Jalan itu berbatu cadas menantang keras, Jalan itu licin berlumut terguyur hujan Petir, kilat menyambar-nyambar menebar debar, Kadang curam, seram sekali waktu mendaki, kaki terasa lemas dan kaku, Tapi titah Sang Raja harus terjunjung, Tujuan terbayang-bayang indah menawan di pelupuk mata, Kakinya terus meretas tak perduli nafas tersengal-sengal, gerak kaki tertatih-tatih, Si musafir istiqamah menelusuri rindu akan kampung halaman, “daarul akhirah”
Rasulullah sang pembimbing mengingatkan :
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ كَأَنَّكَ عَابِرُ سَبِيلٍ
Hati bimbang, sikap mengambang, cita sebatas bayang, peluang kerap melayang dan sia-sialah semangat juang. Itu semua terjadi di aritaranya karena ketidaktahuan akan “perannya” dalam kancah sandiwara kehidupan ini. Bimbingan yang paling bijak, mengajak agar manusia bergerak pada segala bagian dan tempat di dunia ini dengan peran sebagai “musafir”. Bila musafir menjadi peran pilihan maka tentunya mengarahkan kepada beberapa hal:
1. Tujuan
Seorang musafir berpayah-payah mengarungi samudera pengembaraan namun tetap gagah. Lelah memikul bawaan tapi ia terus berjalan pantang kalah. Pakaiannya koyak diterpa debu, panas, hujan, dan tiupan angin namun ia tetap berjalan tegak. Terkadang Ia berteman lapar tapi ia senantiasa tegar. Sekali waktu sakit ganti menemani namun ia selalu bangkit, semua itu tidak membuatnya gerah apalagi menyerah. Wajahnya cerah karena “tujuannya” tergambarkan jelas dihadapan oleh keyakinannya kepada ketetapan Tuannya yang tidak pernah salah:
وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ الْمُنْتَهَىٰ
Dalam tafsir lbnu Katsir dijelaskan bahwa muntaha itu tempat kembali pada hari Qiyamat sebagaimana lbnu Abi Hatim menyampaikan sabda Rasulullah saw.: "Hendaklah kalian selalu ingat sesungguhnya kembalimu kepada Allah, yakni ke Surga atau Neraka".
Pantaslah si musafir bermujahadah, mengerahkan segenap kemampuannya mengarahkan segala sarana dan fasilitas hidup guna mencapai tujuanya. Sesuatu yang keindahannya tak pernah ada di dunia, sesuatu yang keagungan dan kenikmatannya takkan mampu dibayangkan oleh manusia. itulah Surga. Sekaligus selamat dari siksaan yang tak terbayangkan sakit dan sengitnya. Itulah neraka. Ridha Allah benar-benar tujuan yang di impikan. Buktinya:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
2. Petunjuk
Tujuari tidak akan pernah tercapai bila lalai terhadap petunjuk-Nya. Tujuan tidak akan pernah disongsong jika sombong terhadap petunjuk-Nya. Tujuan tidak akan pernah diraih bila masih dalam kebodohan terhadap petunjuk-Nya. Tujuan bahkan tidak nampak jika petunjuk-Nya disepak jauh.
Petunjuk itu merupkan kebutuhan mutlak manusia. Mengapa harus demikian? Karena hal yang remeh saja berupa permainan masih ada petunjuk bagaimana menjalakannya. lantas apakah manusia dan kehidupan diciptakan bukan untuk main-main ini tidak perlu kepada petunjuk ??? Mungkinkah kita sampai kepada Allah tanpa mengikuti aturan-aturan petunjuk-Nya? Padahal untuk sampai kepada penguasa-penguasa kelas rendah di dunia ini harus melaIui berbagai aturan dan petunjuk yang terkadang tidak semua sanggup memenuhinya? Lelah dan salah, stress dan apes, penat dan sesat merupakan ujung perjalan tanpa petunjuk. Sesal dan kesal menyelimuti sang musafir karena ternyata ia hanya meraba-raba dalam kegelapan, gelap tanpa cahaya dan pedoman. Allah swt. telah mengancam:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
Bila pedoman menjadi panduan. rasa aman akan mengringi langkah sang musafir. Jika pedoman menjadi acuan niscaya harapan menjadi kenyataan. Bila pedoman dijadikan landasan maka ía tak terbuai angan-angan. Jika pedoman dijadikan anutan perjalanan niscaya tujuan ada dihadapan. Ini sudah pasti:
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
Wahai para musafir pegang erat petunjuk perjalananmu. Dialah Al-Qur’an” (QS. 2 ayat 2).
3. Bekal
Mungkinkah perjalanan panjang terlalui tanpa bekal? Bisakah tergapai tujuan bermusafir tanpa kekuatan bekal, padahal perjalanan ilu berat penuh tantangan dan rintangan? lngatlah wahai musafir sebaik-baik bekalmu adalah taqwa:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
Taqwa adalah bekal yang menjadikan sang musafir banyak akal untuk menemukan solusi berbagai ruwet dan rumitnya permasalahan di tengah perjalanan. Optimisme bunga-bunga harapan
Sang musafir amatlah yakin akan Janji Tuhannya bahwa bekal taqwa merupakan bekal keberuntungan karenanya ia benar-benar ulung menghadapi gulungan ombak yang susul men yusul, Ia tegar dan kekar menahan hempasan badai kehidupan bahkan Ia mampu mengarunginya sampai ke dermaga tambatan cita.
tertoreh dalam jiwanya walaupun sulitnya problem membelitnya. Matanya senantiasa berbinar-binar seolah rnemancarkan cahaya menerangi gelapnya rasa pesimis akibat beraneka halangan yang menghadang, menntangi sinar-sinar asa Setiap rintangan diyakini sebagai peluang pembawa sukses bukan stress. Sang musafir amatlah yakin akan janji Tuhannya bahwa bekal taqwa merupakan bekal keberuntungan karenanya ía benar-benar ulung menghadapi gulungan ombak yang susul menyusul, Ia tegar dan kekar menahan hempasan badai kehidupan bahkan ía mampu mengarunginya sampai ke dermaga tambatan cita. Si musafir tak pernah sangsi dengan ketetapan Rabbnya yang jauh, jauh lebih setia dari manusia yang menjunjung kesetiaan:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًاوَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Taqwa adalah bekal yang membuat sang musafir konsisten tak terombang-ambing dalam kebimbangan karena gerakan tasykik (membuat ragu-ragu) yang tersebar melalui manisnya kata. indahnya iklan, tuduhan-tuduhan atas nama HAM, janji-janji muluk dan cara-cara lain yang amat menggoda. Ia tetap cakap memilah dan memilih antara yang baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, antara yang haq dan bathil Ia lihai menuai berkah di tengah semaraknya fitnah. Ia bijak memihak yang hak di tengah gempuran tuduhan, celaan ataupun ancaman. Ia pegang erat kebenaran di tengah kecaman para pecinta kejahiliyahan. Allah memang Pembela hamba-Nya yang mengandalkan taqwa sebagal bekal hidupnya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
Taqwa adalah bekal keselamatan, terjaga dan terpeliharanya dari dan mudharatnya tipu daya manusia-manusia jahil dalam perjalanan. Hasad yang ditujukan kepada si musafir yang berbekal taqwa tidak berakibat fasad. Ancaman yang menghantui perjalanannya justru membuatnya semakin aman. Makar-makar yang menyerangnya malah menambah tegar kepribadiannya. Rekayasa-rekayasa jahat yang dihadapkan padanya menjadi pendorong munculnya sikap perkasa. Taqwa benar-benar menakjubkan:
وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
4.Teman Akrab Yang Shaleh
Setiap insan diciptakan pasti membawa kelemahan. Secermat-cermat seseorang pasti ia pernah salah alamat. Sepandai-pandai seseorang pasti ia pernah lalai. Sehati-hati seseorang Ia pasti pernah ceroboh tersakiti. Di sinilah perlunya teman yang baik dan tulus hati mengingatkan, mengulurkan bantuan yang diperlukan. Maka teman inilah pemberi inisiatif ketika fikiran sedang tidak aktif. Dialah penyuguh suka ketika jiwa sedang berduka. Dialah pendorong ketika semangat lagi kendor. Diaiah pelindung ketika bahaya mangepung. Dialah penghasung ketika harga diri terancam dipasung. Berbahagialah sang musafir bila akrab dengan teman seperti ini:
وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
Wahai sang musafir semoga engkau selamat dalam perjalanan dan tujuanmu tercapai. Amien
0 komentar: