Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Zadul Maadnya menulis Fathu Makkah adalah kemenangan yang agung, yang dengannya Allah swt. memuliakan agama-Nya, Rasul-Nya, tentara-Nya dan pendukung-Nya, dan dengannya pula selamatlah negeri-Nya dan rumah-Nya yang suci dan dijadikan sentral peribadatan bagi seluruh alam, selamat dari tangan-tangan orang kafir dan musyrik. Inilah kemenangan yang disambut gembira oleh para penghuni langit. Dengan kemenangan tersebut manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah. maka teranglah bumi ini dengan cahaya-Nya yang benderang.
Latar Belakang Fat-h Makkah
Kitab-kitab sirah Nabawiyah menyebutkan bahwa latar belakang penaklukan kota Makkah adalah penjanjian hudaibiyah yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah 6 H atau Maret 628 M. Di antara butir perjanjian tersebut adalah dipesilakan kepada qabilah-qabilah yang ada untuk membuat ikatan dengan salah satu dari dua belah pihak. dengan kaum Muslimin atau dengan musyrikin Makkah. Ternyata qabilah Khuza’ah membuat perjanjian dengan kaum Muslimin. sedang Banu Bakar berpihak kepada Quraisy. Dengan demikian di antara kedua qabilah (Khuza’ah dan Banu Bakar) tidak boleh saling mengganggu, sebagaimana juga berlaku antara kaum Muslimin dengan Quraisy.
Pada bulan Sya’ban 8 H. Banu Bakar menyerang Khuza’ah secara tiba-tiba. di malam hari. Dan memang di antara kedua qabilah tersebut sebelumnya sudah ada permusuhan yang berkepanjangan. Dan ternyata orang-orang Quraisy pun ikut terlibat dalam peristiwa tersebut. Ketika berita itu sampai kepada Nabi saw, beliau mempersiapkan tindakan yang sementara waktu dirahasiakan.
Hathib Bin Balta’ah
Di saat Nahi saw. mempersiapkan perjaianan secara rahasia ke Makkah.
Hathib bin Abi Balta’ah diam-diam menulis surat untuk Quraisy
memberitakan hal tersebut. Surat itu dibawa oleh seorang wanita. Ketika
Nabi saw mengetahui hal itu melalui wahyu. beliau menugaskan Ali bin Abi
Thalib, Zubair bin Awwam dan Miqdad untuk mengejar wanita sang pembawa
surat. Pada awalnya wanita itu mengingakari tuduhan membawa surat dari
Hathib, tetapi setelah diancam akan digeledah. iapun menyerahkannya yang
disisipkan di sanggulnya.
Nabi saw. memanggil Hathib bin Abi Balta’ah dan bertanya kepadanya: Hai Hathib, untuk apa engkau lakukan hal ini? Hathib menjawab: Ya Rasulullah. janganlah terburu-buru menganggapku bersekongkol dengan Quraisy. Demi Allah, saya ini Mukmin, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Saya tidak mengubah keyakinan saya, Saya punya anak dan Istri di Makkah. Padahal kami tidak punya sanak famili yang dapat melindungi mereka. Sementara shahabat yang lain ada yang meniamin dan melindungi keluarganya. Saya berharap dengan berbuat seperti itu. Quraisy tidak akan mengganggu keluarga saya. Umar bin Khaththah berkata: Ya Rasulullah, biarkanlah saya tebas batang leher munafiq ini. Rasulullali saw. menjawab: Sesungguhnya Ia ikut dalam perang Badar. Padahal Allah swt. telah memberikan keistimewaan terhadap orang yang ikut perang Badar: Berbuatlah sekehendak kalian, sungguh Aku telah mengampuni kalian.
Lalu turunlah firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karna rasa kasih sayang padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih savang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya ia tdah tersesat dari jalan yang lurus. (al-Mumtahanah: 1).
Nabi saw. memanggil Hathib bin Abi Balta’ah dan bertanya kepadanya: Hai Hathib, untuk apa engkau lakukan hal ini? Hathib menjawab: Ya Rasulullah. janganlah terburu-buru menganggapku bersekongkol dengan Quraisy. Demi Allah, saya ini Mukmin, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Saya tidak mengubah keyakinan saya, Saya punya anak dan Istri di Makkah. Padahal kami tidak punya sanak famili yang dapat melindungi mereka. Sementara shahabat yang lain ada yang meniamin dan melindungi keluarganya. Saya berharap dengan berbuat seperti itu. Quraisy tidak akan mengganggu keluarga saya. Umar bin Khaththah berkata: Ya Rasulullah, biarkanlah saya tebas batang leher munafiq ini. Rasulullali saw. menjawab: Sesungguhnya Ia ikut dalam perang Badar. Padahal Allah swt. telah memberikan keistimewaan terhadap orang yang ikut perang Badar: Berbuatlah sekehendak kalian, sungguh Aku telah mengampuni kalian.
Lalu turunlah firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karna rasa kasih sayang padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih savang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya ia tdah tersesat dari jalan yang lurus. (al-Mumtahanah: 1).
Abu Sufyan Masuk Islam
Serangan Banu Bakar terhadap Khuza’ah dan keterlibatan Quraisy padanya
menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan Quraisy, disebabkan
mereka telah melanggar perjanjian. Maka diutuslah Abu Suyan ke Makkah
guna memperbaiki perjanjian.
Ketika Abu Sufyan datang ke rumah putrinya. Ummu Habibah yang menjadi istri Nabi saw. Ia tidak diperkenankan untuk duduk di atas tikar Rasuluhlah saw. k.arena masih kotor dengan kesyirikannya. Lalu Ia pergi dan menemui Abu Bakar, dengan harapan dapat membantunya melobi Nabi saw. Namun Abu Bakar menolaknya. Demikian juga ketika Abu Sufyan mendatangi Umar, Ali dan Fathimah, bahkan Hasan dan Husein yang masih kecikpun tidak ada yang memberikan tanggapan yang positif. Akhirnya Abu Sufyan kembali ke Makkah dengan hati hampa dan penuh kecemasan.
Tokoh-tokoh Quraisy, termasuk Abu Sufyan terus memantau perkembangan. Ketika pasukan Muslim berbenti di Zhahran. dekat Makkah Abbas bin Abdul Muthalib, yang sebelumnya sudah masuk Islam. mengajak Abu Sufyan untuk menemui Rasulullah saw. agar ia masuk Islam. Setelah dialog yang cukup panjang, akhirnya dengan idzin Allah, Abu Sufyan masuk Islam dengan baik.
Pasukan Muslim Memasuki Makkah
Ketika Abu Sufyan datang ke rumah putrinya. Ummu Habibah yang menjadi istri Nabi saw. Ia tidak diperkenankan untuk duduk di atas tikar Rasuluhlah saw. k.arena masih kotor dengan kesyirikannya. Lalu Ia pergi dan menemui Abu Bakar, dengan harapan dapat membantunya melobi Nabi saw. Namun Abu Bakar menolaknya. Demikian juga ketika Abu Sufyan mendatangi Umar, Ali dan Fathimah, bahkan Hasan dan Husein yang masih kecikpun tidak ada yang memberikan tanggapan yang positif. Akhirnya Abu Sufyan kembali ke Makkah dengan hati hampa dan penuh kecemasan.
Tokoh-tokoh Quraisy, termasuk Abu Sufyan terus memantau perkembangan. Ketika pasukan Muslim berbenti di Zhahran. dekat Makkah Abbas bin Abdul Muthalib, yang sebelumnya sudah masuk Islam. mengajak Abu Sufyan untuk menemui Rasulullah saw. agar ia masuk Islam. Setelah dialog yang cukup panjang, akhirnya dengan idzin Allah, Abu Sufyan masuk Islam dengan baik.
Pasukan Muslim Memasuki Makkah
Tentara Islam bergerak dari Madinah pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H
dengan jumlah 10.000 orang. Pada awalnya pasukan Muslim tersebut
berpuasa. Tetapi setelah di perjalanan Nabi saw. memerintah agar mereka
berbuka puasa. Untuk sementara kepemimpinan di Madinah diserahkan oleh
Nabi saw. kepada Abu Ruhum Kultsum bin Hushein al-Ghiffari. Pada Rabu
pagi, tanggal 17 Ramadhan tahun 8 H. Rasulullah saw. dan pasukan Muslim
meninggalkan Zhahran menuju Makkah. Nabi saw menyuruh Abbas agar membawa
Abu Sufyan ke celah yang akan dilewati pasukan Muslim ke Makkah agar
dapat menyaksikan betapa besarnya pasukan Muslim tersebut. Di Dzu Thuwa.
Nabi saw. membagi pasukan Muslim itu menjadi beberapa bagian dan
memesankan agar tidak melakukan pembunuhan, kecuali jika didapati
perlawanan.. Khalid bin Walid memimpin pasukan melalui bagian bawah,
Zubair bin Awwam memimpin pasukan melalui arab utara. Qis bin Sa’ad bin
Ubadah al-Anshari dari sebelah barat. Sedang Nabi saw. sendiri dengan
pemandu Abu Ubaidah bin Jarrah melalui bagian atas. Beliau memasuki
Makkah sebagai pemenang, namun penuh ketawadhuan dan kesyukurnya kepada
Allah Swt.
Hari Kemenangan dan Pengampunan Massal
Hari Kemenangan dan Pengampunan Massal
Setelah pasukan Muslim yang besar itu dapat memasuki Makkah sebagai
pemenang tanpa perlawanan yang berarti, dikumpulkanlah orang-orang
Quraisy; lantas Nabi saw. bertanya: “Wahai orang-orang Quraisy, tahukah
kalian apa yang akan aku katakan kepada kalian?” Mereka menjawab :
Artinya: (Pasti engkau akan mengatakan)kebaikan.saudara kami yang mulia dan anak saudara kami yang mulia.
Artinya: (Pasti engkau akan mengatakan)kebaikan.saudara kami yang mulia dan anak saudara kami yang mulia.
Beliau bersabda: Sesungguhnya aku akan mengatakan kepada kalian
sebagaimana yang dikatakan oleh Yusuf kepada saudara-saudaranya:
قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Pergilah. kalian bebas.
Kemudian secara sukarela orang-orang Quraisy satu persatu menyatakan keislamannya dan berbai’at untuk setia kepada Nabi saw. termasuk di antaranya Ikrimah bin Abi Jahal, putra musuh bebuyutan da’wah Islam dan Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan yang pernah berkolusi dengan Wahsyi dalam pembunuhan Hamzah, paman Nabi saw. dengan cara yang sangat biadab.
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat (an-Nashr:l3).
Sesudah thawaf, Nabi saw. dan para shahabat merobohkan berhala yang berada di sekitar Ka’bah berjumlah 360 buah sambil membacakan ayat:
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ
Pelajaran Dan Fat-h Makkah
Meskipun kemenangan di kota Makkah sudah terjadi 1408 tahun yang lalu,
tetapi peristiwa itu masih sangat aktual untuk direnungi dan dicari
hikmah dan pelajaran darinya. di antaranya:
1. Perjanjian Hudaibiyah yang menjadi prolog bagi Fat-h Makkah adalah peristiwa politik yang sangat strategis, sebagaimana disebutkan oleh banyak ahli sirah. Oleh karena itu, para aktivis dan pejuang perlu memanfaatkan setiap kesempatan yang strategis. Hanya perlu diingat, bahwa ketika itu kaum Musilmin sudah tertata dan terlatih baik di berbagai front. Bila ternyata pihak lain berkhianat, kaum Muslimin dengan penuh ‘izzah dapat menindak. Tentu kita dapatkan kondisi yang sangat bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh Yasser Arafat dengan perjanjian damainya itu. Sudah sekian kali dikhianati dan dihina tetap saja setia pada rekayasa yang sangat merugikan kaum Muslimin, khususnya bangsa Muslim Palestina itu.
2. Pada Perjanjian Hudaibiyah, Nabi saw. rela menghapus bismillahirrahmanirrahim dan mengganti Muhammad Rasulullah dengan Muhammad bin Abdillah, meskipun sebagian shahabat berkeberatan. Itu menunjukkan perlunya berjiwa besar dalam berinteraksi dengan kalangan yang ada perbedaan, termasuk dengan masuk demi kemaslahatan bersama. Tentu saja kesemuanya itu setelah dibedakan mana yang substansial (prinsip) dan mana yang hanya sekedar bingkai. Jadi bukan hanya ngotot dan juga tentu saja tidak gampang dipermainkan
3. Hathib bin Abi Balta’ah memang melanggar, tetapi secara jujur Ia ungkapkan komitmennya pada Islam. Dan statusnya sebagai pejuang Badar yang sangat dihormati itu dapat menjadi peringatan. Bukan berarti semua orang yang berjasa dapat sewenang-wenang membuat pelanggaran lalu diringankan, tetpi dengan segala pertimbangan, jasa seseorang dengan komitmen yang baik dapat meringankan risiko sanksi. Adapun di hadapan Allah tergantung niat dan motivasinya. Jadi asal bantai dan asal gusur tentulah sangat tidak bijak.
4. Penolakan Ummu Habibah terhadap ayahandanya sendiri, Abu Sufyan menunjukkan keterikatan yang tinggi dari setiap personal yang ada di dalam tatanan kaum Muslimin ketika itu. Demikian pula sikap Abu Bakar, Umar dan keluarga Ali membuktikan kcsamaan sikap dalam menghadapi berbagai persoalan, sehingga tidak mudah menjadi pembocoran informasi, kolusi dan korupsi. Tentu kesemuanya itu sangat terkait dengan pola pembinaan yang kontinue, kualitas pembina dan pengambil kebij.akan serta keataan ummat yang terbina. Tampaknya hal tersebut sangat penting diperhatikan dalam pembangutan ummat seutuhnya.
5. Ketika akan memasuki Makkah, Nabi saw. mengingatkan agar diminimalisasi korban ini sangat penting. Sebab bergabungnya musuh ke dalam shaf kaum Muslimin sehingga mereka menjadi pendukungnya, itu jauh leblh baik dan berharga daripada mereka menjadi korban yang gugur. Pendekatan. ta’lif dan kalau perlu pemberian penghargaan kepada orang-orang tertentu dapat dijadikan variasi dalam meraih keberhasilan
6. Ketika Abu Sufyan masuk Islam Abbas bin Abdul Muthalib membisikkan kepada Nabi saw. agar memberi sedikit penghormatan kepada Abu Sufyan, sebab ía termasuk orang yang senang penghargaan. Lalu Nabi saw. menyatakan: "Siapa yang masuk rumah Abu Sufyan ia aman, siapa yang masuk masjid dia aman". Jadi, meskipun sudah jadi pemenang dan penguasa. tetap seperpti pepatah jawa: Menang tanpo ngasorake (Menang, tetapi tidak merendahkan orang yang dikalahkan).
7. Demikian pula ketika Nabi saw. mengumumkan pengampunan massal yang sebenarnya sudah diperkirakan oleh orang-orang Quraisy, walaupun mereka sudah seperti tikus di hadapan kucing. Namun mereka yakin bahwa Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin tidak akan bertindak mentang-mentang seperti mereka dulu bersikap terhadap kaum Muslimin. Ini menunjukkan bahwa mereka tetap merasakan dan menyadari bahwa kaum Muslimin itu baik dan mulia, walaupun Quraisy memusuhi mereka sekian lama.
Begitulah keadaan Nabi saw. dan para shahabatnya yang agung. Pribadi yang integral seperti itu wajarlah dapat mengantarkan perjuangan sampai ke pentas kemenangan dan keberhasilan. Semoga kita dapat mengevaluasi amal Islami yang selama ini kita jalankan. Mudah-mudahan Ramadhan Mubarak ini dapat meningkatkan kualitas diri kita dari ikatan-ikatan kita menuju kemenangan bersama. insya’ Allah. Amin Ya Rabbal ‘alamin
1. Perjanjian Hudaibiyah yang menjadi prolog bagi Fat-h Makkah adalah peristiwa politik yang sangat strategis, sebagaimana disebutkan oleh banyak ahli sirah. Oleh karena itu, para aktivis dan pejuang perlu memanfaatkan setiap kesempatan yang strategis. Hanya perlu diingat, bahwa ketika itu kaum Musilmin sudah tertata dan terlatih baik di berbagai front. Bila ternyata pihak lain berkhianat, kaum Muslimin dengan penuh ‘izzah dapat menindak. Tentu kita dapatkan kondisi yang sangat bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh Yasser Arafat dengan perjanjian damainya itu. Sudah sekian kali dikhianati dan dihina tetap saja setia pada rekayasa yang sangat merugikan kaum Muslimin, khususnya bangsa Muslim Palestina itu.
2. Pada Perjanjian Hudaibiyah, Nabi saw. rela menghapus bismillahirrahmanirrahim dan mengganti Muhammad Rasulullah dengan Muhammad bin Abdillah, meskipun sebagian shahabat berkeberatan. Itu menunjukkan perlunya berjiwa besar dalam berinteraksi dengan kalangan yang ada perbedaan, termasuk dengan masuk demi kemaslahatan bersama. Tentu saja kesemuanya itu setelah dibedakan mana yang substansial (prinsip) dan mana yang hanya sekedar bingkai. Jadi bukan hanya ngotot dan juga tentu saja tidak gampang dipermainkan
3. Hathib bin Abi Balta’ah memang melanggar, tetapi secara jujur Ia ungkapkan komitmennya pada Islam. Dan statusnya sebagai pejuang Badar yang sangat dihormati itu dapat menjadi peringatan. Bukan berarti semua orang yang berjasa dapat sewenang-wenang membuat pelanggaran lalu diringankan, tetpi dengan segala pertimbangan, jasa seseorang dengan komitmen yang baik dapat meringankan risiko sanksi. Adapun di hadapan Allah tergantung niat dan motivasinya. Jadi asal bantai dan asal gusur tentulah sangat tidak bijak.
4. Penolakan Ummu Habibah terhadap ayahandanya sendiri, Abu Sufyan menunjukkan keterikatan yang tinggi dari setiap personal yang ada di dalam tatanan kaum Muslimin ketika itu. Demikian pula sikap Abu Bakar, Umar dan keluarga Ali membuktikan kcsamaan sikap dalam menghadapi berbagai persoalan, sehingga tidak mudah menjadi pembocoran informasi, kolusi dan korupsi. Tentu kesemuanya itu sangat terkait dengan pola pembinaan yang kontinue, kualitas pembina dan pengambil kebij.akan serta keataan ummat yang terbina. Tampaknya hal tersebut sangat penting diperhatikan dalam pembangutan ummat seutuhnya.
5. Ketika akan memasuki Makkah, Nabi saw. mengingatkan agar diminimalisasi korban ini sangat penting. Sebab bergabungnya musuh ke dalam shaf kaum Muslimin sehingga mereka menjadi pendukungnya, itu jauh leblh baik dan berharga daripada mereka menjadi korban yang gugur. Pendekatan. ta’lif dan kalau perlu pemberian penghargaan kepada orang-orang tertentu dapat dijadikan variasi dalam meraih keberhasilan
6. Ketika Abu Sufyan masuk Islam Abbas bin Abdul Muthalib membisikkan kepada Nabi saw. agar memberi sedikit penghormatan kepada Abu Sufyan, sebab ía termasuk orang yang senang penghargaan. Lalu Nabi saw. menyatakan: "Siapa yang masuk rumah Abu Sufyan ia aman, siapa yang masuk masjid dia aman". Jadi, meskipun sudah jadi pemenang dan penguasa. tetap seperpti pepatah jawa: Menang tanpo ngasorake (Menang, tetapi tidak merendahkan orang yang dikalahkan).
7. Demikian pula ketika Nabi saw. mengumumkan pengampunan massal yang sebenarnya sudah diperkirakan oleh orang-orang Quraisy, walaupun mereka sudah seperti tikus di hadapan kucing. Namun mereka yakin bahwa Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin tidak akan bertindak mentang-mentang seperti mereka dulu bersikap terhadap kaum Muslimin. Ini menunjukkan bahwa mereka tetap merasakan dan menyadari bahwa kaum Muslimin itu baik dan mulia, walaupun Quraisy memusuhi mereka sekian lama.
Begitulah keadaan Nabi saw. dan para shahabatnya yang agung. Pribadi yang integral seperti itu wajarlah dapat mengantarkan perjuangan sampai ke pentas kemenangan dan keberhasilan. Semoga kita dapat mengevaluasi amal Islami yang selama ini kita jalankan. Mudah-mudahan Ramadhan Mubarak ini dapat meningkatkan kualitas diri kita dari ikatan-ikatan kita menuju kemenangan bersama. insya’ Allah. Amin Ya Rabbal ‘alamin
0 komentar: