Senin, 27 Februari 2017

Pertempuran Al-Manshura ( 1250 ), Sepenggal Kisah dari Perang Salib Ke Tujuh


Sebagaimana kita keahui bahwa Perang Salib VII merupakan episode angkatan pasukan salib yang terakhir dari seluruh gugusan Perang Salib yang terjadi (1096-1273). Terakhir kali serangan konvensional dunia Barat atas dunia Islam itu dilakukan atas desakan Paus Gregory X (1271-1276) dari Vatikan. yang di dukung oleh King Edward 1(1272- 1307) dari Inggris dan Louis IX dari Prancis, serta King Charles of Naples (I268- 1285). Namun kemudian pasukan Salib yang berangkat tahun 1270 ini. bukan berangkat menuju Palestuia atupun Mesir, melainkan menycrang wilayah Tunisia. Sedangknn King Edward dan pasukannya, meninggalkan pasukan Prancis, berangkat menuju Palestina. Pasukan Salib yang terakhir ini dihadapi oleh pasukan kawn Mulimin di bawah pimpinan Sultan Baibar al-Zhahir (12.59-1277) dari daulat al-Mamluk. Akhirnya pada tahun 1272, King Edward meminta gencatan senjata, kemudian pulang ke Inggris. Adapun perang di Manshura ini terjadi tahun 1250 M.
Pertempuran di Al.Manshura Sejak futuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslimin (1244), Paus Innocent IV menyerukan agar dibentuk angkatan pasukan Salib lagi untuk merebut kembali Yerussalem. Pada waktu itu Louis IX (1226- 1270). raja Prancis bersedia memimpin ekspedisi angkatan Salib ini, Angkatan Salib ini mempunyai corak dan wama yang lebih pekat. karena kaum Salib didorong oleh semangat keagamaan yang mendalam.

Louis IX bersama beberapa orang raja Kristen dan pasukannya berangkat menuju Mesir pada tahun 1248. Mereka sampai di perairan Mesir pada 21 Safar 647 H/Juni 1249 M. Ketika itu Mesir diperintah oleh, Sultan Malikush-Shaleh dari Emirat al Ayyubiyah. Sewaktu mendengar kedatangan pasukan Salib tersebut, Sultan dan beberapa pengiringnya tengah dalam perjalanan pulang dari Syiria.

Kemudian Ia segera menggerakkan pasukannya menuju Mesir. Dalam perjalanannya ia diusung oleh tentaranya. karena dalam keadaan sakit keras. Di sisi lain, Louis IX segera mengirimkan utusan kepada raja Mesir atas nama seluruh bangsa Kristen menuntut supaya Sultan dan kaum Muslimin menyerah. serta meyakinkan bahwa perlawanannya akan sia-sia belaka. Sementara itu Sultan Malikush-Shaleh membalasnya dengan ancaman dan tantangan serta memperingatkan Louis IX dan pasukannya akan akibat-akibat kecerobohannya.

Dalam pada itu angkatan pasukan Salib sudah sampai di daratan, bergerak dan menduduki bandar Dimyat. Dengan serangan tiba-tiba ini, pasukan kaum Muslimin membuat strategi militer, mengundurkan diri ke al-Manshura, sebuah kota kecil yang didirikan al-Kamil, di pinggir sungai Nil. Pada saat situasi yang amat menegangkan ini Sultan Malikush Shaleh meninggai dunia pada 15 Sya’ban 647 H/November 1249 M. Untuk menjaga stabilitas keamanan pada waktu itu, kemangkatan Sultan tidak diumumkan kepada pasukan kaum Muslimin. Selanjutnya tugas-tugas kerajaan digantikan sementara oleh permaisurinya yang bemama Syajaratuddur, sambil menunggu kedatangan putra mahkotanya, al-Malik al Muazzam Turansyah.

Sementara itu pasukan Salib terus bergerak maju ke selatan menuju Fariskour. Pada akhir bulan Ramadhan 647 H/Desember 1249 M, pasukan Salib sudah ai sebuah tanjung sebelah timur Manshura, yang tengah berhadap-hadapan dengan pasukan kaum Muslimin, hanya dipisahkan oleh sungai Bahr Asymoum. utnya perang terbuka antara kedua belah pihak tak terelakkan didaerah itu. pada babak pertama peperangan, pasukan berkuda dari angkatan Salib yang dipimpin oleh Count De Artois, saudara Louis IX, berhasil menerobos pertahanan kaum Muslimin. hingga pasukan kaum Muslimin ketika itu terdesak. Bahkan panglima perangnya yang bernama Fachruddin tewas dalam permulaan perang tersebut Pada saat itu Allah mentakdirkan tampilnya tentara-tentara kaum Muslimin secara amat mengagumkan, yang terdiri atas pasukan pengawal raja, dari Mamluk al-Bahriyah yang dipimpin oleh Baybars. Mereka menerjuni pertempuran dan menggempur pasukan Salib dengan keberanian yang besar, serta memporak-porandakan angkatan pasukan Salib. Kini keadaan terus berbalik. Pasukan Salib kocar-kacir diserbu pasukan kaum Muslimin. Count De Antois tewas bersarna kesatria dan tentara Salib lainnya. Menjelang malam, sisa-sisa pasukan Salib yang masih hidup inipun mengundurkan diri, menyusuri sungai kecil.

Peristiwa ini terjadi pada 5 Dzulkaidah 647 11/9 Februari 1250M. Selanjutnya sisa-sisa pasukan Salib tersebut memutuskan untuk mundur ke Dimyat pada 2 Muharram 648/15 April 1250 M. Di pihak lain pasukan kaum Muslimin yang dipimpin oleh al-Muazzam Turansyah (1249-1250) terus mengejar- sisa-sisa pasukan Salib ke Dimyat Pada peperangan itu pasukan kaum Muslimin telah menggunakan senjata canggih, yang belum dipakai oleh bangsa lain. Yaitu semacam ketapel besar yang di dalamnya dimasukkan api Yunani ke dalam jerat pesawat itu. Bola api itu kemudian diarahkan dan dilemparkan/ditembakkan ke daerah lawan. dengan strategi perang ini. pasukan Salib menjadi kocar-kacir. Perang babak kedua meletus di Dimyat. Dalam perang yang amat dasyat itu, pasukan Salib sekali lagi menderita kekalahan fatal. Sekitar 30.000 sisa-sisa pasukan Salib terbunuh dalam pertempuran itu, serta banyak yang tertawan. Sedangkan Louis IX bersama beberapa pengiring dan panglimanya bersembunyi di desa kecil Minyet Abi Abdillah yang terletak di tepi sungai Nil dekat Fariskour. Di sana ia merninta jaminan keamanan dan kaum Muslimin.

Permintaan itu di luluskan, Ia bersama 50 pengiringnya digiring oleh salah seorang tentara kaum Muslimin, Jamaluddin ke al-Manshura. Selanjutnya. diadakanlah perundingan antara pasukan kaum Muslimin dengan pasukan Salib yang kalah dalam perang tersebut. Mereka menyepakati bahwa Louis IX dan teman-temannya akan dibebaskan dengan membayar uang tebusan sebesar 400.000 dinar, dan pasukan Salib harus secepatnya menyerahkan Dimyat kepada kaum Muslimin, dan bahwa tawanan antara kedua belah pihak akan dibebaskan.
Kemudian pada 3 Safar 649 II. pasukan kaum Muslimin memasuki Dimyat, serta membebaskan louis IX bersama pengiringnya. Selanjutnya Louis IX bersama sisa-sisa pasukannya meninggalkan Mesir pada bulan Mei 1250, dengan tujuan ke Akka (Acre) yang masih di bawah pengaruh Kristen. Dan pada tahun 1254 Louis IX pulang ke Prancis dengan menanggung kekalahan yang besar.
Penutup Demikianlah ekspedisi pasukan Salib VII ini menemui kehancuran total di wilayah Mesir. Kaum Muslimin telah menunaikan tugas sejarahnya yang besar dalam menghalau bahaya besar dari ekspedisi-ekspedisi pasukan Salib yang amat buas dan brutal itu, serta mempertahankan Islam dari peradahan kaum Muslimin pada masa itu dan masa-masa berikutnya.

Kalau kita cermati lebih jauh pertempuran al-Manshura ini, Ia merupakan perang puputan yang besar dari seluruh ekspedisi pasukan Salib. Alhamdulillah, dalam perang tersebut Allah memberikan kemenangan langsung di dubia kepada kaum Muslimin. Yaitu hengkangnya seluruh anasir Salib di Mesir, bumi Islam, bumi kaum Muslimin.

Meskipun kalau kita lihat perkembangan berikutnya, dengan hancurnya seluruh anasir-anasir Salib di dunia Islam pada tahun 690 H/1291 M. perang belumlah usai, dan tetap terus berlangsung. Bahkan kekalahan pasukan Nashrani dalam perang Salib merupakan titik tolak strategi pasukan Salib dalam menghancurkan kekhalifahan Turki Utsmaniyah di Turki (1290- 1924). Hingga dengan konspirasinya bersama harakatul haddamah (gerakan pengrusakan) dan harakatul irtidad seperti Zionisme. paganisme, dan lain-hun, mereka berhasil mcnduduki/menjajah wilayah-wilayah Dunia Islam pada abad 16 M. hingga 19 M. Pada masa ini merupakan fase terburuk dalam sejarah kaum muslimin. Sejumlah makar-makar kuffar seperti eksploitasi ekonomi, pembelengguan, penetrasi kebudayaan, sekularisasi, westeraisasi dan Ghazwul fikri digelar dan dilancakan ke wilayah-wilayah Dunia Islam dengan semena-mena, sebiadab-biadabnya. Yang hingga sekarang masih terus berlangsung. Karena itu, merupakan ibrah, ihzah dan hikmah bagi kita, kaun Muslimin dewasa ini untuk memahami realitas siyasah, dan fenomena da’wah bahwa di hadapan da’wah Islamiyah ini melintas menghadang sejumlah tantangan dari berbagai penjuru, aliansi dan kepentingan, berusaha untuk membungkam harakatul jihadiyah Istamiyah.

Allah berfinnan, yang artinya: 

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS. al-Anfal : 60). 
Wallahua’lam.

0 komentar: