Sabtu, 31 Mei 2014

Hancurnya Daulah Abbasiah


1. Muqaddimah

Awal abad ke-12 M. sampai pertengahan abad ke-13 M. Dunia Islam tengah diwarnai peristiwa-peristiwa sejarah yang menegangkan. Betapa tidak, Daulah Abbasyiah (berpusat di Baghdad). yang telah lima tahun bergulir mewarnai percaturan peradaban dunia, pada saat itu tengah menuju pusara kehancurannya (132-656 H/1258 M).Di sisi lain, tantangan eksternal Dunia Islam dari pelbagai penjuru terus menghadang dan melancarkan serangan-serangan konvensional terhadap pertahanan kaum Muslimin. Dari arah Barat, pasukan Salib (dari Eropa) tengah melancarkan serangannya ke Dunia Islam seják akhir abad ke-11 M. dan terus berlangsung sambung menyarnbung hingga pertengahan abad ke- 13 M. Sementara itu dan arah Timur, kaum Muslimin juga dthadapkan pada serbuan bangsa Tartar (dari Mongolia) yang secara beruntun menguasai wilayah-wilayah Dunia Islam sejak awal abad ke-12 M.

Berawal dan pertikaian kecil yang terjadi pada tahun 1212 M. antara kaum Muslimin (dari Bukhara) dengan suku bangsa Mongol. Jenghiz Khan kemudian melakukan makar-makar yang sangat brutal ke wilayah-wilayah Dunia Islam. Secara beruntun. pada tahun 1219 M. Jenghiz Khan menggerakkan pasukannya ke Asia Tengah. Menguasai Bukhara dan Samarkand pada tahun 1220 M. Pasukannya kemudian mengejar sisa-sisa pasukan kaum Muslimin hingga Sungai Indus.

Selanjutnya ekspansi terbrutal ke Dunia Islam ini dilanjutkan oleh putra ketiganya yang bernama Chagatai Khan. Di bawah pimpinan Chagatai Khan inilah, pasukannya melanjutkan penjarahannya ke wilayah-wilayah Dunia Islam Seperti Kurdistan, Armenia, dan Asia Kecil, dan lain-lain.

Sementara itu, dengan adanya tekanan-tekanan itu baik dan Barat (melàlui Perang Salib) maupun dan Timur (serangan bangsa Mongol), Dunia Islam tidak saja mengalami kerugian di bidang ekonomi politik maupun rniliter, tetapi juga secara psikologis mempenganuhi kehidupan keagamaan kaurn Muslimin, yang side effectnya masih kifa rasakan hingga dewasa mi. Yakni, bahwa pada masa itu berkernbang dengan pesat aliran-aliran Thariqat. Seperti Thariqat Qadariyah yang dipimpin oleh Abdul Qadir Jaelani (wafat 1166 M); Maulawiyah yang dipimpin oleh Jalaluddin Rumi (wafat 1273 M); Thariqat Naksyabandiyah yang dipimpin oleh Muhammad bin Bahauddin al-Naksyaband (wafat 1389 M), Dasuqiyah yang dipimpin oleh ibrahinm al-Dasuqy (wafat 1277 M), dan lain-lain.

Dalam perkembangan selanjutnya aliran-aliran Thariqat tersebut berkembang luas di masyarakat awam. Dalam kondisi ruhiyah seperti inilah pusat kekhilafahan Abbasyiah. dan seluruh infrastruktur peradaban kaum Muslimin di Baghdad dihancur leburkan oleh pasukan suku bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan dan panglirna Kitbogha.

2. Makar-Makar Hulagu Khan di Dunia Islam

Sepeninggal Jenghiz Khan (1227), Huraltai (Majlis besar) bangsa Mongol mengangkat Khakan Ogodai pada tahun 1229, menggantikan Jenghiz Khan. Setelah Khakan Ogodai wafat pada 11 Desember 1241, pada tahun 1246 Khakan Kuyuk menggantikannya. Pada masa itu, Imperium Mongol telah menjarah kebeberapa wilayah Dunia Islam, seperti Asia Tegah. Asia kecil, dan bahkan ke beberapa negara Eropa seperti Hungaria, Polandia, Moravia, Bulgaria, Wolga, Jerman dan lain-lain.

Setelah Khakan Kuyuk meninggal (1249), Khakan Mangu diangkat secara resmi oleh Huraltai untuk menggantikan Khakan Kuyuk pada tahun 1251. Pada masa KhakanMangu (1251-1264) inilah. ia memerintahkan saudaranya, Hulagu Khan pada tähun 1256 agar membasmi kelompok Hasyasyin di kota benteng Alamut, mengusai Iran, Irak. dan Timur Tengah lainnya. Dalam perintahnya kepada Hulagu Khan, Khakan Mangu menyatakan: Anda harus berangkat ke negeri Turàn dalam wilayah Iran, adat istiadat dan hukum Yazak yang disusun dan ditetapkan Jenghiz Khan itu secara keseluruhan maupun terperinci, haruslah Anda laksanakan sejak batas sungai Jihun (Amru Darya) sampai bagian terjauh dari wilayah Mesir. Dan dalãm segala hal haruslah anda konsultasikan dengan Dokuz Khatun”. Dokuz Khatun adalah istri Hulagu Khan yang sudah beragama Nashrani. Atas saran istrinya inilah, Hulagu Khan mengangkat panglima perang, Kitbogha yang juga beragama Nashrani, dalam memimpin ekspedisi pasukan bangsa Mongol ke wilayah-wilayah Dunia Islam.

Jika pada masa Chagatai Khan, pasukan Mongol hanya menyerang sewaktu-waktu wilayah Dunia Islam, seperti Asia kecil, Armenia Turkistan dan lain-lain, kemudian setelahnya kembali ke Asia Tengah. Namun pada masa kepemimpinan Hulagu Khan ini berbeda dengan sebelumnya. Hulagu Khan dan pasukannya berusaha mengadakan kolonialisasi pendudukan di wilayah-wilayah Dunia Islam yang bérhasil dikuasainya. Ia menggerakkan pasukannya untuk menguasai wilayah dunia islam, dan mendudukinya secara tetap. Sehingga berdirilah imperium mongol baru yang bernama II-Khanate of Persia (1256-1349) di iran. Dan Hulagu Khan (1256-1265) menjabat sebagai II-Khan yang pertama.

Pada tahun 1956 M, Hulagu Khan menggerakkan pasukannya dari transoxiana (Mawaraannahar) menguasai wilayah Merw, Nishapur, Isfahan Rayy, dan Hamadhan. Kemudian berputar arah ke utara memasuki dataran tinggi Mazindaran dan menuju benteng Alamut..

Ketika itu, Hasyasyin dipimpin oleh Ruknuddin, turunan terakhir dari hasan al-Shabbah. Sesampai dibenteng Alamut, pasukan mongol itu menghancurkan benteng Alamut dan membasmi kelompok Hasyasyin. Kemudian berlangsung pengejaran ke tempat lain serta pembunuhan missal terhadap kelompok hasyasyin tersebut. Kemudian mereka melarikan diri dari kehancuran total menuju ke kota Qum ( Iran) dan kelambah Sind. Dan pada masa-masa berikutnya mereka menyebarkan faham Syiah Ismailiyah ke wilayah-wilayah tersebut dan sekitarnya.

Dengan hancurnya benteng Alamut tersebut, punahlah pengaruh Hassyasyin ( 1091-1256 ) di dunia islam. Adapun benteng Al-Masyaf, ketika itu masih tersisa, kemudian dihancurkan oleh kaum muslimin yang dipimpin oleh Sultan Baybar pada tahun 1266 M.

3. Penyerbuan Baghdad, Februari 1258 M

Selanjutnya setelah mengadakan pembantaian terhadap Hassyasyin, Hulagu Khan menggerakkan pasukannya Azerbaijan, Armenia dan memutar ke selatan, langsung menuju Baghdad.

Saat-saat mnejelang datangnya pasukan mongol ke Baghdad, daulah abbasyiah di pimpin oleh khalifah terakhir (Ke-37) yaitu Khalifah al-Mu’tashim billah (1243-1258), dan didampingi oleh wazirnya (Perdana menteri) yang bernama Muayyad ad-Dien al-Qami. Ia addalah seorang rafidhi dari kalangan Syi’ah itsna Asyari’ah imamiyah Ja’fariyah.

Pada waktu itu telah dan sedang berlangsung konflik yang telah berakar dalam sejarah antara Syi’ah dengan Sunni, hingga Emir Abu Bakar, putra khalifah, memerintahkan tentaranya untuk mengobrak-abrik tempat kediaman orang-orang syiah. Peristiwa ini merupakan pukulan berat bagi Wazir al Qami, kemudian ia pun mengadakan hubungan surat menyurat dengan Hulagu Khan, dan mengharapkan cucu Jenghiz Khan ini agar segera dating merebut ibukota Baghdad.

Pada tanggal 4 Shafar 656 H/1258 M, hulagu Khan dan pasukannya sudah berada di depan kota Baghdad dan mengepungnya. Selanjutnya panglima Ruknuddin al-Daudar dan pasukannya bergerak ke luar Baghdad, menyongsong pasukan Hulagu Khan. Namun perlawanan pasukan kaum muslimin ini pun hancur, dan panglima pasukan itupun tewas berhadapan dengan pasukan mongol. Sedangkan sisa pasukannya menyelamatkan diri kebalik dinding tembok itukota Baghdad, dan sebagian lari melarikan diri ke Syria.

Setelah kekalahan tersebut, Wazir al Qami dengan pengiringnya ke luar menjumpai Hulagu Khan, atas persetujuan Khalifah untuk mengadakan perundingan. Kemudian ia dan pengiringnya kembali ke Baghdad, dan mengatakan kepada Khalifah tentang perundingannya: “Hulagu Khan telah berjanji untuk tetap mengakui Khalifah, seperti yang dilakukan terhadap sultan al-Qaina, bahkan akan mengawinkan putrinya dengan putra Khalifah, Emir Abu Bakar…

Selanjutnya Khalifah al-Mu’tashim dengan seluruh pembesar pemerintahannya yang berjumlah 3000 orang berangkat ke luar ibukota untuk menjumpai Hulagu Khan dan pasukannya. Pada mulanya semua disambut dengan hangat dan ramah, tetapi tanpa di duga sebelummnya, kemudian terjadilah pembantaian massal terhadap 3000 keluarga Khalifah dan para menterinya tersebut. Adapun Wazir al Qami yang berkhianat itu , juga tak lepas dari maker pembantaian massal tersebut. Bahkan dibunuh dengan bengis dan amat kejam.

Selanjutnya Hulagu Khan dan pasukannya memasuki kota Baghdad dan melakukan pembantaian massal dengan kekejaman yang tak terperikan terhadap kaum muslimin di Baghdad selama 40 hari. Dalam suasana yang sangat mencekan dan mengerikan itu, pasukan Hulagu Khan mengadakan pembantaian, pembakaran perpustakaan, buku-buku, kitab-kitab, dan mengadakan pemusnahan total terhadap seluruh infrastruktur peradaban kaum muslimin di Baghdad dan sekitarnya. Sehingga digambarkan Sungai Tigris (Dajlah) berubah warnanya, merah kehitam-hitaman akibat mengalirnya darah-darah kaum muslimin yang terbantai, dan abu pembakaran buku-buku di pelbagai perpustakaan. Dalam pembantaian massal tersebut, jatuh korban sekitar 1.800.000 kaum muslimin, belum termasuk yang tenggelam, mati kelaparan, dan lain-lain akibat dari keganasan tentara mongol.

Dengan insiden berdarah dan amat tragis ini, kemudian mengakhirlah Daulah Abbasyiah dipanggung sejarah kaum muslimin yang telah berjalan selama lebih dari lima abad (132-656 H/749-1258 M).

Penutup

Demikianlah skenari akhir hancurnya Daulah Abbasyiah yang berakhir secara amat mengenaskan. Setiap umat, bangsa maupun kaum pasti akan mengalami masa timbul tenggelam, pasang surut, maju mundur yang merupakan Sunnatullah atas hamba/makhluk Allah dialam ini. Karean itu yang lebih penting dari tragedi kehancuran tersebut, adalah sejauh mana kita dapat mengambil ibrah dari setiap prosesi Sunnatullah yang berlaku atas makhluk- makhluk Allah pada masa lalu.

Mencermati kehancuran Daulah abbasyiah ini, sesungguhnya factor-faktor internal dunia islam lebih dominan pengaruhnya daripada sekedar factor-faktor eksternal yang dipentaskan oleh Hulagu Khan, Dhokus Khatun, dan Panglima Khitboga serta pasukan mongol yang mengadakan pembantaian-pembantaian massal tersebut. Adalah kelemahan Aqidah, Firaq dan munculnya Bid’ah-Bid’ah yang telaah mempercepat Daulah abbasyiah menuju pusara kehancurannya. Kedua, mencermati lebih jauh selintas kehancuran Baghdad, kita melihat adanya konspirasi dari aliansi kekuatan-kekuatan kuffar, Pagan-Salibis dan adanya kerjasama dengan Syiah dalam upaya penghancuran kekhilafaan Abbasyiah ini.

Sesungguhnya konspirasi antara bangsa mongol yang beraga syamanisme, penyembah ruh-ruh (Pagan) dan kaum Salibis yang telah berlangsung sejak lama. Bahkan sejak zaman Jenghiz Khan, raja-raja Kristen di eropa telah sering berkirim surat kepadanya untuk bersama-sama menghancurkan wilayah-wilayah dunia islam. Dalam operasi penghanciran Baghdad ini, Panglima Khitboga dan Dokuz Khatun (istri Hulagu Khan) adalah pengikut Kristen aliran Nestorianisme. Keduanya amat berperan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Hulagu Khan. Demikian pula pada masa sesudahnya.

Setelah operasi pembantaian terssebut berakhir dan berhasil melumatkan kaum muslimin di Baghdad, Paus Alexander IV (1254-1261) beserta Ordo-ordo nasrani yang lain menyambut gembira atas prestasi nista tersebut, dan mengirimkan perutusannya ke Baghdad. Begitu pula permusuhan terahadap kaum muslimin yang dilancarkan oleh putra Hulagu Khan yang bernama Abaga Khan (1265-1282).

Demikianlah orang-orang kuffar sepanjang sejarah bersatu padu, seiring sejalan seia sekata, untuk bersama-sama menghancurkan al-Islam dan kaum muslimin ini dimanapun berada.

Maha benar firman Allah Swt :

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
Artinya : Adapun Orang-Orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan dari apa yang diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan dimuka bumi dan kerusakan yang besar. (QS. al-Anfal 8;73).

Wallahua’lam Bishshawab.

Shabarun Whs

0 komentar: