Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah saw. pernah berpesan kepada para sahabat, pesannya, ambillah olehmu al-Qur’an dari empat orang. Dari Abdullah Bin Ma’sud, Salim Maula Abu Hudzaifah, Ubay bin Kaab, Muaz Bin Jabal.
Pesan itu ditambah pesan lain lebih khusus lagi yang memberikan pengukuhan akan kelebihan Ubay Bin Kaab dalam bidang ilmu Al-Qur’an. Pesan yang lain itu berbunyi : barang siapa yang hendak menanyakan tentang esluk beluk Al-Qur’an datangah kepada Ubay Bin Kaab.
Dari sabda beliau itu tampak jelas betapa kuatnya posisi Ubay bin Kaab dalam nenguasai ilmu-ilmu al.Quran Di samping sebagai qurra’ sekaligus sebagai sumber rujukan dari ilmu-ilmu al-Qur’an. Timbul pertanyaan, siapakah dia tokoh Ubay bin Kaab yang telah dipercayai Rasulullah saw. untuk tempat bertanya ilmu-ilmu al-Quran itu?
Nama lengkapnya adalah Ubay bin Kaab bin Qais. Berasal dari kalangan penduduk asli madinah (Kaum Anshar) suku Khazraj. Sebelum memeluk agama islam sudah terkenal lebih dahulu sebagai salah seorang pendeta yang memahami sekali agama Yahudi. Tetapi etelah ke Islamannya, Rasulullah meengangkatnya sesbagai sekretaris pertama esbelum Zaid Bin Tsabit, Ubay juga merupakan salah seorang sahabat penulis wahyu Al-Qur’an. Beliau memeluk Islam setelah peristiwa Baiatul Aqabah kedua. Ke Islamannya menjadikannya seorang sahabat yang taat lagi shalih. Dia mengikuti semua peperangan yang dilakukan Rasulullah saw termasuk perang-perang besar seperti perang Badr, perang Uhud, dan perang Ahzab bersama sahabat-sahabat lainnya.
Memang dibawah didikan Rasulullah Ubay tumbuh menjadi seseorang yang amat ideal. Ia senantiasa berpegang teguh pada ketakwaan dan menjalani hidup secara zuhud dan wara, dalam pandangan yang bening, dunia seisinya itu tidak memberikan apa-apa jika tidak dimanfaatkan secara cerdas dan optimal sebagai usaha beramal untuk menuju taqwallah.
Pandangannva yang zuhud ini tercermin dalam refleksi ucapannya dalam kalam hikmahnya mengenai dunia. Ucapanva, sesungguhnya tamsil kehidupan dunia itu ibaratnya seperti akhir atau kesudahan makanan manusia. Betapapun juga makanan itu dikatakan enak dan lezat tetapi toh pada kesudahannya (pada akhirnya) hanya akan menghasilkan hasil akhir yang sama. Semuanya itu akan menjadi….!
Sebagai seorang sahabat setia, dia selalu hadir dalam kebanyakan majelis Rasulullah saw. Dari situ direguknya telaga ilmu dan iman yang amat dalam dan manis. Dengan demikian akan selalu terlatihlah bagi jiwanya untuk tetap lurus dan menjurus kepada kesalehan dan ketaqwaan. Hasil kedalaman dan manisnya iman yang diperolehnya menyebabkan ía amat mudah terharu jika membaca atau mendengarkan ayat-ayat suci al-Quran yang dibaca. Di saat demikian Ia merasa dekat sekali dengan Dzat yang telah menciprakannva dan menciptakan seluruh alam raya ini. Saking terharunya dalam menghayatinya. seringkali ia menangis terisak-isak memikirkan dan merenungkan kekuasaan-Nya yang demikian agung dan tak terbatas itu.
Di samping begitu intens penghayatannya terhadap al-Qur’an dia juga mempunyai bakat kemampuan besar dalam menyampaikan ayat-ayat al-Qur-an secara bhaligh (komunikatif) sehingga dapat disuguhkan amat menarik kepada publik pendengarnva.
Konon, apabila ía telah mulai berbicara di didepan publik (beipidato), maka sulit orang akan bertahan diri untuk tidak mendengarkan pidatonya yang amat memikat itu. Ucapan-ucapannya yang fasih dan indah ditambah dengan nuansa keikhlasan yang muncul dari lubuk hatinya yang tulus ikhlas. sulit dibendung untuk dibiarkan begitu saja tidak didengar diabaikan). Ada satu ayat al-Qur’an yang amat mempengaruhinya jika ia membaca Ayat ini selalu menggelitik hatinya untuk terjatuh pada kesedihan yang mendalam hingga berpengaruh terhadap keadaan sekujur tubuhnya. Ayat yang dimaksud adalah ayat 65 dari Surat al-An’am yang artinya;
“katakanlah, Dia berkuasa akan mengirimkan siksa pada kamu sekalian baik dari atas maupun dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalam golongan yang berpecah-belah dan ditimpakannya kepada kalian perbuatan kawannya sendiri".
Ayat ini membuat dirinya prihatin terhadap nasib umat Islam yang akan datang setelah jauh dari bimbingan Rasululah saw. Ia mengkhawatirkan akan datangnya suatu bencana/musibah antara mereka sendiri berupa gontok-gontokan sesamanya. Untuk mengantisapasi keadaan, di setiap kesempatan dia selalu memperingatkan kepada publik dengan ucapan peringatan tentang bahayanya jika pimpinan tidak berorientasi pada satu titik, sebagaimana Rasulullah saw membimbing ummatnya untuk menuju pada satu titik tertentu. Nasihat yang di ulang-ulang itu berbunyi : Wahai kaum muslimin, ingatlah ketika kita masih bersama Rasulullah saw dan tujuan kita terfokus pada satu titik, tetapi setelah ditinggalkannya, tujuan kita menjadi bercabang-cabang, melenceng dan salah arah, ada yang cenderung menjurus kekiri dan ada pula yang kekanan. Kita telah melupakan kitab suci itu.
Kedalaman ilmu Ubay itu menjadikannya panutan dari para sahabatnya. Hal ini disebabkan konsistensinya antara ilmu dan amal, antara teori dan praktek. Bagi Ubay, ilmu yang tidak dipraktekkan hanyalah merupakan pajangan perhiasan indah yang tidak berarti. Para sahabat menaruh hormat yang tinggi pada sahabat yang satu ini. Bahkan Umar Bin Khattab sendiri sangat mengagumi kecermatan Ubay dalam hal amal ibadahnya. Ia bahkan pernah memanggil Ubay dengan panggilan terhormat “Sayyidul Mu’minin (Pemimpin orang-orang mu’min). maka tidak heran ketika para shahabat ribut-ribut soal shalat malam bulan ramadhan (shalat tarwih) dimana masing-masing kelompok mengangkat imamnya sendiri-sendiri. Khalifah Umar segera menunjuk Ubay Bin Ka’ab untuk menjadi imam bagi mereka semuanya agar jama’ah tidak shalat sendiri-sendiri dan membentuk imam sendiri-sendiri pula, sehingga masjid menjadi hiruk pikuk karna banyaknya imam yang melakukan shalat tarwih dalam satu masjid. Dengan ditunjuknya Ubay Bin Kaab jadi imam maka shalat tarwih menjadi tertib, tidak gaduh dan terpimpin.
Ubay Bin Kaab hidup hingga tahun ke 22 H. Di tahun itulah ia wafat. Ketika itu kota Madinah menjadi hiruk pikuk karna keluarnya orang-orang untuk memberi penghormatan terakhir kepada salah seorang dari penduduk yang terhormat ini. Laki-laki perempuan, tua dan muda, besar maupun kecil semuanya merasakan seorang tokoh panutan masyarakat yang diakui sebagai sayyidul mu’minin atau pemimpin umat telah wafat mendahului mereka.
0 komentar: