Di zaman jahiliyyah modern ini, banyak manusia tidak lai mempunyai jati diri kemanusiaannya. Ada manusia yang merasa cukup dengan hanya ber-Tuhan tanpa perlu beragama. ada pula manusia menganggap semua agama sama, malahan ada juga manusa yang tidak beragama sama sekali. Manusia dewasa ini tidak lagi memahami hakekat penciptaan dirinya oleh yang maha Kuasa. Ia telah menjadi “tuhan” yang merajai dan menghukum semua. Menjadi “setan” memaki dan menganiaya segala. dan menjadi “srigala” yang memperkosa dan memangsa sesama, Dan memang: Sesungguhnya manusia itu teramat aniaya dan teramat bodoh (QS. aI-Ahzab: 72). Akhirnya. apa dan siapakah manusia sesungguhnya. mengapa dan bagaimanakah ia?. Pertanyaan ini menjadi penting untuk kita cari jawabnya; pertama, agar kita sadar hakikat kedirian. Kedua, agar kita faham makna keberadaan, dan ketiga kita agar tahu. manusa macam apakah kita ini?. Ketika Manusia Mengenali Dirinya Adalah suatu masa tatkala alarn semesta telah tercipta. sedang manusia belum merupakan sesuatu yang dapat disebut, serta tiada (QS. 76:1). Allah swt berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi (QS. 2:30), maka diciptakanlah manusia dalarn beberapa proses tahapan kejadiannya (QS. 71:14/84:19).
Manusia diciptakan pada kali pertama adalah dari tanah (QS. 32:7) tepatnya yaitu saripati tanah (QS 23:12) berupa tanah liat kering (QS 37:11) seperti tembikar (QS. 55:14). yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk (QS. 15:28), kemudian Allah swt. berfirman kepadanya: Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia (QS. 3:69). Terbentuklah manusia secara material plus seperangkat pembawaannya yang bersifat kebumian dan keduniaan. Seiring dengan itu ditiupkanlah ruh Allah kepadanya (QS. 15:29). yang secara spiritual dan bersifat kelangitan dan keakhiratan menyempurnakan wujudnya sebagai manusia (QS. 95:4). dan mengajarkamya sebagai khalifatullah fii al-ardh (QS. 2:30) maka atas perintahn Allah sujudlah semua malaikat untuk menghormati dan menyarnbut kehadiran sang khalifah (QS. 15:30). Proses demikian berlaku bagi Adam dan isa ‘alaihissalam (QS. 3:59). Semua itu proses penciptaan rnanusia berlanjut menurut lingkar sunnatullah sebagai mana kita saksikan: yaitu dari saripati air yang hina QS. 32:8) yang terpancar (QS. 86:6) dari tulang sulbi (QS. 86:7) yaitu sperma dan Allah mengambil kesaksian: “Bukankah Aku ini Rabb-mu", spontan dia menjawab: "Benar, kami menjadi saksi” (QS. 7:172). Lalu bercampur (QS. 75:37) dengan ovum yang berasal dari tulang dada (QS. 86:7). dan terbentuklah zygot yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (QS. 23:13) yaitu rahim.
Penyebutan rahim bukanlah suatu kebetulan. karena memang untuk menggambarkan hubungan khusus antara ibu dan anak (QS. 31:14), lalu ditentukanlah takdirnya (QS. 80:19) yang meliputi usia. nasib, rizki dan jodoh Kemudian menjadi segumpal darah (QS. 22:5. 23:14) dan ditentukan jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan (QS. 75:38-39). lalu menjadi segumpal daging (QS. 23:14) ada yang sempurna dan ada yang tidak sempurna (QS. 22:5) yaitu cacat atau keguguran. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dalam tahap inilah ruh ditiupkan, sedang secara medis pada tahap ini jantung mulai berdetak. Kemudian tulang-belulang (QS. 23:14) dan dibungkus oleh daging dan kulit (QS. 23:14). lengkap dengan pendengaran. penglihatan dan hati (QS. 32:9) yang merupakan penghantar menuju pemahaman. Dan terciptalah makhluk yang berbentuk lain (QS. 23:14) yaitu manusia yang merupakan sebaik-baik bentuk ciptaan Allah )QS. 95:4). dan terlahir sebagai bayi (QS. 22:5) yang keluar dalam posisi tertelungkup (sujud) dan sujudlah untuk menghormati semua malaikat secara bersama-sama (QS. 15:29- 30). Seiring dengan itu terdengarlah jerit tangis bayi tersebut memecah keheningan menyeruak di antara ketegangan. karena; pertama ia merasakan nuansa yang sangat berbeda dan dua suasana yang telah dialaminya yaitu alam rahim dan alam dunia. kedua, ia telah menjadi pengemban amanah sementara seluruh makhluk enggan menerimanya (QS. 33:72). Maka ia menangis dan menangis akankah menjadi manusia yang diisyaratkan oleh ayat tersebut. karena banyak manusia menjadi pembantah yang nyata (QS. 16:4).
Kesemua proses di atas berlangsung dalam tujuh tahapan dan setiap tahap lamanya empat puluh hari (Bukhari Muslim dari Ibn Mas’ud, hadits IV dalam al-Arbain an-Nawawiyah) sehingga genap dua ratus delapan puluh hari atau sembilan bulan sepuluh hari. Dan dimudahkan lahirnya oleh Allah swt. (QS. 80: 20), sebagaimana dibentangkan baginya dua jalan (QS. 90:101 dengan lapang dan mudah, yaitu jalan mendaki 1agi sukar (kebenaran) atau sebaliknya.
Kemudian tumbuh dan berkernbang menjadi besar dan dewasa (QS.22:5) lengkap dengan segala watak, tabiat dan kepribadiannya, baik yang bersifat kebumian maupun kelangitan. Ketika tiba waktunya. ada yang diwafatkan dalam usia muda dan ada juga yang sampai tua dan pikun (QS.22:5) lalu wafat.
Ketika meninggal semua kembali ke asalnya: ruh dengan segala bias kelangitannya kembali ke sisi Allah swt dan jasad dengan segala efek kebumiannya hancur luluh kembali menjadi tanah. Dan sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kembali. (QS. 2:156).
Sangkakala ditiup dan hari kebangkitan pun tiba. tulang-belulang dikumpulkan dan dihidupkan kembali (QS. 75: 3). Semua tutur kata dan tutur sikap kita ditimbang dan diperhitungkan tanpa ada yang tersembunyi (QS. 69:18(,. masing-masing kelak mendapatkan balasan yang paling adil dan sempurna (QS. 53:4 1). hari berbangkit adalah pasti (QS. 78:39), tak dapat ditunda atau dimajukan sekejap pun (QS. 10:49) tapi tak seorang manusia pun tahu tidak juga nabi ataupun rasul (QS. 67:261 melainkan hanya di sisi Allahlah kuncinya (QS. 43:85) kapan akan terjadi. Lantas mengapa kita belum berkemas ataukah kita menanti suatu waktu ketika permohonan ampun sudah tidak membutuhkan jawaban (QS. 10:90-91). Ketika neraca mulai terbaca. banyak manusia menyesali diri sampai-sampai menggigit jarinya (QS. 25:27), seraya berujar: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah (tetap menjadi) tanah (QS. 78:40). Dan ketika siksa tengah membayang di depan mata. serta-merta berkata: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini. (QS. 89:24). Mereka menyesal dan menyesali diri.
Kenapa kini harus menyesal di saat penyesalan itu sudah tidak bermanfaat, mengapa kini mesti berteriak memohon padahal dulu berpaling saat diseru. Akhirnya, sadarlah kita bahwa pertama. adanya manusia adalah semata-mata karena kehendak dan diciptakan oleh Allah swt. Kedua. diciptanya manusia dari tanah dan sperma adalah menunjukkan betapa rendah dan hinanya asal manusia. Ketiga. ditiupkannya ruh Allah pada jasad manusia merupakan penghargaan sebagai makhluk yang paling utama dan sempurna. sekaligus menunjukkan bukti betapa agung dan berat amanah yang dipikulnya. Keempat. sujudnya para malaikat merupakan penghormatan atas manusia selaku khalifatullah,, sekaligus menunjukkan betapa tingginya kedudukan manusia. Kelima. ditetpkannya taqdirullah sebagai ketentuan yang permanen dan multak pada saat proses penciptaan berlangsung merupakan betapa Maha Kuasanya Allah swt. dan diberikannya pendengaran. penglihatan dan hati sebagai sarana bagi manusia agar dapat berbuat baik dan mampu mencapai kebenaran merupakan bukti betapa merdeka dan independennya manusia. Keenam. tangisan bayi saat dilahirkan sesungguhnya menunjukkan keengganan manusia untuk beranjak dari kedamaian (rahim) dan kekhawatirannya akan kehidupan dunia. Dan ketujuh. wafatnya manusia merupakan dalil akan kefanaan dunia dan bukti ketidak-berdayaan manusia. sekaligus juga menunjukkan betapa Maha Raja-Nya Allah swt.
Manusia adalah makhluk yang sangat khas. unik dan istimewa. Karenanya banyak ahli yang mencoba memaknai hakikat kedirian manusia dengan jalan mendeskripsikannya. di antaranya; Aristoteles mengatakan manusia sebagai zoon politicon atau makhluk yang bermasyarakat. Adam Smith menyebut Sebagai homo economicus atau makhluk yang bertindak ekonomi. dan Sigmund Freud dengan teori libido sexual-nya menganggap bahwa seluruh prilaku manusia dipengaruhi oleh instingnya terhadap lawan jenis. Lebih dari itu. Charles Darwin berasumsi bahwa manusia hanya merupakan hasil evolusi dari makhluk Sejenis kera. asumsi inilah yang kemudian melahirkan disintegrasi manusia dengan dirinya dan berimplikasi pada keadaan dan tindakan yang tidak menusiawi, kemudian sampai pada Thomas Hobes yang memandang.sinis manusia sebagai homo homini lupus yang berarti manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.
Di samping itu. dalam kata-kata hikmah ada disebutkan al-insaanu haya waanun naathig yang berarti manusia adalah makhluk hidup bukan hewan yang berfikir. dan juga al-insaanu madaniiyun bi al-thab’i yang berarti bahwa manusia secara alami bermasyarakat degan bingkai budaya.
terlepas dari keabsahan deskripsi di atas. ternyata telah membuktikan kerja keras manusia dalam memahami hakikat kediriannya sebagai hasil ciptaan Allah swt. yang sangat khas. unik dan istimewa. Dan Allah swt menyatakan dan memuji manusia sebagai akraamu wa afdhalu al-makhluqaat dalam firman-Nya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di darat dan laut Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. 17:70).
Ketika Manusia Memahami Dirinya
Pada hakikatnya kekhasan.. keunikan dan keistimewaan manusia adalah terletak pada ruh Allah yang ada padanya. Karena itu banyak manusia terusik untuk mencari tahu akan ruh itu sendiri, dan Allah swt menjelaskan: Dan mereka bertanya kepadamu mengenai itu. Katakan, Ruh itu adalah urusan Rabb-ku. dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit (QS 17:85).
Ruh tersebut pada gllirannya menjadikan kekhasan. keunikan dan keistimewaan manusia semakin beragam. seperti kemampuan berfikir, kemampuan berbicara. kemampuan berbudaya dan lain-lain. Ruh pula yang membawa manusia pada kondisi al-fithratu (suci dan bening = Islam pada saat dilahirkan. Sabda Rasulullah saw:
Artinya: Setiap (manusia) yang lahir adalah terlahir atas fitrah. maka kedua orang tuanyalah yang kelak menjadikannya Yahudi. Nashrani atau Majusi. (Muttafaqun alaihi).
Dalarn al-Mu’jamu al-Wasiith. kalimat al-fithratu diartikan al-khilqatu allati yakuunu ‘alaiha kullu maujudin awwala khalqihi (keadaan makhluk yang menggambarkan setiap yang ada pada awal penciptaannya) dan ath-thabii ‘atu ass aliimatu lam tusyabu bi’aibin (tabiat baik yang tidak tercemar oleh noda). Dan dalam kata hikmah ia juga dimaknai sebagai isti’daadu li-ishaabati al-hukmi wa at-tamiizi baina al-haqqi wa al-baathil (modal dasar untuk membenarkan hukum dan membedakan antara kebenaran dan kesesatan).
Dengan demikian al-fithratu bukanlah suatu kondisi yang netral atau bebas nilai; sebagaimana sering dikonotaskan dalam dunia pendidikan misalnya dikenal teori tabularasa dengan emperisme-nya John Locke. melainkan kondisi yang pekat nilai atau pro kebenaran. Hal ini segaris dengan penjelasan Rasuluilah saw.
Artinya: Dan dari Wabishah ibn Ma’bad ra: Beliau (Rasulullah saw) bersabda: Apakah engkau datang untuk bertanya mengenai kebaikan? Aku Jawab: “Benar’. Beliau berkata: 7mintalah fatwa dari hatimu, kebaikan adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya dan tentram pula hati. Dan dosa adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu dalam hati. kendatipun orang-orang memberi fatwa padamu dan mereka membenarkannya (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hambal dan ad-Darimi dengan sanad Hasan).
Sehingga benarlah bahwa manusia lahir adalah dalam keadaan diliputi oleh kebenaran (fithrah) dan memihak pada kebenaran (hanif). Sehubungan dengan ini Dr Nurcholish Madjid bertutur: Fithrah” itu bersangkutan dengan salah satu ajaran Islam yang amat penting. yaitu ajaran bahwa manusia dilahirkan dalam kejadian asal yang suci dan bersih (fitrah). sehingga manusia itu bersifat “hanif” (artinya secara alami merindukan dan mencari yang benar dan baik). Jadi kebenaran dan kebaikan adalah alami dan natural. sedangkan kepalsuan dan kejahatan dan kebaikán adalah alami dan natural. sedangkan kepalsuan dan kejahatan adalah tidak alami. tidak natural. berarti juga bertentangan dengan jati diri manusia yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk kita. (1996-146).
Kejernihan hati. serta berujung pada keadaan syarru al-bariyah (seburuk-buruk makhluk).Ruh Allah yang ada pada manusia merupakan representasi akan kemutlakan ketentuan Allah swt yang berwujud takdir. sedang tanah sebagai bahan dasar penciptaan membawa pada kemerdekaan manusia untuk berbuat dan memilih. Dan Islam mengajarkan agar manusia dapat melakukan penyelarasan antara keduanya. sedang penafian salah satunya merupakan penyimpangan. Hal ini tergambar pada Ja-bariyah yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang dialami manusia hanyalah takdir semata disini terjadi penolakan atas kemerdekaan manusia untuk memilih dan berbuat, dan Qadaryah menyatakan bahwa semua perbuatan manusia adalah atas kehendaknya sendiri di sini terjadi penolakan atas takdir. Kedua faham ini dinyatakan telah menyimpang dari ajaran Islam.
Segala pembawaan yang bertendensi kelangitan adalah fithrah. dan ini berwujud pada segala kecenderungan yang baik sampai pada akhlaaq ar-rabbaniyah sedangkan semua pembawaan yang bertendensi ‘kebumian’ adalah ghariizah (perangai, insting) berwujud segala kecenderungan yang menguntungkan diri sendiri. Dalam kerangka ini. dosa bukanlah fithra melainkan ghariizah. Sehingga kata hikmah al-insaanu mahallu al-khathaai wa an-nis-yaan (manusia adalah tempatnya salah dan lupa) menggambarkan perangai manusia yang acap kali berbuat salah dan ini manusiawi,. tapi sekali-kali bukan fithrah. Sehubungan dengan penyelaiasan antara ketentuan Allah yang mutlak (takdir) dengan kemerdekaan manusia untuk berbuat adalah berarti memberikan peluang bagi fithra/hanif dengan bias “kelangitannya dan ghariizah/syahwat dengan efek ‘kebumiannya untuk berkembang dan berproses secara bebas melalui dua faktor diluar diri yaitu hidayah Allah dan tipu daya setan. dalam menemui bentuk peran yang telah digariskan. Dan dalam aktualisasinya. Allah swt. menjelaskan adanya dua jalan yang dapat ditempuh. Firman-Nya:
Artinya: dan Kami tunjukkan kepadanya dua jalan (QS 90:10)
Artinya: maka diilhamkan kepadanya jalan kefasikan dan ketaqwaan (QS. 91:8).
Kefasikan adalah bilamana syahwat yang didukung tipu daya setan dapat mengalahkan fithrah. sedang ketaqwaan adalah anugerah. ketika fithrah lebih dominan dan syahwat terkendali.
Dan sini fahamlah kita bahwa: pertama. manusia adalah ciptaan Allah swt. yang khas. unik dan lstimewa. Kedua. kekhasan. keunikan dan keistimewaan manusia semata-mata terletak pada ruh Allah yang ada padanya. yang kemudian membuahkan kemampuan berfikir (akal) atau kemampuan lainnya. Ketiga. kejadian asal manusia adalah dalam keadaan fithrah (suci. bersemangat kebenaran) dan hanif (lurus. memihak kebenaran) yang merupakan kelanjutan ruh Allah. Keempat. hal di atas merupakan faktor intern yang memberi warna kehidupan yang transendental spiritual dan akhlaqiyah (moralitas etika) menuju khairu al-bariyah (sebaik-baik makhluk). Kelima. bahan dasar penciptaan manusia berupa tanah dan kemudian sperma. membawa manusia pada syahwat (keinginan material-pragmatis) dan gharizah (insting-bawaan manusiawi) yang kemudian mendapat pengaruh dari faktor ekstern yaitu tipu daya setan, maka akan beroñentasi ma’shiyat men uju syarru al--bariyyah. Keenam. Allah swt memberikan dua jalan bagi manusa yaitu kefasikan dan ketaqwaan yang merupakan kelanjutan atas hal di atas. Kemudian manusia diberi kemerdekaan untuk memilih diantara keduanya. Beruntunglah manusia yang atas bimbingan Allah memilih jalan ketaqwaan.
Penyebutan rahim bukanlah suatu kebetulan. karena memang untuk menggambarkan hubungan khusus antara ibu dan anak (QS. 31:14), lalu ditentukanlah takdirnya (QS. 80:19) yang meliputi usia. nasib, rizki dan jodoh Kemudian menjadi segumpal darah (QS. 22:5. 23:14) dan ditentukan jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan (QS. 75:38-39). lalu menjadi segumpal daging (QS. 23:14) ada yang sempurna dan ada yang tidak sempurna (QS. 22:5) yaitu cacat atau keguguran. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dalam tahap inilah ruh ditiupkan, sedang secara medis pada tahap ini jantung mulai berdetak. Kemudian tulang-belulang (QS. 23:14) dan dibungkus oleh daging dan kulit (QS. 23:14). lengkap dengan pendengaran. penglihatan dan hati (QS. 32:9) yang merupakan penghantar menuju pemahaman. Dan terciptalah makhluk yang berbentuk lain (QS. 23:14) yaitu manusia yang merupakan sebaik-baik bentuk ciptaan Allah )QS. 95:4). dan terlahir sebagai bayi (QS. 22:5) yang keluar dalam posisi tertelungkup (sujud) dan sujudlah untuk menghormati semua malaikat secara bersama-sama (QS. 15:29- 30). Seiring dengan itu terdengarlah jerit tangis bayi tersebut memecah keheningan menyeruak di antara ketegangan. karena; pertama ia merasakan nuansa yang sangat berbeda dan dua suasana yang telah dialaminya yaitu alam rahim dan alam dunia. kedua, ia telah menjadi pengemban amanah sementara seluruh makhluk enggan menerimanya (QS. 33:72). Maka ia menangis dan menangis akankah menjadi manusia yang diisyaratkan oleh ayat tersebut. karena banyak manusia menjadi pembantah yang nyata (QS. 16:4).
Kesemua proses di atas berlangsung dalam tujuh tahapan dan setiap tahap lamanya empat puluh hari (Bukhari Muslim dari Ibn Mas’ud, hadits IV dalam al-Arbain an-Nawawiyah) sehingga genap dua ratus delapan puluh hari atau sembilan bulan sepuluh hari. Dan dimudahkan lahirnya oleh Allah swt. (QS. 80: 20), sebagaimana dibentangkan baginya dua jalan (QS. 90:101 dengan lapang dan mudah, yaitu jalan mendaki 1agi sukar (kebenaran) atau sebaliknya.
Kemudian tumbuh dan berkernbang menjadi besar dan dewasa (QS.22:5) lengkap dengan segala watak, tabiat dan kepribadiannya, baik yang bersifat kebumian maupun kelangitan. Ketika tiba waktunya. ada yang diwafatkan dalam usia muda dan ada juga yang sampai tua dan pikun (QS.22:5) lalu wafat.
Ketika meninggal semua kembali ke asalnya: ruh dengan segala bias kelangitannya kembali ke sisi Allah swt dan jasad dengan segala efek kebumiannya hancur luluh kembali menjadi tanah. Dan sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kembali. (QS. 2:156).
Sangkakala ditiup dan hari kebangkitan pun tiba. tulang-belulang dikumpulkan dan dihidupkan kembali (QS. 75: 3). Semua tutur kata dan tutur sikap kita ditimbang dan diperhitungkan tanpa ada yang tersembunyi (QS. 69:18(,. masing-masing kelak mendapatkan balasan yang paling adil dan sempurna (QS. 53:4 1). hari berbangkit adalah pasti (QS. 78:39), tak dapat ditunda atau dimajukan sekejap pun (QS. 10:49) tapi tak seorang manusia pun tahu tidak juga nabi ataupun rasul (QS. 67:261 melainkan hanya di sisi Allahlah kuncinya (QS. 43:85) kapan akan terjadi. Lantas mengapa kita belum berkemas ataukah kita menanti suatu waktu ketika permohonan ampun sudah tidak membutuhkan jawaban (QS. 10:90-91). Ketika neraca mulai terbaca. banyak manusia menyesali diri sampai-sampai menggigit jarinya (QS. 25:27), seraya berujar: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah (tetap menjadi) tanah (QS. 78:40). Dan ketika siksa tengah membayang di depan mata. serta-merta berkata: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini. (QS. 89:24). Mereka menyesal dan menyesali diri.
Kenapa kini harus menyesal di saat penyesalan itu sudah tidak bermanfaat, mengapa kini mesti berteriak memohon padahal dulu berpaling saat diseru. Akhirnya, sadarlah kita bahwa pertama. adanya manusia adalah semata-mata karena kehendak dan diciptakan oleh Allah swt. Kedua. diciptanya manusia dari tanah dan sperma adalah menunjukkan betapa rendah dan hinanya asal manusia. Ketiga. ditiupkannya ruh Allah pada jasad manusia merupakan penghargaan sebagai makhluk yang paling utama dan sempurna. sekaligus menunjukkan bukti betapa agung dan berat amanah yang dipikulnya. Keempat. sujudnya para malaikat merupakan penghormatan atas manusia selaku khalifatullah,, sekaligus menunjukkan betapa tingginya kedudukan manusia. Kelima. ditetpkannya taqdirullah sebagai ketentuan yang permanen dan multak pada saat proses penciptaan berlangsung merupakan betapa Maha Kuasanya Allah swt. dan diberikannya pendengaran. penglihatan dan hati sebagai sarana bagi manusia agar dapat berbuat baik dan mampu mencapai kebenaran merupakan bukti betapa merdeka dan independennya manusia. Keenam. tangisan bayi saat dilahirkan sesungguhnya menunjukkan keengganan manusia untuk beranjak dari kedamaian (rahim) dan kekhawatirannya akan kehidupan dunia. Dan ketujuh. wafatnya manusia merupakan dalil akan kefanaan dunia dan bukti ketidak-berdayaan manusia. sekaligus juga menunjukkan betapa Maha Raja-Nya Allah swt.
Manusia adalah makhluk yang sangat khas. unik dan istimewa. Karenanya banyak ahli yang mencoba memaknai hakikat kedirian manusia dengan jalan mendeskripsikannya. di antaranya; Aristoteles mengatakan manusia sebagai zoon politicon atau makhluk yang bermasyarakat. Adam Smith menyebut Sebagai homo economicus atau makhluk yang bertindak ekonomi. dan Sigmund Freud dengan teori libido sexual-nya menganggap bahwa seluruh prilaku manusia dipengaruhi oleh instingnya terhadap lawan jenis. Lebih dari itu. Charles Darwin berasumsi bahwa manusia hanya merupakan hasil evolusi dari makhluk Sejenis kera. asumsi inilah yang kemudian melahirkan disintegrasi manusia dengan dirinya dan berimplikasi pada keadaan dan tindakan yang tidak menusiawi, kemudian sampai pada Thomas Hobes yang memandang.sinis manusia sebagai homo homini lupus yang berarti manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.
Di samping itu. dalam kata-kata hikmah ada disebutkan al-insaanu haya waanun naathig yang berarti manusia adalah makhluk hidup bukan hewan yang berfikir. dan juga al-insaanu madaniiyun bi al-thab’i yang berarti bahwa manusia secara alami bermasyarakat degan bingkai budaya.
terlepas dari keabsahan deskripsi di atas. ternyata telah membuktikan kerja keras manusia dalam memahami hakikat kediriannya sebagai hasil ciptaan Allah swt. yang sangat khas. unik dan istimewa. Dan Allah swt menyatakan dan memuji manusia sebagai akraamu wa afdhalu al-makhluqaat dalam firman-Nya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di darat dan laut Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. 17:70).
Ketika Manusia Memahami Dirinya
Pada hakikatnya kekhasan.. keunikan dan keistimewaan manusia adalah terletak pada ruh Allah yang ada padanya. Karena itu banyak manusia terusik untuk mencari tahu akan ruh itu sendiri, dan Allah swt menjelaskan: Dan mereka bertanya kepadamu mengenai itu. Katakan, Ruh itu adalah urusan Rabb-ku. dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit (QS 17:85).
Ruh tersebut pada gllirannya menjadikan kekhasan. keunikan dan keistimewaan manusia semakin beragam. seperti kemampuan berfikir, kemampuan berbicara. kemampuan berbudaya dan lain-lain. Ruh pula yang membawa manusia pada kondisi al-fithratu (suci dan bening = Islam pada saat dilahirkan. Sabda Rasulullah saw:
Artinya: Setiap (manusia) yang lahir adalah terlahir atas fitrah. maka kedua orang tuanyalah yang kelak menjadikannya Yahudi. Nashrani atau Majusi. (Muttafaqun alaihi).
Dengan demikian al-fithratu bukanlah suatu kondisi yang netral atau bebas nilai; sebagaimana sering dikonotaskan dalam dunia pendidikan misalnya dikenal teori tabularasa dengan emperisme-nya John Locke. melainkan kondisi yang pekat nilai atau pro kebenaran. Hal ini segaris dengan penjelasan Rasuluilah saw.
Sehingga benarlah bahwa manusia lahir adalah dalam keadaan diliputi oleh kebenaran (fithrah) dan memihak pada kebenaran (hanif). Sehubungan dengan ini Dr Nurcholish Madjid bertutur: Fithrah” itu bersangkutan dengan salah satu ajaran Islam yang amat penting. yaitu ajaran bahwa manusia dilahirkan dalam kejadian asal yang suci dan bersih (fitrah). sehingga manusia itu bersifat “hanif” (artinya secara alami merindukan dan mencari yang benar dan baik). Jadi kebenaran dan kebaikan adalah alami dan natural. sedangkan kepalsuan dan kejahatan dan kebaikán adalah alami dan natural. sedangkan kepalsuan dan kejahatan adalah tidak alami. tidak natural. berarti juga bertentangan dengan jati diri manusia yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk kita. (1996-146).
Segala pembawaan yang bertendensi kelangitan adalah fithrah. dan ini berwujud pada segala kecenderungan yang baik sampai pada akhlaaq ar-rabbaniyah sedangkan semua pembawaan yang bertendensi ‘kebumian’ adalah ghariizah (perangai, insting) berwujud segala kecenderungan yang menguntungkan diri sendiri. Dalam kerangka ini. dosa bukanlah fithra melainkan ghariizah. Sehingga kata hikmah al-insaanu mahallu al-khathaai wa an-nis-yaan (manusia adalah tempatnya salah dan lupa) menggambarkan perangai manusia yang acap kali berbuat salah dan ini manusiawi,. tapi sekali-kali bukan fithrah. Sehubungan dengan penyelaiasan antara ketentuan Allah yang mutlak (takdir) dengan kemerdekaan manusia untuk berbuat adalah berarti memberikan peluang bagi fithra/hanif dengan bias “kelangitannya dan ghariizah/syahwat dengan efek ‘kebumiannya untuk berkembang dan berproses secara bebas melalui dua faktor diluar diri yaitu hidayah Allah dan tipu daya setan. dalam menemui bentuk peran yang telah digariskan. Dan dalam aktualisasinya. Allah swt. menjelaskan adanya dua jalan yang dapat ditempuh. Firman-Nya:
Artinya: dan Kami tunjukkan kepadanya dua jalan (QS 90:10)
Artinya: maka diilhamkan kepadanya jalan kefasikan dan ketaqwaan (QS. 91:8).
Kefasikan adalah bilamana syahwat yang didukung tipu daya setan dapat mengalahkan fithrah. sedang ketaqwaan adalah anugerah. ketika fithrah lebih dominan dan syahwat terkendali.
Dan sini fahamlah kita bahwa: pertama. manusia adalah ciptaan Allah swt. yang khas. unik dan lstimewa. Kedua. kekhasan. keunikan dan keistimewaan manusia semata-mata terletak pada ruh Allah yang ada padanya. yang kemudian membuahkan kemampuan berfikir (akal) atau kemampuan lainnya. Ketiga. kejadian asal manusia adalah dalam keadaan fithrah (suci. bersemangat kebenaran) dan hanif (lurus. memihak kebenaran) yang merupakan kelanjutan ruh Allah. Keempat. hal di atas merupakan faktor intern yang memberi warna kehidupan yang transendental spiritual dan akhlaqiyah (moralitas etika) menuju khairu al-bariyah (sebaik-baik makhluk). Kelima. bahan dasar penciptaan manusia berupa tanah dan kemudian sperma. membawa manusia pada syahwat (keinginan material-pragmatis) dan gharizah (insting-bawaan manusiawi) yang kemudian mendapat pengaruh dari faktor ekstern yaitu tipu daya setan, maka akan beroñentasi ma’shiyat men uju syarru al--bariyyah. Keenam. Allah swt memberikan dua jalan bagi manusa yaitu kefasikan dan ketaqwaan yang merupakan kelanjutan atas hal di atas. Kemudian manusia diberi kemerdekaan untuk memilih diantara keduanya. Beruntunglah manusia yang atas bimbingan Allah memilih jalan ketaqwaan.
0 komentar: