Senin, 13 Februari 2017

Qiyamul Lail, Keutamaannya, Sifat-sifat dan Bid’ahnya


Al-Jama’ ah kecuali Bukhari, meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah ditanya: “Shalat apakah yang paling utama selain shalat fardhu?’ Beliau menjawab: “Shalat pada tengah malam”. Orang itu bertanya lagi: “Puasa apakah yang paling utama selain Puasa Ramadhan?” Beliau menjawab: “Pada bulan haram”. Dan Imam Thirmidzi, Nasai, dan Hakim meriwayatkan bahwa beliau bersabda: 
الرَّبُّ مِنْ الْعَبْدِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ الْآخِرِ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ

Artinya: Saat paling dekatnya Tuhan kepada hamba-Nya ialah pada larut malam yang akhir. Jika kamu ingin termasuk orang yang mengingat kepada Allah pada saat itu, maka lakukanlah. (Hadits ini disahkan oleh Timiidzi)

Dan diriwayatkan dalam al-Jami’ oleh Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Nasai bahwa Nabi saw. bersabda: 


أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلَاةِ إِلَى اللَّهِ صَلَاةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ
 
Artinya: Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Daud, beliau biasa berpuasa sehari dan berbuka sehari; dan shalat yang paling dicintai Allah ialah shalat Daud, beliau tidur separo malam, shalat sepertiganya, dan tidur seperenamnya”.

Dan al-Jamaah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: 


يَنْزِلُ اللَّهُ تَعَالَى إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كُلَّ لَيْلَةٍ لِنِصْفِ اللَّيْلِ الْآخِرِ أَوْ لِثُلُثِ اللَّيْلِ الْآخِرِ فَيَقُولُ مَنْ ذَا الَّذِي يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ ذَا الَّذِي يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ ذَا الَّذِي يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ أَوْ يَنْصَرِفَ الْقَارِئُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ
 
Artinya: Allah Ta'ala turun ke langit dunia pada pertengahan malam akhir, atau sepertiga malam terakhir, lalu berfirman: 'Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan baginya, siapakah yang memohon kepada-Ku maka Aku akan memberinya, siapakah yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya? ' sampai terbit fajar atau orang yang shalat selesai dari shalat subuh.

Dan diriwayatkan juga dalam al-Jami: “Hendaklah kamu melakukan shalat malam, karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelurn kamu, pendekatan diri kepada Allah Ta’ala, menjauhkan dari dosa, menghapuskan kejelekan, dan mengusir penyakit dari tubuh” Diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, Hakim, dan lain-lainnya dari hadtis Bilal, dan disahkan oleh Hakim. Dan diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Nabi saw. bersabda:

إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
 
Artinya: "Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu ia memohon kebaikan kepada Allah 'azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam."

Sitat-sifat Qiyamul-Lail

Imarn Bukhari meriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdur Rahman. bahwasanya dia bertanya kepada Aisyah: “Bagaimana shalat Rasulullah saw. pada bulan Ramadhan ? Aisyah menjawab:


عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
 
Artinya: 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur".

Dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dan Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: “Saya pernah shalat bersarna Nabi saw. pada suatu malam. Maka beliau terus berdiri saja, sehingga saya ingin berbuat buruk saja”. Kami (para sahabat) bertanya: “Apa yanq ingin engkau lakukan?” Dia menjawab: “Saya ingin duduk saja, dan saya biarkan Nabi saw.”
Dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Hudzaifah, dia berkata: “Saya shalat bersama Nabi saw. pada sualu malam, lalu beliau mulai membaca surat al-Baqarah, kemudian beliau ruku’ setelah mendapat seratus ayat. Kemudian beliau melanjutkan shalatnya pada raka’at berikutnya dengan bacaan yang panjangnya seperti itu lalu ruku’. Dan pada shalat berikutnya beliau membaca surat an-Nisa’, kemudian pada raka’at berikutnya lagi membaca surat Ali lmran dengan perlahan-lahan. Ketika beliau melewati (sampai) pada ayat tasbih beliau bertasbih, ketika melalui ayat permohonan beliau memohon. dan ketika melalui ayat ta’awwudz (permohonan perlindungan) beliau berta’ awwudz, Kemudian beliau ruku’ dengan mengucapkan :

"Subhanarabbi Al adzim"

sedang ruku’nya hampir sama lamanya dengan berdirinya. Lalu mengucapka :

"Sami'Allahu limanhamida"

kemudian berdiri yang lamanya hampir sama dengan waktu ruku’nya. Kemudian beliau sujud dengan mengucapka :

"Subhanarabbi' Al a'la.
 
sedang lama sujudnya hampir sama dengan berdirinya”.

Dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa seorang Iaki-laki bertanya: “wahai Rasulullah, bagaimana cara shalat malam?” Beliau menjawab: 


رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ فَلَمَّا خَشِيَ الصُّبْحَ أَوْتَرَ بِوَاحِدَةٍ

 Artinya: Dua raka’at, dua raka’at, Apabila engkau khawatir masuk waktu subuh, maka berwitirlah satu raka‘at.

Dan Imam Bukhari juga rneriwayatkan dari Aisyah, dia berkata: 


كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْهَا الْوِتْرُ وَرَكْعَتَا الْفَجْرِ
 
Artinya: Nabi saw. melakukan shalat malam tiga belas raka’at termasuk di antaranya shalat witir dan dua raka‘at fajar (qabliyah subuh).

Shalat Malam yang Bid’ah

Sang guru yang suka semedi pada satu atau dua jam setelah tengah malam, lalu bewudhu dan melakukan shalat dua raka’ at dalam waktu seperempat menit, kemudian dia duduk di bawah pakaian kulit yang tebal yang tergantung di bawah atap pada kerekan, kemudian membaca al-Fatihah untuk syekhnya (gurunya) dan guru- guru yang memiliki silsilah, dan yang dianggap pengatur alam, wali ghauts. wali aqthab, wali anjab, wali abdal, dan sepuluh orang yang mulia, kemudian dia menyeru mereka seraya mengucapkan: ‘Yaa Huuh, waladu kum raa’uuh”. Kemudian dia berseru dengan suara panjang, dan menyebut nama masing-masing syekh. Kemudian dia membayangkan kehadiran syekhnya di hadapan matanya, dan memulai dzikir dengan mengenakan pakaian putih, dengan menyebarkan dupa pada setiap tempat yang gelap, dengan memejamkan kedua matanya seraya rnengucapkan: “Dustuur ya ‘Amm. al-lawwuuh, al-lawwuuh, al-lawwuuh. Kemudian dia berdiri dengan kedua kakinya. dengan mengencankan jarinya, atau bertepuk tangan, dan berteriak: “Al-lawwuu’, al-lawwuu”, kemudian dilanjutkan dengan:

Ahaluuh, ahluuh”, dan yang demikian ini mereka namakan dengan “Thabaqatus-sirr” (tingkatan rahasia). Kemudian sesudah itu tingkatan syari’iyyah: Ahlan aah aah, ahlan aah aah”. Kemudian menyeru Fulan: ‘Yaa Abal Hasan, Yaa Daib, ‘Annaa laa taghib. Bi jaahil habiibil madaa aad”. Kemudian diakirinya dengan mengucapkan dengan perasaan gembira terhadap amalannya itu: “Ar-Raajilush shaalihul murabbi. Dengan memutar lidah membaca bait-bait malam dan membaca wirit secara berulang-ulang.

Dan pada akhir malam dia mengucapkan salam kepada Nabi dengan lambaian tangannya, lalu tidur kira-kira setengah jam sebelum fajar hingga siang hari (waktu dhuha), kemudian shalat subuh bersarna shalat dhuha. Kemudian memakai pakaian yang bertambal-tambal, dan keluar untuk mencari sarapan pada orang yang lalai seperti dia, kemudian datang kepertemuan-pertemuan untuk makan malam di sana.

Demikianlah yang mereka perbuat, dan tidak samar lagi bagi kita kebohongan dan kebodohan mereka, yang melebihi apa yang kita ketahui. Dan apabila golongan kecit ini tidak dihadapi oleh para utama dengan pedang al-Kitab dan as-Sunnah, maka tidak diragukan lagi mereka akan menyesatkan seluruh penduduk bumi, dan mereka telah melakukannya.

0 komentar: