Selasa, 07 Februari 2017


Tawakkal kepada Allah adalah salah satu ibadah hati yang paling utama dan merupakan bukti keimanan yang benar, yang dapat mendatangkan kecintaan Allah swt. (3: 159). Dan tawakkal itu sama sekali tidak boleh kecuali hanya ditujukan kepada Allah semata (5: 23). Allah berfirman:
Artinya: Jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 159). 
Ketika seorang laki-laki datang ke masjid Nabawi bersama kendaraannya (ontanya), ia bertanya kepada Rasulullah saw: “Apakah ia kubiarkan begitu saja lalu aku bertawakkal kepada Allah, atau ia aku ikat lalu aku bertawakkal?” Maka beliau menjawab: “lkatlah, lalu bertawakkallah”. (Hadits diriwayatkan oleh lhnu Khuzaiman dalam At-Tawakkal dan Thabrani dari Amr bin Umayyah al Atmariy).  

Makna Tawakkal  

Secara bahasa Tawakkal artinya menyerahkan dan menyandarkan. Tawakkal kepada Allah berarti ia telah menyerahkan dan menyandarkan urusannya kepada Allah swt. Sedang menurut istilah Tawakkal ialah:

1. Berserah diri pada ketetapan dan taqdir Allah swt.
2. Bergantungnya hati kepada Allah swt. secara sungguh-sungguh dalam meraih kemaslahatan dan mencegah kemudharatan, baik yang berhubungan dengan urusan dunia maupun urusan akhirat.

Beda Tawakkal dengan Ittikal  


Kalau Tawakkal itu berusaha keras dan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan dengan cara yang ditetapkan dan diridhai Allah, baru Ia menyerahkan dan menyandarkan hasil urusan itu kepada Allah. Sebagaimana kisah sahabat Nabi di atas, Ia mengikat dulu ontanya, baru Ia menyerahkan dan menyandarkannya kepada Allah, jika ia sudah berusaha seperti itu ontanya hilang. maka itulah takdir dari Allah. Jadi orang yang bertawakkal itu harus usaha dulu, untuk mendapatkan kekayaan harus bekerja, untuk sembuh dari penyakit harus berobat, untuk memperoleh ilmu harus rajin dan tekun belajar, dll baru ia bertawakkal kepada Allah tentang hasilnya.
Sedangkan ittikal itu menyandarkan dan menyerahkan hasil kepada Allah tanpa disertai usaha keras dan sungguh-sungguh lebih dulu. Orang yang Ittikal itu ingin mendapatkan harta tanpa kerja, ingin sembuh dari penyakit tanpa harus berobat, ingin pandai dan ahli dalam sesuatu ilmu tanpa belajar, ingin masuk surga tanpa usaha harus rajin ibadah dan taat kepada Allah swt. Tawakkal itulah yang benar dan disyari’atkan oleh Allah sedang Ittikal terlarang, tidak disyari’atkan oleh Allah. Dalam sebuah Hadits Riwayat Bukhari Musilm dari sahabat Mu’adz bin Jabal ra. berkata: “Aku pernah diboncengkan Nabi saw. di atas seekor keledai. Lalu beliau bersabda kepadaku: Hai Muadz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah?” Aku menjawab:
‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’ Beliaupun bersabda: “Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya”. Aku bertanya:

Artinya: Ya Rasulullah! Bolehkah aku sampaikan berita gembira ini pada manusia?Jawab Rasulullah: Janganlah kau sampaikan berita gembira ini pada mereka, sebab mereka nanti akan Ittikal (apatis, ingin hasil tanpa usaha, hanya menyandarkan pada kasih sayang Allah).  


Keutamaan Tawakkal

1. Tawakkal merupkan satu sifat dari sifat-sifat orang Mukmin.

Artinya: Dan hanya kepada Allah sajalah hendaklah orang-orang Mukmin, bertawakkal.
(QS. Ibrahim 11)

2. Orang yang bertawakkal dijamin rizkinya oleh Allah swt. Nabi saw. bersabda:

Artinya: Sekiranya kalian, bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya bertawakkal, niscaya Dia (Allah) akan memberikan rizki pada kalian sebagaimana Dia memberi rizki pada burung, yang pergi dalam keadaan kosong perutnya dan kembali lagi dalam,, keadaan kenyang. (HR. Tirmidzi, ibnu Majah dan Ahmad).

3. Orang yang tawakkal berada dalam perlindungan Allah, hingga syetan tidak mampu memperdayainya, sebagai mana yang terkandung dalam do’a tatkala keluar rumah. Nabi saw. bersabda:

Artinya: Barangsiapa yang membaca do’a ketika keluar rumahnya: (Dengan nama Allah, Aku bertawakkal kepada Allah, Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali milik Allah), maka dikatakan kepada orang itu; Engkau diberi hidayah, engkau dicukupi dan dilindungi serta syetan menjauh darinya dan berkatalah syetan itu kepada syetan lainnya; Bagaimana kamu dapat mengganggu orang yang telah diberi hidayah, kecukupan dan perlindungan. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

4. Orang yang bertawakkal kelak di akhirat masuk surga tanpa hisab dan adzab. Sebagaimana dikisahkan dalam hadits bahwa ummat Nabi saw. ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa hisab dan adzab, lalu beliau menjelaskan sifat-sifat mereka:

Artinya: Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah (guna-guna, mantra yang bukan dari Qur’an atau hadits), tidak minta di kai (dicos dengan besi yang dipanaskan dengan keyakinan dapat menyembuhkan penyakit) dan juga tidak beramal nasib dengan burung, serta hanya kepada (Allah) Rabb mereka, mereka bertawakkal. (HSR. Bukhari dan Muslim).  


Medan Tawakkal  

Medan Tawakkal amat luas, mencakup segala sesuatu yang dituntut manusia dan yang diinginkannya dari berbagai urusan dunia maupun urusan akhirat. Rizki manusia telah dijamin dan ditetapkan bagian masing-masing oleh Allah (11: 6) dan (29:60), manusia tinggal mengusahakannya, mengeluarkan jerih payah mencarinya, rizki itu juga datang menyertai keberadaan anak-anak (17: 31), karena itu termasuk kejahatan besar di abad modern ini adalah orang yang melakukan aborsi, karena takut anak-anak yang lahir akan makan bersama mereka, seolah-olah merekalah yang memberi rizki, padahal Allah swt. berfirman:

Artinya: Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rizki pada kalian dan kepada mereka. (QS. al-An’am 151).

Orang Mukmin yang bertawakkal kepada Allah setelah berusaha agar dikarunia istri yang shalihah dan anak-anak yang shalih shalihah (25: 74), serta bertawakkal kepada Allah agar Dia menganugerahi afiat dan menolongnya dari kezhaliman orang-orang yang zhalim.
Bahkan bertawakkal dalam memperjuangkan dan menegakkan agama Allah, menolong dakwah, menguatkan syar i’ah, menyampajkan risalah, berjihad menghadapi musuh Islam hingga yang benar tampak benar, yang batil tampak batil, keadilan menjadi tegak, kezhaliman tersingkirkan, manusia keluar dan kejahiliyahan menuju keislaman yang terang benderang sehingga Islam ini menang atas seluruh agama yang lain. Walaupun berat risikonya, karena harus berhadapan dengan kekuatan dunia yang didominasi oleh orang-orang kafir, Yahudi, Salibis, Komunis, dan Paganis (8: 73), hingga ia akan dicap sebagai TERORIS, FUNDAMENTALIS, EKSTRIMIS, dll, tapi orang Mukmin pantang mundur, menyerah, putus asa, ia hadapinya dengan shabar dan Tawakkal sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an:

Artinya: Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersbabar terhadap gangguan-gangguan yang kalian lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri. (QS. Ibrahim 12).  


Kendala-kendala Tawakkal  

1. Tidak mengetahui kedudukan Allah.

Orang yang tidak mengetahui bahwa Allah itu Pencipta, Pengatur, Pemilik alam semesta seisinya, Maha Kaya, Maha Kuasa, Maha Pemberi Rizki, Maha Pengasih dan Penyayang, Pemurah, dll sifat Allah Yang Maha Sempurna, jauh dari segala sifat kekurangan. Allah tidak butuh pada apa yang ada di bumi maupun di langit tapi manusialah yang butuh pada Allah. Mereka yang tidak tahu Allah dan Asma dan Sifat-Nya ini, sulit digambarkan akan bergantung, menyerahkan dan menyandarkan urusannya kepada-Nya, karena bagaimana mungkin dia bergantung pada sesuatu yang tidak diketahuinya? mustahil. Andaikata tidak ada orang lain yang mengingatkan kebodohannya, maka selamanya dia akan berada dalam posisi yang salah, tidak akan memperoleh hasil dan keperluannya tidak bisa terpenuhi.

2. Tertipu Diri Sendiri.

Orang yang sukses dalam hidupnya, banyak hartanya, tinggi kedudukan dan kehormatannya, banyak pendukung dan pengikutnya dan lain-lain yang biasa dibanggakan oleh kebanyakan manusia, umumnya merasa tidak membutuhkan Allah, sehingga Ia tidak mau bergantung dan bersandar kepada-Nya. Bahkan dia tidak mau memandang Allah sama sekali. Barulah setelah kenikmatan itu diambil oleh Allah dia sadar kalau dirinya adalah makhluk yang lemah, tidak berdaya dan tidak mempunyai kemampuan (lihat kisah dalam al-Qur’an Surat al-Kahfi: 34-35).

3. Mencintai Dunia dan Terpedaya Olehnya

Allah telah memperingatkan agar kita tidak terpedaya oleh dunia sebagaimana Dia mempeningatkan agar kita tidak tepedaya oleh syetan:

Artinya: Hai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakanmu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakanmu tentang Allah. (QS. Faathir:5).

Orang yang mencintai dunia, menjadikan sebagai tujuan hidupnya, hatinya hanya diisi ambisi untuk mencarinya (53: 29) itulah orang yang tersesat dari jalan Allah. Hamba dunia tidak mungkin memurnikan ibadahnya kepada Allah, sebab Allah tidak menjadikan seseorang memiliki dua hati dalam relung hatinya (33:4).

Barangsiapa yang tidak memurnikan ibadahnya kepada Allah, tentu tidak mengenal tawakkal kepada-Nya, karna tawakkal merupakan keharusan peribadatan kepada Allah;

Artinya: Katakanlah Dialah Rabbku, yang tiada Ilah selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan hanya kepada-Nya aku bertaubat. (QS. an-Ra’d:30).

Beruntunglah orang yang mengetahui nilai dunia hingga Ia tidak terpedaya olehnya, bahkan memudahkan dia menuju jalannya ke surga. Ya Allah, janganlah Engkau jadikan cobaan kami dalam agama kami, dan janganlah engkau jadikan dunia sebagai hasrat kami yang paling besar dan tujuan pengetahuan kami.

Artinya: Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Mumtahanah 4-5)

0 komentar: