Rabu, 11 Januari 2017

Islam dan Terapy Sexual bagi Remaja


Naluri sexual merupakan suatu hal yang fitrah bagi manusia. Akan tetapi alam materialisme yang ada membuat naluri ini terselewengkan dalam pemenuhannya. Orang lebih cenderung kepada teori libido sexualisnya Sgmund Freud daripada “al-Qur’an wa Ilmu nafs”nya Dr. Usman Najati. Padahal Islam sebagai dien yang syamil telah menawarkan alternatif yang paling sesuai fitrah, bukankah Islam dikonsep oleh pembuat fitrah itu sendiri? Islam tidak akan membentuk manusia menjadi homosexualis sebagaimana Freud, tapi Islam membentuk manusia menjadi homoislamicus yang tercukupi semua aspek kemanusiaannya. Permasalahannya ini harus terselesaikan tuntas, sebab banyak permasalahan cabang yang timhul darinya. Hal ini terutama bagi remaja.
Seorang anak kecil yang baru saja belajar berjalan langkahnya nampak ragu-ragu, terhuyung-huyung dan sesekali terantuk jatuh dan bangun. Kadang-kadang ia tertawa sendiri, lalu kembali bangkit untuk menemukan dirinya berdiri di lantai. Ia melalui hari-hari yang manis dan pahit. Padahal bila ia mau ibunya akan senantiasa menjaga, membawanya ke tempat yang ia inginkan tanpa harus bersusah payah jatuh dan bangun. Demikian juga pada dasarnya kehidupan remaja, ia bagaikan anak kecil yang baru saja belajar berjalan. Remaja adalah masa yang berada di antara kanak-kanak dan masa dewasa yang matang. Ia adalah masa di mana individu tampak bukan anak-anak lagi, tapi ia juga tidak tampak sebagai orang dewasa yang matang, baik pria maupun wanita. Dalam tahap ini ciri-ciri kanak-kanak dan kelakuan kekanak-kanakan mulai bergeser dari tempatnya ke arah pertumbuhan yang lebih matang dan bentuk kelakuan yang terdapat pada orang dewasa (Hacket, 1984).
Pertumbuhan biologis yang sudah sempurna, tetapi tidak dibarengi pertumbuhan psikisnya, sifat ketergantungan mereka pada orang dewasa (orang tua), masih memerlukan waktu lagi dan masih belum bisa bertanggungjawab dalam segala hal. Penerimaan sosial orang-orang yang lebih dewasa kadang kurang menghargai dan memberikan status yang pasti bagi remaja, timbul sikap dan tindakan yang seolah-olah menentang nilai-nilai yang dianut masyarakatnya (Dr. Zakiah Darajad, 1972). Hal-hal tersebut menjadikan remaja identik dengan permasalahan yang khas dan pelik. Terutama permasalahan sexual, karena pertumbuhan tubuh yang pesat disertai perkembangan pada organ reproduksi menyehbabkan kelenjar kelaminnya mudah terangsang. Itulah sebahnya, mengapa masalah sexual menjadi bagian terhesar dan pembicaraan mereka.
Kondisi seperti ini menyebabkan rnasalah sexual menjadi sesuatu yang rawan bagi remaja. Di satu sisi ia sudah merasakan tuntutan gejolak sexual yang mengalir dalam darah mudanya, tapi di sisi lainnya ia belum sanggup menanggung resiko untuk memenuhi tuntutan hasrat tersebut. Akibatnya remaja menjadi gelisah. Disatu sisi ia menginginkan sesuatu yang amat dirindukan, di sisi lain ia takut karena belum mampu menanggung segala konsekwensinya. Pada kondisi ini membuatnya merindukan sesuatu secara tak sadar, tetapi menolaknya pada tingkat sadar. Oleh karena itu benaknya terpaksa menggunakan trik bawah sadar. Dengan metode mendengarkan (hearing) dan merasakan (perceiving), pesan-pesan yang terproyeksi dalam benak yang dikenal dengan halusinasi auditory, yakni suatu kondisi mendengar sesuatu atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. (I. Dimont, 1992).
Akibatnya remaja menderita flight syndrome, melarikan diri dari kenyataan dan hidup di dunia khayal (fantasi). Dengan demikian ia menjadikan rokok, alkohol, narkotika, film serta roman picisan sebagai katarsis (lubang penyaluran emosi) bagi hasrat yang Senantiasa mendesaknya. Selain itu mereka mudah terjebak dalam masturbasi, homosexual dan heterosexual. Hal ini ditunjang oleh film-film semi porno maupun porno yang memberikan efek kognitif cukup besar bagi remaja. “It’s just sex, not love”, dalih Diana pada suaminya. Dengan terpaksa sang suami merelakan istrinya tidur bersama sang jutawan. Sekelumit adegan film “Indicent Froposal” yang dibintangi Demi ‘‘Diana’’ Moore ini ditonton oleh berjuta remaja di tanah air tercinta ini. Ada kalimat bijak yang berkata “film selain sebagai tontonan juga sebagai tuntunan” ternyata tak menjadi nasihat baik dari beberapa kasus video porno yang lagi marak belakangan ini. Ironisnya, pelakunya tak jarang dari siswa-siswi smp yang masih berbau kencur.
Menanggapi kejadian tersebut berpuluh pakar ikut urun rembug, beratus bahkan beribu teori disodorkan. Polemikpun terjadi, namun masalah tersebut tetap mengambang. Bukan menjadi reda melainkan makin memperumit masalah. Ratusan teori tersebut hanya menambah khazanah ilmu psikologi tanpa mampu memberikan kontribusi praktis terhadap permasalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan mereka memperdebatkan permasalahan cabang dan gagal mencari akar permasalahan. Padahal, ibarat tumor manakala diangkat tidak bersama akarnya, ia hanya akan menjadi tumor baru yang lebih ganas.
Sebenarnya bila kita telusuri, mentalitas utillitarian dan jiwa hedonisme adalah produk dan ideologi yang diadopsi pada saat ini. Profesor Blanchard, salah seorang psikiater kenamaan saat ini mengatakan, “Ideologi yang berkuasa saat ini makin menindas kepribadian, ia mengarahkan manusia pada kehidupan terotomatisasi menurut skema kereta api bawah tanah.
Kerja yang memberikan aturan yang berasal dari standar tapi menyingkirkan gairah dan pengalaman Sejati. Segala sesuatu sudah disiapkan sebelumnya bahkan liburan pun diorganisasi dan dirancang hingga para peserta tak dapat mengubah acara apapun Karenanya secara alamiah kebanyakan orang perlu lari dari diri mereka sendiri dan mengalami ketegangan-ketegangan. Kebutuhan pelarian diri ini dipenuhi oleh film-film porno (Izetbegovie, 1984). Perjudian, alkoholisme, wanita dan televisi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Bussiness without women is nothing. Kepedihan wanita terus berlanjut dalam dunia peradahan yang dibanggakan. Sementara itu Picasso dengan penuh keprihatinan melukiskan karyanya yang menakjubkan “keibuan”. Dengan hymne yang memuja kaum ibu, dia menyatakan bahwa demi kebudayaanlah ibu masih bersedia untuk hidup.
Ideologi adalah pangkal dari permasalahan yang ada di dunia, sebab ia merupakan konsep dasar penentu arah kehidupan. Mabda’ (ideologi) didefinisikan oleh Ustadz an Nabahani sebagai aqidah aqliyah yang memancarkan peraturan-peraturan yang berasal dari aqidah ini tidak lain berfungsi untuk memecahkan dan mengatasi problematika hidup manusia, menjelaskan bagaimana cara melaksanakan pemecahannya, memelihara aqidahnya dan mengemban mabda’. Penjelasan tentang tata cara pelaksanaan, pemeliharaan aqidah dan pengembangan risalah dakwah dinamakan thariqah. Adapun selain daripada itu, konsep dasarnya disehut dengan fikrah.
Dengan demikian mabda’ mencakup dua bagian yaitu fikrah dan thariqah (an Nabahani, 1953).
Tanpa sadar manusia bergerak dalam sebuah peradaban sekarat menuju peti mati yang dirahasiakan oleh segelintir Zionis. Untunglah, secara perlahan orang mulai menyadari hal ini. Berbagai gerakan moral pun tumbuh subur bagai cendawan yang tumbuh di musim penghujan. Fenomena penyakit AIDS yang belum ada obatnya menyebabkan semua formula yang disodorkan mengacu pada satu titik yaitu “Back to God”, “Setiap manusia mutlak memerlukan agama’’, teriak Erich From”. Tetapi masalahnya bukan orang beragama atau tidak beragama, melainkan agama apa yang diterapkan,
kata Erich From lebih lanjut. Kalaulah Inggris menyusun suatu panitia yang terdiri dari para ilmuwan dan cendekiawan untuk memilih agama yang paling baik untuk dijadikan agama dunia tentu mereka akan sepakat memilih Islam, jawab Lod Hideli. Yes you’re right mister!
Mengapa harus Islam? Agama kathotik yang menabukan masalah sexual jelas tidak akan masuk nominasi. Sedangkan Islam tidak pernah memandang tabu masalah sexual. Sex menjadi tabu dalam Islam manakala sudah tidak terkendali pemenuhannya. Harap diingat bahwa Sesuatu yang tabu dalam Islam pasti akan membawa kemudharatan. Oleh karena itu dalam Islam masalah sexual bukanlah suatu prosesi pendek dari ereksi sampai ejakulasi, ia harus lebih dari itu. “Litaskunuu ilaiha” (supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya) adalah sebuah konsep dasar sebab “hunna libassu lakum wa antuin libassu lahunna” (mereka adalah pakaian bagimu dan kamupun pakaian bagi mereka). Islam memandang saling menghargai dan melindungi sebagai bagian tak tenpisahkan dari kehidupan sexual.
Islam sebagai sebuah dien yang syamil, juga sebagai mabda’ (ideologi) yang mempunyai fikrah dan thariqah tentu mengandung permasalahan ini sebagai kebutuhan dasar manusia. Al-Qur’an menegaskan hal tensebut baik dan segi ontologi, epistemologi dan axiologinya. Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada Wanita .... (al-Qur’an 3:14), konsep ini tentu berbeda dengan libidosexualnya Freud, sebab ayat ini diakhiri dengan bunyi “ltulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik”. Islam tidak pernah menempatkan masalah sexual sebagai sesuatu yang otonom, ia mesti terkait dengan dua aspek utama dienul Islam yaitu aqidah dan .syari’ah.
Ad Dawaafi’ul jinsiyah (ketertarikan terhadap lawan jenis) sebenannya merupakan manifestasi dari gharizatunnau’ (naluni melangsungkan keturunan). Sesuai dengan sifat naluri maka ia akan muncul manakala ada rangsangan dari luar. Ketika mata saling bertatapan dan hati saling didekatkan maka kerinduan akan mulai tumbuh.Bila rasa rindu tak tertumpahkan akan timbul kegelisahan. Mengenai masalah ini lbnul Jauzi menyatakan dalam kitab Talbis Iblis, bahwa syahwat diciptakan karena ada manfaatnya. Jikalau tak ada syahwat atau nafsu maka manusia pasti binasa seluruhnya. Jika tak ada syahwat atau nafsu untuk kawin maka putuslah keturunan dan perkembangan manusia. Adapun tujuan syara’ adalah untuk menahan diri sekedarnya, untuk membuat manusia sederhana dalam pemenuhannya (Abu Bakar Aceh, 1986).
Penyederhanaan inilah yang menupakan fungsi dari syara’. Konsep Islam bukanlah suatu konsep yang sulit, sebab ia sejalan dengan fitrah manusia sesuai sitfatnya sebagai dienul fitrah (al-Qur’an 30:30). Memang bukan pula sebagai proses langsung jadi tetapi merupakan proses perjuangan yang melewati fase—fase pembinaan yang cukup sarat dengan kontrol diri. Selain itu Islam juga memberikan beragam alternative hingga manusia dapat menyesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya. Secara garis besar alternatif yang di berikan islam ada dua yaitu yang berwujud konsepsi pelatihan jiwa dan juklak praktis dalam penyaluran naluri sexual. Adapun yang berujud konsepsi pelatihan iwa adalah:

1. Introduksi Aqidah Islam
Aqidah adalah suatu cara pandang yang menyeluruh mengenai manusia, alam semesta dan kehidupan. Ia merupakan jawaban atas ‘uqdatul qubra (simpul besar) yang melilit benak manusia yaitu dari mana saya berasal, untuk apa saya hidup dan ke mana saya setelah mati. Manakala pemikinan tersebut ditangkap oleh kecendenungan naluri dan diikat oleh hati manakala akan menjadi dasar bagi setiap perbuatan manusia. Victor E Fnankl, salah seorang tokoh psikologi humanistik mengatakan bahwa pada dasannya manusia betul-betul menjadi manusia tatkala Ia menanyakan makna hidupnya. Tauhid uluhiyah, rubuhiyah dan mulkiyah yang dikoditikasikan oleh para ulama salaf akan memberikan atsar (bekas) yang sangat mendalam bagi manusia sehingga ia bertindak hati-hati. “Tak ada jiwa yang tahu apa yang akan diperbuatnya besok dan tak ada jiwa yang tahu di bumi mana ia akan meninggal” (Sayyid Qutub, 1982).

2. Pembekalan Materi Syari’ah Islam
Setiap mukallaf wajib mengetahui hukum-hukum Islam terutama yang berkaitan dengan aktivitas pribadinya. Hukum inilah yang akan menjadi pengontrol dalam tingkah laku kesehariannya. Materi seperti tafsir, hadits dan fiqih merupakan fardhu ‘ain bagi setiap mukallaf. Hal ini ditunjukkan oleh suatu kaidah ushul fiqih yang mengatakan “Asal dari setiap perbuatan adalah terikat dengan hukum syara’, bukan mubah atau haram”. (Muhammad Ismail, 1953). Hal ini sesuai dengan definisi hukum syaí a’ yaitu seruan asy-Syaari’ (pembuat hukum) yang berkaitan dengan perbuatan hamba (an Nabahani, 1953). Berdasarkan hal tersebut di atas maka fungsi aqidah dan syari’ah pada dasarnya menjaga agar fitrah manusia yang hanif tidak terselewengkan. Sebab manusia lahir sudah dibekali fitrah tidak seperti kaum behavioris yang menyatakan bahwa sikap ditentukan oleh lingkungan semata. Dalam Islam dunia adalah medan ujian, karena itu ia butuh aqidah dan syari’ah sebagai teori untuk menanggulanginya. Adapun alternatif pemecahan masalah sexual yang bersifat praktis pada dasarnya dapat kita golongkan menjadi tiga bagian yaitu:

1) Sistem kehidupan yang terpisah (Infishal)
Islam dengan tegas membatasi pergaulan manusia antara komunitas laki-laki dengan kaum wanitnya dengan tegas. Laki-laki dan wanita hanya diperbolehkan bertemu dalam beberapa hal seperti jual beli, pengajaran, kesaksian dalam pengadilan dan beberapa hal lainnya. Islam secara tegas melarang khalwat, atau bersendirian antara laki-laki dengan perempuan. Untuk masalah aurat ditegaskan sebagai sesuatu yang malumun minaddin bidh dharurah (aksiomatika) dan ditetapkan dengan nash yang qath’i. Hal ini terutama bagi kaum wanita sebab orang seni bilang garis lengkung lebih disukai daripada garis lurus, hal ini menyebabkan tubuh wanita lebih menarik untuk dipandang. Namun perhiasan alamiah ini harus ditutupi dengan rapat sesuai firman Allah dalam surat 33:59.
Budaya menutup aurat ini akan meredam gejolak sexual yang terjadi di masyarakat. Naluri sexual menjadi lebih mudah dikendalikan karena tidak ada faktor perangsangnya. Boleh jadi orang yang tidak suka dengan Islam akan mengatakan bahwa itu merupakan suatu bentuk penindasan dan pengekangan, namun apakah mereka mau bertanggung jawab atas problematika yang ditimbulkan budaya buka aurat di masa kini?

2) Pernikahan Usia Muda

Wahai Pemuda! Barang siapa di antara kamu sudah rnempunyai kemampuan untuk menikah, maka hendaklah kamu menikah……..(‘HR. Jama ‘ah)

Demikian sabda Rasul kepada para pemuda (dalam hal ini termasuk juga remaja).Hasungan yang lain juga nampak pada ancaman rasul bahwa orang yang ridak ,menikah tidak termasuk ke dalam golongannya. Pernikahan adalah wujud ideal dari kehidupan sexual, sebab selain sebagai penyalur naluri sexual keluarga lebih berfungsi sebagai tempat pencarian ketenangan jiwa, perolehan rasa aman dan sarana melestarikan kelangsungan manusia. Lihat saja pernikahan di kalangan mahasiswa yang makin marak, terbukti merekapun dapat hidup harmonis dan berkecukupan. Fakta tersebut perlahan akan menghapus image jelek mengenai pernikahan usia muda. Meskipun demikian persiapan lahir bathin tetap harus diperhitungkan dengan matang supaya tidak mencoreng citra yang mulai terangkat.

3) Berpuasa
Anjuran berpuasa merupakan alternatif yang dapat dijalankan, terutama bagi mereka yang belum mampu untuk menikah. Dengan berpuasa orang akan memusatkan dirinya pada dzikrullah. Pikirannya akan terbebas dari godaan syahwat, hal ini kanena ia merasakan adanya kesadarannya sebagai hamba terhadap hubungannya dengan Allah selaku al Khaliq (Idraak Shillah billah). Sementara itu dari sisi fisiologis puasa mungkin akan mengurangi kerja dari kelenjar kelamin. Sungguh tepat apa yang disabdakan rasul kepada kita. “siapa yang belum sanggup untuk menikah, maka hendaknya Ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengekang hawa nafsu” (HR. Jama’ah)
Dari berbagai solusi praktis yang disodorkan tadi, tentunya menikah adalah prioritas yang utama.
Sebab dengan menikah berbagai jenis maksi’at akan tercegah. Adapun memang kendala yang ada karena sistem kehidupan yang Sekarang menyulitkan para pemuda untuk menikah dini. Hal ini karena tuntutan perkuliahan ataupun persaingan hidup yang keras hingga menyebabkan mereka merasa sayang kalau hasil kerjanya mesti dibagi dengan keluarga. Oleh karena itu hendaknya kita harus kembali melakukan introspeksi diri, terutama kita selaku remaja. Selain itu para orang tua juga harus disadarkan agar tidak menghalangi pernikahan para pemuda hanya kanena alasan ekonomi. Bukankah rasul menyuruh kita mencari rezeki melalui pernikahan?
Untuk itu para pihak yang terkait hendaknya menghilangkan prakonsepsi yang jelek mengenai pernikahan usia muda. Prakonsepsi - prakonsepsi inilah yang menyebabkan kita menjadi tak bisa berfikir secara jernih.

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin )dari hamba-hamba sahayu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya, dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) Lagi Maha Mengetahui ( Al-Qur’an Surat An-Nuur ; 32 )

0 komentar: