Sabtu, 11 Maret 2017

Antara Kewajiban dan Hak Asasi Manusia


Sebenarnya antara kewajiban dan hak bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Satu dengan lainnya saling berdampingan. Adanya yang satu mengharuskan adanya yang lain. Sebuah mata uang menjadi tidak bernilai. alias palsu bila salah satu sisinya tidak ada. Demikian pula halnya antara kewajiban dan hak. Bila salah satunya diabaikan. kehidupan menjadi pincang. tidak bernilai.

Fenomena kehidupan menunjukkan bahwa manusia cenderung lebih “asyik”. lebih “lantang” untuk berbicara hak ketimbang kewajiban. Padahal kondisi semacam itu jelas tidak adil dan tidak menguntungkan. mengarah kepada gaya hidup mementingkan diri. nafsi-nafsim egoistik. Karena itu, Islam yang cinta kedamaian. mengajarkan agar kita lebih mengutamakan kewajiban ketimbang hak. mendahulukan penunaian kewajiban ketimbang penuntutan hak. Lalu apa sebenamya yang menjadi kewajiban asasi bagi manusia dalam hidupnya ini? Pertanyaan ini amat penting dan sangat mendasar. karena menyangkut tugas dan aktivtas manusia yang bermuara kepada kehidupan sesudah mati. kehidupan hakiki nan abadi, Sementara. memang masih banyak manusia yang hidup di planet bumi ini belum mengerti apalagi menyadari akan kewajiban dan tugas asasinya dalam hidup. Karena itu waktu dan potensi hidupnya yang sangat berharga itu tidak dimanfaatkan secara proporsional. Bahkan cenderung dihambur-hamburkan untuk kepentingan sesaat. kepuasan hawa nafsu dan kesenangan duniawi.

Kehadiran manusia di planet bumi ini, bukanlah kehendak, kemauan atau rekayasanya sendiri. Tapi merupakan iradah. qudrah dan kebijaksanaan Allah. Rabbul‘alamin semata. Oleh karena itu, berbicara tentang kewajiban maupun hak asasi manusia. hanya Allah swt. sajalah yang berhak dan berwenang menetapkannya. Dalam surah adz-Dzaariyat. dengan tegas Allah menyatakan:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِمَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِإِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya : Dan tidaklah Aku ciptakan dari manusia melainkan agar mereka beribadah kepada- Ku. Aku tidak menghendaki pemberian (sedikitpun dari mereka, dan tidak pula Aku menghendaki mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah itu, Dia-lah Pemberi rizqi, Yang memiliki kekuatan. lagi Yang Maha Kokoh. (QS. Az-Zariyat : 56-58).

Jadi beribadah kepada Allah. Rabbul‘ alamin” itulah tugas dan kewajiban asasi manusia dalam hidupnya di planet bumi ini. Dan itu sudah merupakan ‘SK” (Surat Keputusan) ilahi. yang tentunya tidak bisa ditawar dan diganggu-gugat lagi. Karena memang hanya Allah-lah satu-satunya Rabbul ‘alamin. Sang Pemilik dan Penguasa Kerajaan jagat raya ini. Karena itu. badan atau lembaga internasional sekalipun. semisal PBB, sama sekali tidak berhak, dan tidak berkompeten merevisi atau membatalkannya. Mau tidak mau, suka tidak suka. begitulah yang telah ditetapkan oleh Allah. Hanya saja, manusia memang telah diberi oleh Allah suatu “kebebasan”. Kebebasan untuk menerima “SK’ tersebut, lalu mengamalkannya. Atau menolak. lalu mengabaikannya. “Fa man syaa-a, fal yu’min : fa man syaa-a. Fal yakfur” (Barangsiapa suka. silahkan beriman; dan barangsiapa suka. silahkan ingkar).

Namun demikian perlu diingat,. bahwa “kebebasan” yang dimaksud. bukanlah kebebasan liar, tapi kebebasan yang bertanggungjawab. Artinya. ada konsekuensi. pahala atau siksa, di balik kebebasan menjatuhkan pilihannya itu. Sebab dibalik kehidupan yang fana, tempat cobaan dan ujian ini, Allah telah mempersiapkan surga dan neraka. Untuk itu, sebelum menjatuhkan pilihannya. menerima atau menolak “SK” ilahi tersebut al-Qur’an telah mengingatkan kepada semua manusia: 

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
Artinya: Dan katakanlah : “Kebenaran itu (hanya datang) dari Tuhanmu, maka barangsiapa mau, silahkan ía beriman; dan barangsiapa mau, silahkan ía ingkar”. Sesungguhnya Kami telah siapkan untuk orang-orang yang zhalim (menganiaya diri. Menolak kebenaran ilahi) itu api neraka yang pagarnya mengitari mereka; dan jika mereka meminta air, akan diberi kepada mereka air seperti cairan logam yang membakar wajah-wajah mereka. Sungguh ia merupakan minuman yang amat buruk, dan mereka itu (sendiri) merupakan tempat kediaman yang amat nista” (QS. Al-Kahf : 29).

Seiring dengan ‘SK” ilahi di atas. Adz-Dzaariyat 56, Mu’adz bin jabal. salah seorang shahabat yang kemudian diangkat menjadi gubernur Yaman menceritakan sbb:

Pernah suatu ketika. aku membonceng Rasulullah saw. di atas punggung himar (keledai). Lalu beliau bertanya kepadaku: “Ya Mu’adz. tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba-Nya. dan apa pula hak para hamba atas Allah?” Aku menjawab: “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu! Kemudian. beliau pun menjelaskan: “Hak Allah atas para hamba-Nya ialah mereka (harus) mengibadahi-Nya dan tidak boleh menyekutukan (dalam beribadah) kepada-Nya itu dengan Sesuatu apapun. Sedang hak para hamba atas Allah ialah. bahwa Ia tidak akan menyiksa siapapun yang tidak menyekutukan-Nya (dalam beriibadah kepada-Nya) dengan suatu apapun juga”.
Dialog singkat. kendati di atas “kendaraan” yang amat bersahaja, seekor keledai. bukan di atas volvo atau marcedes, tidak pula di hotel berbintang atau di gedung aula suatu Universitas, namun materinya amat berbobot dan punya nilai stretegis. Menyangkut kewajiban dan Sekaligus hak asasi bagi setiap manusia sepanjang hayatnya. di mana saja dan kapan saja. Pernyataan Nabi saw. yang kemudian tercatat dan “diabadikan” dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim itu. kiranya cukup jelas. Di samping menunjukkan bahwa hak Allah atas manusia. alias kewajiban asasi manusia terhadap Allah. yaitu beribadah kepada-Nya secara tulus tanpa mempersekutukan dengan apa dan siapa pun, juga menunjukkan bahwa “hak manusia atas Allah”, alias “jaminan” Allah terhadap manusia yang tidak mernpersekutukan-Nya. yaitu bakal tidak disiksa, alias memperoleh jaminan keselamatan dan kedamaian dalam hidupnya. di dunia maupun di akhirat.

Beribadah kepada Allah swt. yang intinya patuh dan tunduk kepada segenap petunjuk dan ajaran-Nya. bukanlah untuk kepentingan dan keuntungan Allah. Tapi memberikan umpan balik, manfaat dan keuntungan bagi manusia itu sendiri. “La’allakum tattaquun” (supaya kamu terpelihara. QS. 2: 21). “Barangsiapa patuh. Tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya. maka ia akan beroleh sukses yang gemilang” (QS. 33:71). Dan Allah sendiri. sebagai Rabbul ‘alaimin adalah Ghaniyyun-Hamid, Maha Kaya lagi Terpuji. Sama sekali tidak berkepentingan dengan apa pun dan kepada siapapun. Justru manusialah yang sepanjang hayatnya dengan segala keperluannya senantiasa bergantung kepada-Nya (QS. 22:15). Seandainya terjadi. seluruh manusia durhaka, tidak mau beribadah kepada-Nya. Allah tetap Maha Kaya Maha Terpuji (QS. 14:8).

Dalam hadits qudsi. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Allah swt. berfirman:
"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat mencapai suatu tingkat yang dapat membahayakan diri-Ku, lalu kalian pun berupaya untuk membahayakan-Ku: dan kalian juga tidak akan bosa mencapai kedudukan yang sanggup memberikan manfaat (keuntungan bagi diri-Ku, lalu kalian pun berupaya memberi manfaat kepada- Ku"! 
"Wahai para hamba-Ku, seandainya mulai yang pertama sampai yang terakhir, dari kalangan jin dan manusia, mereka semuanya bertakwa, patuh dan tunduk kepada- Ku, dan ketakwaan mereka itu dihimpun dalam hati seseorang di antara kalian, niscaya yang demikian itu tidak bisa menambah semarak kerajaan-Ku sedikit pun"! 
"Wahai para hamba-Ku. seandainya mulai dari yang pertama sampai yang terakhir. dari kalangan manusia dan jin. mereka semuanya durhaka kepada-Ku dan kedurhakaan mereka itu dihimpun dalam hati seseorang di antara kalian, niscaya yang demikian itu tidak bisa mengurangi semarak kerajaan-Ku sedikit pun"!. 
"Wahai para hamba-Ku, seandainya mulai dari yang pertama sampai yang terakhir, dan kalangan manusia dan jin, mereka semua berkumpul di suatu bukit lalu masing-masing meminta kepada-Ku, dan Aku pun lalu memberi kepada masing- masing akan permintaannya. niscaya yang demikian itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku sedikitpun"!
"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya amal perbuatan kalian. Aku senantiasa menghitungnya. kemudian Aku pasti sempurnakan balasannya untuk kalian! Oleh karena itu, barangsiapa memperoleh kebaikan, maka hendaknya ia memuji Allah; dan barangsiapa memperoleh selain itu. maka janganlah sekali-kali Ia mencela melainkan terhadap dirinya sendiri". 
Firrnan Allah dalam hadits Qudsi tersebut. di samping menunjukkan kemutlakan, kemandirian dan kekuasaan-Nya. yang sama sakali tidak tergantung kepada apa dan siapapun. Juga menunjukkan betapa kecil dan kerdilnya manusia dan segenap makhluk-Nya di hadapan-Nya. Jika kepatuhan seluruh manusia yang pernah hidup di jagat raya ini dihimpun menjadi satu, untuk mendukung kerajaan Allah misalnya. niscaya tidak akan sedikit pun menambah semarak kerajaan-Nya. Demikian sebaliknya. bila mereka semua membangkang, durhaka, kemudian kedurhakaan mereka itu dihimpun menjadi satu kekuatan untuk menentang kerajaan Allah urnpamanya. juga tidak bakal sedikit pun mengurangi kebesaran kerajaan-Nya. apalagi merontokkannya.

Peribadatan. kepatuhan dan ketaatan manusia kepada-Nya. tidak lain adalah untuk kemanfaatan dan keuntungan manusia itu sendiri. Segenap amal perbuatan setiap manusia akan dicatat dan diperhitungkan oleh Allah. kemudian Allah akan menyempurnakan balasan-Nya. ‘Sesungguhnya Allah telah membeli dari mu’minin (orang-orang yang telah menyatakan beriman) jiwa-jiwa mereka dan harta benda mereka. dengan (jaminan) bahwa mereka akan memperoleh surga. Mereka (bersedia) berperang di jalan Allah. Lalu mereka membunuh dan (ada juga yang) terbunuh. sebagai satu Perjanjian yang benar (akan dipenuhi) oleh-Nya. (yang tersebut) dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Bukankah tiada yang lebih menyempurnakan janji-Nya selain Allah? Untuk itu bergembiralah dengan perjanjian yang telah kamu lakukan dengan-Nya itu dan yang demikian itu rnerupakan keberhasilan yang besar”. (QS. 9:111). Demikian. secara garis besar. kewajiban dan hak asasi manusia menurut pandangan Islam

0 komentar: