Kemenangan Kaum Muslimin Atas Bangsa Mongol
Kehancuran kota Baghdad Sebagai pusat kekhalifahan Abbasiyah oleh pasukan Hulagu Khan dan Mongolia telah mengguncangkan seantero wilayah dunia Islam. Makar yang dibidani oleh konspirasi Pagan-Salibis-Freemasonry itu terealisasi pada bulan Safar 656 H./Februari 1258 M. Setelah, sebelumnya secara beruntun pasukan ganas yang dikomandani oleh Hulagu Khan yang masih pagan (beragama Syamanisme: mempercayai roh-roh jahat) serta Panglima Kitbogha dan istrinya Dokuz Katun yang nashrani, menjarah wilayah-wilayah Dunia Islam Seperti Azerbaijan, Armenia dan terus menuju Baghdad. Korban perang pun tak terhitung jumlahnya, dengan munculnya anarkhisme kezhaliman bangsa biadab ini. Pembantaian, pemusnahan massal, serta pembumi-hangusan gedung-gedung, perpustakaan-perpustakaan Selalu dilakukan oleh bangsa ini, terhadap hampir setiap wilayah dunia Islam yang berhasil dikuasainya. Khususnya, di Baghdad, keganasan mereka benar-benar menyeramkan dan mengerikan.
Bagi Dunia Islam, pukulan itu benar-benar merupakan cobaan agar kaum Muslimin di kemudian hari dapat mengambil hikmah, ibrah dan izhah, dan belajar dan kehidupan ini. Sebaliknya bagi kaum kuffar, peristiwa pernbantaian ini disambut hangat, meriah dan kepuasan yang meledak-ledak, terutama oleh kaum Salib yang 8 tahun sebelum peristiwa pembantaian ini mengalami kekalahan dalam perang besar melawan kaum Muslimnin di al-Manshura (1250).
Demi begitu mendengar kemenangan bangsa Mongol mi, Paus Alexander IV (1254-1261) maupun Grand Master dan berbagai ordo (Templars. Hospillèr. St. John) segera mengirimkan perutusannya ke Baghdad untuk menyampaikan selamat kepada Hulagu Khan dan menemui Dokuz Katun yang juga nashrani itu.
Langkah Hulagu Khan Berikutnya
Hanya beberapa bulan saja setelah peristiwa pernbantaian kaum Muslimin di Baghdad itu, dengan angkuhnya pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan dan panglima Kitbogha melanjutkan penjarahannya ke Syria, Palestina, dan Mesir, sesuai dengan perintah Khakan Mangu (1251-1265), ketika akan memulai penjarahannya ke wilayah-wilayah Dunia Islam.
Pasukan berkuda Tatar/Mongol itu bergerak ke barat menyeberangi sungai Eufrat dan menyapu bersih Mesopotamia. Pasukan Mongol yang ganas itu kemudian menduduki Diar Bekr, Harran,Nisbis dan Arruha (Edessa) serta mengadakan pembunuhan massal di wilayah tersebut. Kemudian mereka bergerak menuju Aleppo, kunci pertahanan Mesir dari arah utara.
Pada bulan Muharram 658 H, pasukan bangsa Mongol tersebut telah sampai di Aleppo. Meréka mengepung daerah tersebut, kemudian merebutnya dengan cara yang amat biadab; menawan serta membunuhi penduduknya. Ketika itu, setelah upaya-upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, Raja Syria al-M alik an-Nasir melarikan diri dari Damaskus ke Gazza untuk menghindari penghancuran massal dan serbuan lahan besar dalam perang meawan bangsa Mongol. Adapun pembesar- pembesar Damaskus mengirim utusan kepada jendral Kitbogha
untuk menyerahkan kota tersebut tanpa pertumpahan darah, serta meminta jaminan keamanan penduduknya. Permintaan ini diluluskan oleh Jendral Kithogha yang mewakili bangsa Mongol, hingga Damaskus terhindar dari kehancuran massal. Peristiwa memilukan ini terjadi pada 26 Rabiul Awal 658 H. Dengan demikian, dengan penyerbuan yang beruntun itu, Hulagu Khan dan pasukannya telah menundukkan Syria Utara, dan hendak melanjutkan ke selatan yaitu ke Mesir.
Meletus Perang Ain Jalut, September 1260 M
Kehancuran kota Baghdad Sebagai pusat kekhalifahan Abbasiyah oleh pasukan Hulagu Khan dan Mongolia telah mengguncangkan seantero wilayah dunia Islam. Makar yang dibidani oleh konspirasi Pagan-Salibis-Freemasonry itu terealisasi pada bulan Safar 656 H./Februari 1258 M. Setelah, sebelumnya secara beruntun pasukan ganas yang dikomandani oleh Hulagu Khan yang masih pagan (beragama Syamanisme: mempercayai roh-roh jahat) serta Panglima Kitbogha dan istrinya Dokuz Katun yang nashrani, menjarah wilayah-wilayah Dunia Islam Seperti Azerbaijan, Armenia dan terus menuju Baghdad. Korban perang pun tak terhitung jumlahnya, dengan munculnya anarkhisme kezhaliman bangsa biadab ini. Pembantaian, pemusnahan massal, serta pembumi-hangusan gedung-gedung, perpustakaan-perpustakaan Selalu dilakukan oleh bangsa ini, terhadap hampir setiap wilayah dunia Islam yang berhasil dikuasainya. Khususnya, di Baghdad, keganasan mereka benar-benar menyeramkan dan mengerikan.
Bagi Dunia Islam, pukulan itu benar-benar merupakan cobaan agar kaum Muslimin di kemudian hari dapat mengambil hikmah, ibrah dan izhah, dan belajar dan kehidupan ini. Sebaliknya bagi kaum kuffar, peristiwa pernbantaian ini disambut hangat, meriah dan kepuasan yang meledak-ledak, terutama oleh kaum Salib yang 8 tahun sebelum peristiwa pembantaian ini mengalami kekalahan dalam perang besar melawan kaum Muslimnin di al-Manshura (1250).
Demi begitu mendengar kemenangan bangsa Mongol mi, Paus Alexander IV (1254-1261) maupun Grand Master dan berbagai ordo (Templars. Hospillèr. St. John) segera mengirimkan perutusannya ke Baghdad untuk menyampaikan selamat kepada Hulagu Khan dan menemui Dokuz Katun yang juga nashrani itu.
Langkah Hulagu Khan Berikutnya
Hanya beberapa bulan saja setelah peristiwa pernbantaian kaum Muslimin di Baghdad itu, dengan angkuhnya pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan dan panglima Kitbogha melanjutkan penjarahannya ke Syria, Palestina, dan Mesir, sesuai dengan perintah Khakan Mangu (1251-1265), ketika akan memulai penjarahannya ke wilayah-wilayah Dunia Islam.
Pasukan berkuda Tatar/Mongol itu bergerak ke barat menyeberangi sungai Eufrat dan menyapu bersih Mesopotamia. Pasukan Mongol yang ganas itu kemudian menduduki Diar Bekr, Harran,Nisbis dan Arruha (Edessa) serta mengadakan pembunuhan massal di wilayah tersebut. Kemudian mereka bergerak menuju Aleppo, kunci pertahanan Mesir dari arah utara.
Pada bulan Muharram 658 H, pasukan bangsa Mongol tersebut telah sampai di Aleppo. Meréka mengepung daerah tersebut, kemudian merebutnya dengan cara yang amat biadab; menawan serta membunuhi penduduknya. Ketika itu, setelah upaya-upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, Raja Syria al-M alik an-Nasir melarikan diri dari Damaskus ke Gazza untuk menghindari penghancuran massal dan serbuan lahan besar dalam perang meawan bangsa Mongol. Adapun pembesar- pembesar Damaskus mengirim utusan kepada jendral Kitbogha
untuk menyerahkan kota tersebut tanpa pertumpahan darah, serta meminta jaminan keamanan penduduknya. Permintaan ini diluluskan oleh Jendral Kithogha yang mewakili bangsa Mongol, hingga Damaskus terhindar dari kehancuran massal. Peristiwa memilukan ini terjadi pada 26 Rabiul Awal 658 H. Dengan demikian, dengan penyerbuan yang beruntun itu, Hulagu Khan dan pasukannya telah menundukkan Syria Utara, dan hendak melanjutkan ke selatan yaitu ke Mesir.
Meletus Perang Ain Jalut, September 1260 M
Pada saat itu tampillah di Mesir qiyadah jihad yang muda belia berama Sultan Saifuddin Qutuz. Untuk menyiasati serbuan ganas ini Qutuz meminta pendapat para ulama dan pemikir lainnya. Mereka mengusulkan agar kaum Muslim m menghadapi pasukan Mongol di luar wilayah Mesir. Hal ini untuk menghindari imbas kekejian perang kepada penduduk sipil, selain itu jika kalah, masih ada kemungkinan meminta bantuan penduduk Qinanah. Kemudian Sultan Saifuddin Qutuz menyerukàn kepada seluruh penduduk Mesir untuk mengadakan Jihad Fisabilillah menghadapi kezhaliman bangsa Mongol tersebut. Setidaknya, dua ulama yang ikut membantu memobilisasi massa ketika itu, antara lain Ustadz Izzudin Abdus Salam dan Abul Hassan asy-Syadzaly. Kedua ulama besar ini ikut terjun lansung dalam pérsiapan perang, menyuruh semua orang untuk beramar ma’rui nahi munkar, serta memompakan semangat Jihad, menerangkan keutamaan jihad dan syahid kepada kaum Muslimin di Mesir ketika itu.
Sementara itu, di tempat lain, Hulagu Khan mengira Mesir dalam sekejap akan mudah ditaklukkan. Selanjutnya ia menyerahkan penyerbuan ke Mesir kepada panglima perangnya, Kitbogha dan Beydar, bersama sejumlah tentaranya. Sedangkan Hulagu Khan sendiri bersama sebagian kecil anak buahnya kembali ke Timur (Mesopotamia).
Kemudian kedua panglima perang bangsa Mongol itu menggerakkan pasukannya ke arah selatan untuk menyerang Mesir. Sebelumnya Hulagu Khan teiah mengirim utusan sebanyak 4 orang untuk membawa surat ancaman yang ditujukan kepada Sultan dan kaum Muslimin di Mesir. Surat tersebut berbunyi:
Dari raja dan sekalian raja, baik di timur maupun di barat, Khan yang agung. Atas nama Mu oh Tuhan, yang telah menjadikan langit dan bumi Kami hendak menyatakan kepada Raja al-Muzafar Qutuz serta segenap pembesar dan pemimpin rakyatnya, baik di Mesir maupun di wilayah taklukannya, bahwa kami adalah orang perang dari Tuhan, di atas permukaan buminya, dicipta darinyala amarahnya dan dikirimnya untuk menghukum orang yang dianggapnya bersalah. Di mana-mana kalian dapat mengambil tamsil perbandingan, dan segeralah menyerah sebelum terlambat. Kalau tidak nanti kalian akan menyesal dan bertanggung jawab atas kesalahan ini. Kami tidak akan menaruh kasihan kepada orang yang menangis, tidak merasa iba kepada yang meratap. Telah kalian dengar bahwa kami telah menaklukkan negeni-negeri, membersihkan bumi dari kedurjanaan dan menebus sebagian besar penduduk. Andainya kalian mencoba untuk melarikan diri, kami akan menyusul tiap jeJak kahian. Kemana kalian akan lari, di mana kalian akan merasa aman, bumi mana yang akan melindungi kalian? Kalian tiada akan lepas dari tebasan pedang kami, dada akan luput dari genggaman kekuasaan kami. Tentara berkuda kami tiada bandingannya; anak-anak panah kami menembus putus, pedang kami laksana halilintar. hati bagaikan batu karang dan bilangan seperti pasir di tepi pantai. Kalian telah memakan yang tidak halal, melanggar sumpah dan murusak iman, menjadi pemberontak dan pen gkhianat. Tunggulah saat kehinaan. Ia akan menyesal siapa yang berani menghadang permusuhan dengan kami, dan ia akan selamat siapa yang meminta keamanan dari kami. Dari itu berhati-hatilah, dan jawablah dengan cepat sebelum perang dinyalakan, sebelum apinya membakar diri kalian, di mana kalian akan menghadapi bencana besar dan negeri kalian akan dimusnahkan. Nah, kami akan membeni peringatan, dan tak ada orang yang kami tuju selain kalian
Atas surat ancaman yang bernada angkuh tersebut, Sultan Qutuz membalasnya dengan tegas. 4 utusan bangsa Mongol itu kemudian dijatuhi hukuman gantung. Qutuz segera memobilisasikan pasukannya yang sudah disiapkan itu dan menyerukan Jihad Fisabilillah kepada seluruh kaum Muslimin Mesir dan sekitarnya.
Pada tanggal 5 Sya’ban 658 H/Agust us 1260, sesuai dengan hasil syura, Qutuz bersarna pasukannya keluar dan benteng Kairo. Ia lebih dulu menginginkan pasukan pelopor yang dikomandani oleh jendral Baybars, guna merintis jalan dan mencari data pasukan MongoL. Sementara itu pasukan Mongol yang dipimpin oleh Kithogha dan Beydar telah sampai di sebelah barat Paiestina, sedangkan pasukanya yang terdepari telah mencapai Gazza di tapal batas Mesir Mereka hendaic menyerbu dan arah timur laut. Menjelang sampai di Medan Jihad, Qutuz sekali lagi mengumpulkan pasukannya untuk diberi Taujihad. tengan cucuran air mata dan diliputi rasa haru, Sultan Qutuz membangkitkan semangat Jihad kaum Muslimin untuk berjihad
mempertahankan kehormatan Islam dan bumi kaum Muslimin.
Kedua pasukan besar itu berternu di sebuah lembah kecil antara Bysan dengan Nablus, dekat sebuah kampung kecil yang bernama AIN JALUT (wiiayah Palestina). Dan konfrontasi terbuka pun tak dapat dihindarkan. Pada pagi han 25 Ramadhan 658 H/6 September 1260 M.
berkobarlah peperangan dengan dahsyatnya antara kedua bela pihak. Pasukan Tatar/Mongol yang menempati kedudukan strategis pada lereng tertinggi dan lembah itu menyerang kaum Muslimin dengan dasyatnya. Hingga kedudukan pasukan kaum Muslimin terdesak. Kemudian dengan secepat kilat, Sultan Qutuz melancarkan gempuran seru dengan pasukan yang berada di tengah, seraya mengumandangkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…….
Pada saat yang sama gerakannya disokong oleh kedua belah sayap pasuk annya. Dan karena sengitnya gempur an-gempuran beruntun itu, tentara tentara Mongol nanar kebingungan, divisi-divisi mereka kacau balau dan mereka mengundurkan diri kelereng bukit dekat Bysan. Di tengah-tengah kancah peper angan tersebut. panglima Kithogha tewas terbunuh, sedangkan anaknya tertawan. Pun demikian dengan tangkas sisa-sisa pasukan Mongol ini dapat menyusun kembali dengan cepatnya dan sekali lagi mereka menghadapi pasukan kaum Muslimin. Namun perlawanan sisa-sisa pasukan Mongol ini dapat dipatahkan oleh kekuatan pasukan kaum Muslimin. Bahkan saking jengkelnya kaum Muslimin, kepala Kitbogha dibawa ke Kairo dan dipertontonkan di sepanjang kota.
Ketika itu Sultan Qutuz turun dari kudanya, disapunya mukanya dengan abu, diciumnya tanah seraya bersujud kepad a Allah Rabbul izzati amma yasifun, pertanda rasa syukur atas kemenangan yang diberikan-Nya. Dengan kekecewaan yang sangat dalam, kemudian sisa-sisa pasukan Mongol yang masih hidup mengundurkan diri ke Mesopotamia.
Penutup
Demikianlah akhir dan narasi perang ‘Ain Jalut. Allah Azza wa Jalla memberikan kemenangan di dunia ini kepada kaum muslimin dalam perang tersebut. Jika kita cermati lebih jauh, penjarahan bangsa Mongol ke dunia Islam yang dimulai sejak tahun 1219 M, ini bangsa Mongol belum pernah menderita kekalahan berhadapan dengan kaum Muslimin. Baru dalam perang Ain Jalut inilah bangsa Mongol dihancur leburkan, diporak-porandakan oleh kaum Muslimin. ini merupakan kekalahan kali pertama bangsa Mongol sekaligus kemenangan perdana bagi kaum Muslimin.
Disini ada sebuah ibrah yang sangat berharga bagi kaum muslimin dalam mencermati fenomena tersebut. Yakni bahwa factor aqidahlah sesungguhnya yang mendekatkan pada pertolongan Allah sehingga kaum muslimin memperoleh kemenangan telak. Jika kaum muslimin bvaik individu maupun jama’ah beriltizam/berpegang teguh pada aqidah islamiyah ini, mereka akan dapat menggenggam/menaklukkan dunia ini dan menjanjikan ekosistem kehidupan dan peradapan manusia yang amat agung. Bukankah izzah itu hanya milik Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman saja, sebagaimana tertuang dalam firmannya :
Artinya : Dan Izzah itu hanya bagi Allah dan Rasu-lnya, dan orang-orang beriman, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui (QS, Al-Munafiqun 63:8)
Shabarun Whs
Sementara itu, di tempat lain, Hulagu Khan mengira Mesir dalam sekejap akan mudah ditaklukkan. Selanjutnya ia menyerahkan penyerbuan ke Mesir kepada panglima perangnya, Kitbogha dan Beydar, bersama sejumlah tentaranya. Sedangkan Hulagu Khan sendiri bersama sebagian kecil anak buahnya kembali ke Timur (Mesopotamia).
Kemudian kedua panglima perang bangsa Mongol itu menggerakkan pasukannya ke arah selatan untuk menyerang Mesir. Sebelumnya Hulagu Khan teiah mengirim utusan sebanyak 4 orang untuk membawa surat ancaman yang ditujukan kepada Sultan dan kaum Muslimin di Mesir. Surat tersebut berbunyi:
Dari raja dan sekalian raja, baik di timur maupun di barat, Khan yang agung. Atas nama Mu oh Tuhan, yang telah menjadikan langit dan bumi Kami hendak menyatakan kepada Raja al-Muzafar Qutuz serta segenap pembesar dan pemimpin rakyatnya, baik di Mesir maupun di wilayah taklukannya, bahwa kami adalah orang perang dari Tuhan, di atas permukaan buminya, dicipta darinyala amarahnya dan dikirimnya untuk menghukum orang yang dianggapnya bersalah. Di mana-mana kalian dapat mengambil tamsil perbandingan, dan segeralah menyerah sebelum terlambat. Kalau tidak nanti kalian akan menyesal dan bertanggung jawab atas kesalahan ini. Kami tidak akan menaruh kasihan kepada orang yang menangis, tidak merasa iba kepada yang meratap. Telah kalian dengar bahwa kami telah menaklukkan negeni-negeri, membersihkan bumi dari kedurjanaan dan menebus sebagian besar penduduk. Andainya kalian mencoba untuk melarikan diri, kami akan menyusul tiap jeJak kahian. Kemana kalian akan lari, di mana kalian akan merasa aman, bumi mana yang akan melindungi kalian? Kalian tiada akan lepas dari tebasan pedang kami, dada akan luput dari genggaman kekuasaan kami. Tentara berkuda kami tiada bandingannya; anak-anak panah kami menembus putus, pedang kami laksana halilintar. hati bagaikan batu karang dan bilangan seperti pasir di tepi pantai. Kalian telah memakan yang tidak halal, melanggar sumpah dan murusak iman, menjadi pemberontak dan pen gkhianat. Tunggulah saat kehinaan. Ia akan menyesal siapa yang berani menghadang permusuhan dengan kami, dan ia akan selamat siapa yang meminta keamanan dari kami. Dari itu berhati-hatilah, dan jawablah dengan cepat sebelum perang dinyalakan, sebelum apinya membakar diri kalian, di mana kalian akan menghadapi bencana besar dan negeri kalian akan dimusnahkan. Nah, kami akan membeni peringatan, dan tak ada orang yang kami tuju selain kalian
Atas surat ancaman yang bernada angkuh tersebut, Sultan Qutuz membalasnya dengan tegas. 4 utusan bangsa Mongol itu kemudian dijatuhi hukuman gantung. Qutuz segera memobilisasikan pasukannya yang sudah disiapkan itu dan menyerukan Jihad Fisabilillah kepada seluruh kaum Muslimin Mesir dan sekitarnya.
Pada tanggal 5 Sya’ban 658 H/Agust us 1260, sesuai dengan hasil syura, Qutuz bersarna pasukannya keluar dan benteng Kairo. Ia lebih dulu menginginkan pasukan pelopor yang dikomandani oleh jendral Baybars, guna merintis jalan dan mencari data pasukan MongoL. Sementara itu pasukan Mongol yang dipimpin oleh Kithogha dan Beydar telah sampai di sebelah barat Paiestina, sedangkan pasukanya yang terdepari telah mencapai Gazza di tapal batas Mesir Mereka hendaic menyerbu dan arah timur laut. Menjelang sampai di Medan Jihad, Qutuz sekali lagi mengumpulkan pasukannya untuk diberi Taujihad. tengan cucuran air mata dan diliputi rasa haru, Sultan Qutuz membangkitkan semangat Jihad kaum Muslimin untuk berjihad
mempertahankan kehormatan Islam dan bumi kaum Muslimin.
Kedua pasukan besar itu berternu di sebuah lembah kecil antara Bysan dengan Nablus, dekat sebuah kampung kecil yang bernama AIN JALUT (wiiayah Palestina). Dan konfrontasi terbuka pun tak dapat dihindarkan. Pada pagi han 25 Ramadhan 658 H/6 September 1260 M.
berkobarlah peperangan dengan dahsyatnya antara kedua bela pihak. Pasukan Tatar/Mongol yang menempati kedudukan strategis pada lereng tertinggi dan lembah itu menyerang kaum Muslimin dengan dasyatnya. Hingga kedudukan pasukan kaum Muslimin terdesak. Kemudian dengan secepat kilat, Sultan Qutuz melancarkan gempuran seru dengan pasukan yang berada di tengah, seraya mengumandangkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…….
Pada saat yang sama gerakannya disokong oleh kedua belah sayap pasuk annya. Dan karena sengitnya gempur an-gempuran beruntun itu, tentara tentara Mongol nanar kebingungan, divisi-divisi mereka kacau balau dan mereka mengundurkan diri kelereng bukit dekat Bysan. Di tengah-tengah kancah peper angan tersebut. panglima Kithogha tewas terbunuh, sedangkan anaknya tertawan. Pun demikian dengan tangkas sisa-sisa pasukan Mongol ini dapat menyusun kembali dengan cepatnya dan sekali lagi mereka menghadapi pasukan kaum Muslimin. Namun perlawanan sisa-sisa pasukan Mongol ini dapat dipatahkan oleh kekuatan pasukan kaum Muslimin. Bahkan saking jengkelnya kaum Muslimin, kepala Kitbogha dibawa ke Kairo dan dipertontonkan di sepanjang kota.
Ketika itu Sultan Qutuz turun dari kudanya, disapunya mukanya dengan abu, diciumnya tanah seraya bersujud kepad a Allah Rabbul izzati amma yasifun, pertanda rasa syukur atas kemenangan yang diberikan-Nya. Dengan kekecewaan yang sangat dalam, kemudian sisa-sisa pasukan Mongol yang masih hidup mengundurkan diri ke Mesopotamia.
Penutup
Demikianlah akhir dan narasi perang ‘Ain Jalut. Allah Azza wa Jalla memberikan kemenangan di dunia ini kepada kaum muslimin dalam perang tersebut. Jika kita cermati lebih jauh, penjarahan bangsa Mongol ke dunia Islam yang dimulai sejak tahun 1219 M, ini bangsa Mongol belum pernah menderita kekalahan berhadapan dengan kaum Muslimin. Baru dalam perang Ain Jalut inilah bangsa Mongol dihancur leburkan, diporak-porandakan oleh kaum Muslimin. ini merupakan kekalahan kali pertama bangsa Mongol sekaligus kemenangan perdana bagi kaum Muslimin.
Disini ada sebuah ibrah yang sangat berharga bagi kaum muslimin dalam mencermati fenomena tersebut. Yakni bahwa factor aqidahlah sesungguhnya yang mendekatkan pada pertolongan Allah sehingga kaum muslimin memperoleh kemenangan telak. Jika kaum muslimin bvaik individu maupun jama’ah beriltizam/berpegang teguh pada aqidah islamiyah ini, mereka akan dapat menggenggam/menaklukkan dunia ini dan menjanjikan ekosistem kehidupan dan peradapan manusia yang amat agung. Bukankah izzah itu hanya milik Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman saja, sebagaimana tertuang dalam firmannya :
Artinya : Dan Izzah itu hanya bagi Allah dan Rasu-lnya, dan orang-orang beriman, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui (QS, Al-Munafiqun 63:8)
Shabarun Whs
0 komentar: