Saat Nabi saw. Wafat
Sudah hampir dua pekan Nabi saw udzur tidak mengimami para sahabat untuk shalat berjama’ah. Sementara riwayat mengatakan bahwa beliau menderita sakit demam yang cukup berat. Abu Bakar, sebagai sahabat yang dinilai paling senior, dtunjuk beliau untuk mewakilinya sebagai imam. Pagi itu, di tengah-tengah Abu Bakar mengimami shalat shubuh, tiba-tiba Nabi saw. hadir dengan dipapah oleh Ali bin Abi Thalib dan Fadhl bin Al-’Abbas. Begitu gembiranya melihat kehadiran Rasul Allah itu, para jama’ah harnpir terpengaruh. Tampaknya Abu Bakar pun mengetahui hal itu, lalu ia bergerak hendak mundur untuk mempersilakan Nabi saw. mengimarni. Tapi. beliau segera mendorong Abu Bakar agar tetap terus menjadi imam. Beliau sendiri kemudian duduk di samping Abu Bakar dan mengikuti shalat sambil duduk.
Usai shalat, para sahabat tetap duduk di tempat. Di samping terharu melihat kehadiran “orang” yang paling mereka cintai, mereka juga mengharap Rasul berkenan menyampaikan sesuatu kepada mereka. Nabi saw. memang tampak agak segar. meski kepalanya masih diikat dengan kain sorban. Tiba-tiba beliau bangkit sambil bersandar pada Ali bin Abi Thalib, saudara sepupu dan sekaligus menantunya. Kemudian beliau bersabda: “Saudara-saudara, api (neraka) sudah bertiup. Fitnah pun datang seperti malam gelap gulita. Demi Allah, janganlah kiranya kamu berlindung kepadaku tentang sesuaatu apapun. Demi Allah, aku tidak akan menghalalkan sesuatu, kecuali yang telah dihalalkan oleh al-Qur‘an. Juga aku tidak akan mengharamkan sesuatu, kecuali yang telah diharamkan oleh al-Qur’an. La’nat Allah atas orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah”. (Hayatu Muhammad. oleh Muhammad Husain Haikal).
Setelah itu para sahabat mendekat mengerumuni Nabi saw. Mereka berbincang sekedarnya sambil melepas kerinduannya karena hampir dua pekan beliau tidak tampil shalat mengimani mereka. Setelah dirasa cukup. beliau pun kembali masuk ke kamar Aisyah yang memang berada di lokasi masjid Sementara para jama’ah pun bergegas pulang untuk melaksanakan tugas dan kepentingannya masing-masmg. Tapi beberapa saat kemudian,. terdengar tangis yang cukup keras dari suara beberapa wanita. Dan ternyata suara tangis tadi datang dan arah kamarnya Aisyah dimanaNabi saw.berada didalamnya. Sejumlah lelaki yang kebetulan masih beräda di masjid bergegas mencoba untuk menolongnya. teryata apa yang terjadi? Terdengar suara dari kamar ‘Aisyah. bahwa Rasululiah saw telah wafat. Dalam sekejap waktu saja berita duka itupun tersebar luas. Orang lalu datang berduyun-duyun. Umar ibnul Khaththab. yang, dikenal keras dan bertemperamen tinggi, juga karena demikian cintanya kepada Rasulullah, setelah mendengar berita duka tersebut amat terkejut. Tampak seolah-olah tidak percaya kalau khalilullah (orang yang dikasihi Allah) itu telah Wafat. Lebih-lebih usai shalat shubuh tadi. Nabi saw. tampak segar dan lancar menyampaikan pesan-pesannya. Karena itu. Umar pun segera menuju ke rumah Nabi untuk membuktikan kebenaran berita duka tersebut. Begitu Umar sarnpai di kamar Nabi, dijumpainya Nabi saw. dalam keadaan berbaring dan berselimut. Sementara isteri-isteri Nabi saw. dan sejumlah kaum wanita masih tetap menangis di sekitar jenazah. Umar lalu membuka selimut yang menutupi Nabi dan dipandangnya wajah Nabi secara serius. Kedua mata beliau sudah terpejam. tapi tampal wajah tetap bersinar Karena itu. Umar masih belum yakin kalau Nabi saw. telah wafat. Umar menduga. Nabi hanya pingsan. masih koma. Beliau segera akan siuman, sadar kem-bali setelah beberapa saat sebagaimana halnya yang pernah dialami nabiyullah Musa as. Mughirah bin Syu’bah yang lebih dahulu berada di situ, melihat sikap Umar. ikut menjadi ragu dan bingung. Dengan didampingi Mughirah. Umar pun menuju ke halaman masjid. Ia mendekati orang banyak yang berkerumun. Tiba-tiba Umar lalu berteriak di hadapan orang banyak itu sambil menyatakan bahwa Nabi saw. belum wafat. Beliau hanya pingsan. yang tentu beberapa saat akan sadar kembali. Orang yang mengatakan Nabi saw. telah wafat adalah dusta. “Tangan serta kakinya akan dipotong. ancam Umar. Suasanapun menjadi tidak menentu. sebagian menerina pernyataan Umar dan sebagian lain tetap yakin kalau Nabi saw. telah wafat. Tapi mereka takut untuk menyanggah pernyataan Umar, karena ia memang dikenal kritis dan jitu dalarn mengemukakan pikirannya..
Di saat itulah Abu Bakar datang dan Iangsung menuju kekamar Nabi. Dengan tenàng Abu Bakar membuka selimut yang menutupi wajah Nabi dan ditatapnya dengan penuh perhatian. tiba-tiba. dengan air mata yang berlinang. Abu Bakar mencium wajah khalilullah yang selama ini amat dicintainya. Abu Bakar sadar sepenuhnya. bahwa kehadiran Nabi saw. yang Ikut berjamaah shubuh tadi merupakan isyarat bahwa beliau hendak pamit untuk meninggalkan kita selama-lamanya. Alangkah harumnya engkau meninggalkan dunia yang fana ini sebagaiamana halnya di kala hayatmu. tutur Abu Bakar. Kemudian. Abu Bakar menuju ke tempat orang banyak yang masih berkerumun dalam keadaan tidak menentu itu. Sementara Umar pun masih lantang mempertahankan keyakinannya. bahwa Nabi saw belum wafat. “Sabar. sabarlah dulu Umar’. pinta Abu Bakar mencoba meredakan situasi. Dengan penuh ketenangan setelah memuji dan menyanjung Allah saw.. Abu Bakar pun tampil di hadapan orang banyak. lalu dengan suara yang cukup keras dan mantap. ia mengingatkan: “Wahai saudara saudara. barangkali ada di antara kalian yang selama ini menyembah Muhammad. maka ketahuilah bahwa Muhammad telah meninggal dunia. Tapi, siapa yang menyembah Allah swt., maka sesungguhnya Allah swt. tetap hidup. kokal sepanjang masa. dan tidak akan meninqgalkan kita”. Lalu Abu Bakar mengiringi pernyataannya itu dengan membacakan firman Allah yang termaktub dalam surah Ali Imran sbb:
“Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul (ia tentu akan meninggal) sebagaimana rasul-rasul sebelumnya yang telah lalu. Maka, apakah patut kalau ia meninggal dunia atau terbunuh lalu kamu akan berpaling dari sikap (dan keyakinan)-mu itu? Padahal, barang siapa berpaling dari sikap (dan keyakinan)-nya. maka sedikit pun sikapnya itu tidak akan menyusahkan Allah, dan Allah akan memberi balasan (pahala) kepada orang-orang yang syukur” (Qs. Ali Imran/3: 144)
Begitu Abu Bakar seleasi membacakan firman Allah tersebut. suasana menjadi sunyi. orang banyak dibuat terkesima. seolah-olah ayat yang dibaca Abu Bakar itu baru saja turun, meski sudah biasa mereka membacanya Umar sendiri yang semula bersikeras. setelah mendengar firman Allah yang dibacakan Abu Bakar tadi. menjadi terharu dan akhirnya sadar sepenuhnya bahwa Rasulullah saw. mem ang benar-benar telah wafat.
Ibrah dan Pelajaran
Dari sekilas rekaman prosesi kematian Rasulullah tersebut banyak ibrah dan pelajaran yang bisa kita peroleh. Antara lain, demikian hebat kesetiaan dan kecintaan para sahabat terhadap Rasulullah saw. Karena Muhammad saw. bukan saja telah mencurahkan seluruh hidup dan kehidupannva untuk menuntun dan membimbing mereka ke arah jalan hidup yang benar, di saat-saat mereka nyaris terperosok dalam lembah kehinaan. tapi lebih dari itu Muhammad juqa telah menyantuni mereka dengan tulus dan penuh kasih sayang. Azizun ‘alaihi ma ‘anittum (amat simpati terhadap derita yang menimpa mereka). hariishun ‘alaikum (amat antusias terhadap keselamatan mereka), dan bil mu’miniiina rauufur rahiim (sangat santun dan lemah lembut terhadap orang-orang mu’min) (QS. atT aubah: 128). Dengan demikian layak kalau kemudian Muhammad menjadi belahan hati mereka.
Tapi di sisi lain. apa yang terjadi di kalangan sebagian sahabat. khususnya pada diri Umar, bahwa kecintaan yang demikian dalam terkadang bisa membuat orang lupa daratan. Kalau seandainya Abu Bakar saat itu tidak segera mengingatkan dengan firman Allah tersebut. barangkah kejadiannya akan lain. Orang bisa larut menjurus kepada kultus terhadap Muhammad saw., yang hakikat kedudukannya tidak lebih hanya sebagai utusan Allah. Padahal berulangkali mereka telah diingatkan. baik lewat al-Q ur’an maupun al-Hadits. bahwa Muhamrnad saw. itu adalah manusia biasa (QS. 18: 110 dan 41:6). Beliau tidak sedikit pun memiliki kekuasaan untuk membuat manusia rugi atau beruntung tanpa kehendak Allah swt. QS. 7:188). Beliau sendiri dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. pernah menyatakan: “Janganlah kamu memuja-muja diriku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasharani memuja-muja (isa) anak Maryam. sesungguhnya aku tidak lebih adalah orang hamba. karena itu perlakukanlah diriku sebagai hamba Allah dan utusan-Nya". Dalam redaksi (matan) lain, Muslim telah meriwayatkan yang berasal dari Ibnu Mas‘ud. bahwa Rasululiah saw. telah bersabda: ‘Halakal mutanaththiuun (Binasalah, orang-orang yang suka melampaui batas). Pernyataan tersebut. bukan saja diucapkan sampai tiga kali oleh Rasulullah, tapi di situ beliau juga menggunakan sighat fi’il maadhi, padahal untuk kejadian akan datang. ini. menunjukkan suatu kepastian. Artinya. dapat dipastikan akan binasa siapa saja yang bertindak melampaui batas, termasuk dalam mencintai dan menghormati Muhammad saw. Sejalan dengan pernyataan Nabi saw. di awal tulisan ini. bahwa sejarah memang tetah membuktikan kalau sikap ghuluw (melampaui batas) itu merupakan sebab utama bagi kebinasaan ummat-ummat terdahulu. Kaum Nabi Nuh as. misalnya. yang kemudian dilanda banjir dahsyat. Ini disebabkan karena kedurhakaan dan ulah mereka sendiri. Awal mulanya. mereka amat mecintai dan memuja secara berlebihan terhadap tokoh dan pemuka mereka. Ada lima tokoh terkenal di kalangan kaum Nabi Nub,, yaitu: Wadd.. Suwa’. Yaghuts, Ya’ug dan Nasr (QS. 71:23). Kelirna tokoh tersebut amat mereka cintai dan senantiasa mereka puja-puja. Pikiran, pendapat dan kebijaksanaan mereka diterimanya secara bulat dan dijunjung tinggi. Demikian hebatnya kcintaannya terhadap tokoh-tokoh tersebut,. sehingga ketika mereka telah meninggal dunia, dibangunlah monumen di atas kubur para tokoh tersebut. Monumen-monumen yang asalnya sekedar peringatan itu lalu oleh generasi berikutnya dipuja-puja dan disembah-sembah. Begitulah asal-usul terjadinya orang menyembah berhala. Karena itu. di saat mereka diajak oleh Nabi Nuh untuk patuh. tunduk dan bertauhid kepada Allah. Rabbul ‘alamin, mereka enggan dan menolaknya. Lebih dari itu. mereka bahkan memusuhi ajaran Nabi Nuh dan durhaka terhadap Allah Sang Penciptanya. Akibatnya. mereka pun dilanda oleh banjir dahsyat yang membinasakan mereka secara total. kecuali sebagian orang yang mau ikut menaiki perahu Nabi Nub as.
Nasib yang sama juga telah melanda kaum Yahudi dan Nashrani. yang sering disebut oleh al-Qur’an sebagai Ahli Kitab. Kaum Yahudi, deniikian cinta dan penghormatannya secara berlebih-lebihan terhadap Uzair, lalu akhirnya mereka mempertuhankan ‘Uzair yang semula menjadi pemuka dan tokoh mereka itu. Adapun sikap ghuluw yang telah dilakukan oleh kaum Nashrani, di sampmg terhadap Nabi mereka,. isa as., juga terhadap para pemuka dan tokoh-tokoh agama mereka. Sampai-sampai kecintaan mereka terhadap para tokoh itu melebihi kecintaannya terhadap Allah swt. sendiri (Periksa,, QS. al-Baqarah/2: 165). Kendati mereka telah dilarang oleh Allah untuk bersikap secara berlebih-lebihan itu (QS 4: 171). Karena itu. dalam riwayat Bukhari dan Muslim. beberapa hari menjelang wafatnya. beliau pun bersabda: ‘Semoga laknat Allah atas kaum Yahudi dan Nashrani. (karena) mereka telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai tempat ibadah”. Tentu saja sabda beliau tersebut, merupakan peringatan bagi segenap kaum Muslimin.
Demikian pula apa yang tetjadi di kalangan bangsa Arab kala itu. Asul-usul mereka menyembah atau mempertuhankan Laata, ‘Uzza dan Manaata adalah karena mereka memang mencintai dan menghormati ketiga tokoh tersebut secara berlebih-lebihan. Baik di saat hidupnya maupun setelah ketiga tokoh itu meninggal dunia. Karena itu dalam surah an-Najm (53: 1923). al-Qur’an menyuruh kaum Muslimin untuk memperhatikan ihwal Laata. ‘Uzza dan Manaata tersebut.
Dalam riwayat Muslim. dari Jundub bin Abdullah. Ia berkata: Saya telah mendengar Nabi saw. bersabda lima hari Sebelum wafatnya sebagai berikut:
“Saya berlepas diri kepada Allah dari memiliki seorang kekasih dari kamu sekalian. karena sesungguhnya Allah menjadikan diriku sebagai seorang kekasih sebagaimana Ia telah menjadikan Ibrahim juga sebagai seorang kekasih-Nya. Seandainya saya mau mengangkat seorang kekasih dari kalangan ummatku. Niscaya saya akan mengangkat Abu Bakar sebagai kekasihku. Ketahuilah. sesungguhnya orang-orang sebelum kamu telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai tempat ibadah. Karena itu. janganlah kamu menjadikan (seputar) kubur itu sebagai tempat ibadah. Sungguh. saya melarang kamu sekalian dari berbuat yang demikian itu”.
Beribadah. semisal shalat. dzikir, tilawatil Qur’an dan lain sebagainya. Walaupun semata dilakukan untuk mengharap ridha dan pahala-Nya. berdasar sabda Nabi saw. di atas, tidak boleh dilakukan di seputar kubur. Itu sudah dinilai sebagai ghuluw. sikap berlebih-lebihan. Dan pada gilirannya. bisa menjadikan orang menyembah-nyembah kubur. Nah kalau hal itu sudah terjadi. berarti telah menjadikan kubur itu sebagai berhala, walaupun tidak dalam bentuk patung yang dipajang di atasnya.
0 komentar: