Pengantar
Islam merupakan satu-satunya agama samawi yang membeiikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Perhatian ini dibuktikan melalui turunnya wahyu pertama QS. al-A’laq 1-5. Sebagian mufassirin menyatakan bahwa ayat tersebut sebagai proklarnasi motivasi dan revolusi terhadap ilmu pengetahuan. Selain itu, Islam juga memberikan penghargaan yang sederajat antara orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus memberikan skala prioritas yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Tanpa itu, kita akan terus diatur, dijajah, dan didekte oleh bangsa lain yang telah lebih tinggi kemajuan ipteknya. Selain itu, dengan kemajuan Iptek kita dapat menyejahterakan kehidupan ummat manusia, dan mengelolah alam semesta.
Membahas masalah Sains dalam Islam berarti kita membicarakan kedudukan sains dalam pandangan Islam serta pemberdayaan ilmu pengetahuan untuk kepentingan da’wah Islam.
Aspek Hukum Formal
Islam mengajarkan kepada kita memikirkan ayat-ayat Allah baik ayat Qauliyah (al-Qur’an dan as-Sunnah) maupun ayat-ayat Qauniyah atau fenomena alam semesta, di mana di dalamnya sarat muatan multi iptek. Dalam al-Qur’an juga banyak kita jumpai ayat-ayat yang menyuruh kita untuk mempelajari, meneliti, dan memperhatikan ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali telah melakukan penelitian terhadap dalil-dalil al-Qur’an dan Sunnah sebagai hukum formal, dan sampai pada satu kesimpulan bahwa, dalam kitab al-Qur’an terdapat 250 ayat tentang masalah legislatif, dan terdapat 763 ayat atau 12% dari jumlah ayat alQ ur’an yang langsung berhubungan dengan ilmu pengetahuan (Sidi Gazalba : 1970: 155). Belum lagi tentang haditsh hadits yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Terdapat banyak hadits yang diriwayatkan dari berbagai sumber tentang perlunya menuntut ilmu serta manfaat-manfaatnya. Di antaranya ayata yat al-Qur’an yang membahas ilmu pengetahuan antara lain: QS. al-Alaq 1- 5, al-Mujaadilah/58: 11, az-Zuman/39:9, al-Ghaashiyah/88: 17-20, Ali lmran/3: 190-191, dan lain-lain. Khusus dalam QS. al-Ghaasyisyah 17-20, kita diingatkan Allah, apakah kita tidak meneliti bagaimana onta diciptakan. Ibrahnya kita diberi tugas untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu biologi.
Demikian pula kita diperintahkan untuk mengam ati bagaimana langit ditinggikan. Artinya kita harus mempelajari ilmu tentang kosmologi, ilmu alam, astronomi, fisika, dan lain-lain. Kemudian kita juga disuruh memikirkan tentang bagaimana gunung-gunung ditegakkan. Maknanya kita juga diperintahkan untuk mempelajari ilmu bumi, geofisika, geologi, dan lain-lain yang kesemuanya termasuk dalam sains modern.
Demikian pula dua kata ‘ulama Sebagaimana disebutkan dalam QS. Fathir/ 35:28 dan QS. asy-Syu’ara/26: 197 dikemukakan dalam konteks ajakan untuk memperhatikan fenomena alam serta dalam konteks uraiannya sebagai satu kebenaran pemaparan sains oleh al-Q ur’an. Bahkan al-Qur’an menyebutkan kata ‘ilm’ dalam berbagai bentuk dan artinya sebanyak 854 kali. ini menunjukk an bahwa dan aspek hukum formal, il-mu pengetahuan mendapatkan perhatian yang luar biasa dalam Islam. Sebagai bukti bahwa al-Qur’an mempunyai muatan ilmu pengetahuan, antara lain: teori tentang Expanding Universe (Kosmos yang mengembang) QS. Adz-Dzariyah 5l;4. Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya matahari (QS. Yunus/lO: 5). Zat hijau daun (chlorofil) yang berperan mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui proses fotosintesis, sehingga menghasilkan energi (QS. Yaasin/36: 80). Bahwa mañusia diciptakan dari sari tanah berupa sperma laki-laki dan setelah fertilisasi (pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS. at-Tariq/86: 6-7, dan QS. Al-Lail/92: 2). Di samping itu masih banyak lagi paradigma sains yang diungkap dalam al-Qur’an sebagaimana ditulis Prof. DR. Syekh Thanthowi Jauhari dalam bukunya A1-Qur’an wa Ulumul ‘asyriyah (al-Qur’an dan ilmu pengetahuan modern). Oleh karena itu, DR. Maurice Bucale dalam bukunya La Bible Le Coran Et La science (A1-Qur’an, Bible dan Sains modern) dalam kesimpulannya menyatakan bahwa al-Qur’an mempunyai pernyataan-pernyataan ilmiah.
Aspek Sejarah.
Aspek bukti sejarah ini lebih menjadi transparan dan tidak terbantahkan lagi bahwa al-Qur’an mempunyai pengaruh luar biasa terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Ini terbukti dengan prestasi spektakuler yang diraih oleh ilmuwan Islam di masa silam. Disebutkan bahwa selama 3,5 abad berturut-turut dan abad ke-8 sampai 12 M, para ilmuwan Islam telah berhasil menempati jenjang terhormat dan menciptakan dasar-dasar ilmu pengetahuan pada masa keemasan Islam, antara lain:
- Jabir bin Hayyan dikenal dengan nama Geber adalah ahli kimia dan Metalurgi dari Saudi Arabia.
- Al-Khawarizmi (Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi) pakar matematika dan astronomi dari Baghdad.
- lbnu Khaldun, ahli sosiologi dan Sejarah.
- Al-Razi (Abubakar Muhammad Ibn Zakariya atau Razes) ahli kedokteran dan filsafat yang mendapat julukan Hippocrates Islam dan Socrates Islam.
- Al-Mas’udi (Abu Hasan Au al-Mas‘udi) ahli sejarah dan geografi dan Baghdad.
- Al-Biruni (Abu Rayyan Muhammad Ibn Ahmad al-Biruni), ilmuwan paripurna mulai Matematika, astronomi, fisika, kedokteran hingga sejarah dan geografi.
- Ibnu Sina (Abu Au Ibn Sina) atau Avic iena yang dijuluki Prince of Phisic ians.
- Prof. DR. Abdussalam dari Pakistan yang pernah meraih hadiah nobel 1979 dalam bidang Fisika (abad ke-20).
Pertama, menghayati sungguh-sungguh dari semua ayat dan hadits tentang iptek.
Kedua, menyadari sungguh-sungguh statusnya alim sebgai pewanis nabi.
Ketiga, sangat toleran dengan non- Muslim.
Pengembangan eksperimen-eksperimen ilmu nengetahuan yang berdasarkan paradigma al-Qur’an akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan ummat manusia. Dengan demikin ketika menaruh perhatian serius pada ayat-ayat al-Qur’an dan hadits tentang ilmu pengetahuan, maka kita akan memiliki sejumlah ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berarti al-Qur’an telah membuka nuansa berfikir kita untuk menciptakan iptek. Di sinilah kelebihan manusia, dengan akal dan pikirannya berjihad dan berijtihad untuk kepentingan ummat dengan menggunakan iptek sebagai mediatornya. Adapun pemberdayaan iptek untuk memperkuat posisi kita sebagai khalifah Tuhan di muka bumi dengan tugas utamanya adalah untuk beribadah kepada Allah, dan untuk kemakmunan (QS. Hud/11: 61). Bukan untuk hal-hal yang dilarang Allah (QS. al-Qashash/28: 77).
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan: pertama, al-Qun’an dan sains telah menjadi penggerak utama manusia untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Hal tetsebut dibuktikan baik melalui aspek hukum maupun kesejahtenaan. Kedua, pemberdayaan iptek menurut Islam adalah bagaimana mewujudkan kemakmunan bagi ummat manusia. Karena itu pemanfaatan iptek tidak boleh dipisahkan dari agama. Bahkan harus sejalan dengan moralitas dan etika Islam.
0 komentar: