melamah dan Kalau demikian faktanya setiap Muslim yang shaleh terutama para ulama’ pasti merasakan getaran hati karena takut kepada ancaman Allah semakin berguncang keras. Takut jika Allah menimpakan bencana yang lebih dahsyat dan lebih mengerikan.
Segeralah kembali kpada Allah, jika tidak malapetaka yang lebih besar akan datang. Firman Allah:
Artinya: "Dan kembalikanlah kalian kepada Rabmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab menimpa kailian kemudian (karena dahsatnya) kalian tidak tertolong”. (QS. az Zumar ; 54).
Al-Ashfahani menjelaskan makna al-inaabah pada ayat ini: “Kembalilah kepada Allah dengan taubat dan ikhlash beramal shaleh”. Ibnu Katsir menyatakan: “Segeralah bertaubat dan beramal shaleh sebelum siksaan Allah datang”.
1. Kembalilah dari jalan syetan menuju jalan Rasulullah saw.
Firman Allah swt.:
Artinya: "Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim, menggigit kedua tangannya, seraya berkata: “Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakoan besarlah bagiku, kiranya aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrab. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur’an itu setelah datang kepadaku. Dan syetan itu tidak mau menolong manusia”. (al-Furqon 27, 28, 29).
2. Kembalilah dari sikap fasik, bakhil menuju sikap taat dan dermawan
Berdasarkan firman Allah swt.:
Artinya: Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orong yang hidup mewah dinegeri itu( supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakoan, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (al-Israa’ : 16).
3. Kembalilah dari sikap loyal (Setia), taat kepada pembesar dan pemimpin secara taklid tanpa kritis menuju sikap taat dengan syarat tidak bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Berlandaskan titah Penguasa alam raya ini:
Artinya: Pada hari ketika muka mereka dibolak-balik di dalam neraka mereka berkata: “Seandainya kami taat kepada Allah dan taat kepada Rasul”. Don mereka berkata: “Ya Rabb sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benor). Wahai Rab kami timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar. (al-Ahzab 66, 67, 68).
4. Kembalilah enggan dan malas mendengarkan atau memahami peringatan- peringatan al-Qur’an menuju sikap penduli dan semangat mendengarkan atau mendalaminya.
Jika hal tersebut tidak dilakukan akibatnya sangat fatal. Firman Allah swt.:
Artinya: dan berkatalah mereka (penduduk neraka): “Seandainya dulu (ketika di dunia) kami tekun mendengar atau memikirkan (peringatan itu) pastilah kami tidak akan menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala ini. (al Mulk 10).
Jika kita tega terus mmbohongi hati nurani yang semakin bersih oleh pelbagai ibadah dan dzikir selama ini. Jika kita senantiasa memungkiri bis\ikan hati untuk memihak kebenaran karena dorongan taqwanya. Jika kita tetap enggan memberi kesempatan suara lantang hati yang amat peka membedakan antara haq dan batil, antara baik dan buruk antara mashlahah dan mafasadah.
jika kita tak lagi mempedulikan vonis dan hati, bahwa kaum Muslirnin semakin jauh dari ajaran-ajaran Allah yang pasti benar, dalarn berkeluarga, berekonomi, bemasyarakat, berpolitik, dan bernegara agar kita segera kembali kpada Allah maka tunggulah kehancuran negeri ini,
Naudzu billahi min dzalik!
0 komentar: