Sabtu, 15 April 2017

Hasan Al-Banna Hidupnya Untuk Da’wah dan Jihad


Imam Hasan al-Banna Lahir di kota Mahmudiyah, Propinsi Buhairah Mesir pada tahuri 1906. Ayahnya bernama Ahmad Abdurrahman al-Banna, seorang ulama yang taat beribadah. Ia menekuni ilmu hadits. Karyanya yang terkena1 dalam bidang hadits berjudul “Al-Fathur Rabbani lit-TartibiI Musnad Imam Ahmad”. Selain itu, sehari-harinya Ia bekerja menjilid buku dan memperbaiki jam, sehingga dijuluki dengan nama “As-Sa‘ati” (tukang jam).
Imam Hasan al-Banna dibesarkan dalam lingkungan yang mencintai ilmu. Ia belajar di SekoIah Dasar al-Rasyadud Diniyah, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di Mahmudiyah. Sejak mudanya, Hasan al-Banna telah mencurahkan perhatiannya kepada Islam dengan aktifitasnya yang terorganisir dalam menegakkan amar Ma’ruf nahi munkar, dalam menegakkan da’wah Islamiyah. Walaupun Ia sibuk dengan tugas belajarnya, Ia bersama teman-temannya mendirikan Al-Jam’iyatul Akhlaqul Adabiyah” dan “Jam’ iyah Man’il Muharramah.

Pada waktu itu ia mulai mengenal Thariqat al-Hashafyah, yang telah membentuk jiwanya zuhud dan bersih. Pada tahun 1920 ia pindah ke Darul Mu’allimin di Damanhur. Ketika itu ia telah hafal al-Qur’an sebelum mencapai usia 14 tahun. Hasan al-Banna juga aktif dalam pergerakan nasional melawan penjajah Mesir. Tahun 1923 ia pindah ke Kairo, dan belajar di sekolah Darul Ulum. Di sana ia menemui pandangan hidup baru yang sangat luas. Sabagai salah seorang anggota Thariqat al-Hashafiyah. ia senang berkunjung keperpustakaan as-Salafiyah dan majelis-majelis pertrmuan ulama al-Azhar. Di sana semua orang dianjurkan agar berjuang untuk membela Islam dengan berbagai cara.

Dengan demikian jiwanya mulai terangsang oleh da’wah islam dan plkirannya terus bergolak memikirkan da’wah. Sehingga akhirnya Ia dan beberapa temannya bergerak menyeru manusia ke jalan Allah, di warung-warung kopi dan gelanggang-gelanggang remaja serta majeIis-majlis pertemuan.

Hasan al-Banna lulus dari Darul Ulum pada tahun 1927, kemudian ia diangkat menjadi guru di sebuah sekolah di lsmailiyah, di sekitar Terusan Suez. Di Ismailiyah Ia mulai melancarkan da’wah secara terorganisir dan sistematis. Ia mengajak orang-orang yang suka nongkrong di bar-bar untuk pindah ke masjid. sambil Ia mengarahkan pikirannya dan tenaganya mendamaikan perselisihan yang merajalela di kalangan masyarakat Islam pada waktu itu. Ia berhasil menegakkan tonggak-tonggak da’wah Islam bersama enam orang temannya dalam bentuk perkumpulan jama’ah lkhwanul Muslimun (Persaudaraan Islam). Peristiwa itu terjadi pada bulan Dzulqa’idah tahun 1347 H atau pada bulan maret 1928 M.

Ciri da’wah lkhwanul Muslimun, pertama kali da’wahnya berseru kembali kepada ajaran Islam, dengan mempelajari kedua sumbernya, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah, dan menghapus perbedaan-perbedaan furu’iyah di antara madzbab fiqih. Hasan al-Banna memusatkan perhatiannya untuk menciptakan generasi muda yang memahami Islam dengan baik, yaitu memegang teguh Islam sebagai agama dan diterapkan dalam membina negara, sebagai penuntun ibadah dan jihad, syari’ah yang dapat mengatur kehidupan ummat manusia dalam semua aspek, meliputi pendidikan sosial, ekonomi dan potitik.

Gerak langkah da’wah pada waktu itu terbatas pada dua aliran yang sangat penting, Da’wah Salafiyah dan Thariqat-thariqat Sufisme. Pertentangan dan perbedaan antara kedua golongan ini sangat tajam. Dan pemikiran Islam pada waktu itu dikendalikan oleh organisasi dan karya-karya dari al-Azhar. Dengan demikian, da’wah yang dilancarkan oleh Hasan al-Banna Untuk kembali kepada pengertian islam yang mencakup semua aspek kehidupan, memerlukan pembaruan dalam pemikiran Islam.

Setelah para penulis Muslim menemui kesulitan untuk membuktikan, bahwa Islam itu tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan bahkan mendorong proses kemajuan, maka gerakan Ikhwanul Muslimun telah menelorkan generasi yang beriman dan terdidik, mereka menganggap kemajuan Barat adalah sangal kecil di bandingkan dengan Islam. Dan mereka yakin bahwa kebudayaan Islam tidak bertentangan dengan hakikat ilmiah yang benar, dengan kaidah-kaidah syara’ yang tetap. Ikhwanul Muslimun telah menyerap bermacam-macam aliran masyarakat ke dalam barisannya, terutama para cendekiawan muda, dan dapat mengobarkan semangat Islam dalam setiap jiwa ummatnya. Di kota lsmailiyah, Hasan al-Banna mendirikan yayasan-yayasan umum. Ia mendirikan sebuah masjid dan sekretariat lkhwanul Muslimun, kemudian mendirikan pesantren Islam Harra’ dan madrasah Ummahat al-Mu’minin.

Dan mulailah da’wah tersebar luas di kampung-kampung dan kota-kota terdekat.
Pada tahun 1932, Hasan al-Banna pindah ke Kairo, dengan demikian pindah pulalah markas Pimpinan Umum Jama’ ah al-Ikhwanul Muslimun. Ia sering mengadakan perjalanan rutin ke propinsi-propinsi dengan disertai anggota barunya yang dibina dengan semangat da’wah dan dibekali keterampilan melaksanakan da’wah. Pekerjaan ini dilaksanakannya terus-menerus, sehingga Ikhwanul Muslimun tersebar keseluruh pelosok Mesir.

Imam Hasan al-Banna menerbitkan sebuah mingguan“Al-Muslimun”. kemudian majalah “An-Nadzir” dan beberapa makalah. Ia tidak henti-hentinya menulis dan mengarang, bahkan perhatiannya terhadap pendidikan, penyebaran da’wah dan pembentukan suatu jama’ah dianggapnya sebagai pelopor kebangkitan ummat Islam di seluruh dunia. Hasan al-Banna menginginkan agar pergerakannya tidak hanya bergerak di Mesir saja, tetapi merupakan gerakan internasional. Oleh karena itu, sejak tahun empat-puluhan, pergerakan Ikhwanul Muslimun meluaskan dirinya ke seluruh dunia Arab, kemudian ke seluruh dunia Islam. dengan menancapkan tonggak da’wah di setiap tempat. Beliau mengirimkan beberapa utusan ke beberapa negara Islam, untuk meneliti keadaan dan kenyataan kaum Muslimin dan melaporkannya ke Kairo. Di Kairo, markas umum lkhwanul Muslimun menjadi tempat pertemuan kebebasan kaum Muslimin. Pada masa itu justru negara-negara Islam berada di bawah penjajahan asing, dari mulai tokoh-tokoh gerakan kemerdekaan di Afrika Utara, Yaman, India, Pakistan, Indonesia dan Afghanistan, bahkan sampai ke Sudan, Somalia. Syiria, Irak dan Palestina.

Masalah Palestina sangat menarik perhatian Hasan al-Banna. Ia mempunyai pandangan, bahwa kaum Yahudi itu sangat berbahaya. Sikap Ikhwanul Muslimun sejak permulaan revolusi Palestina tahun 1936 menyerukan dan mengingkatkan agar berjuang mencapai kemerdekaan di dunia Arab. Gerakan Ikhwanul Muslimun ini telah secara kongkret menerapkan apa yang menjadi semboyan dan motto ini, “Al-Jihad Sabiluna wa Al-Maut fi Sabilillah Asma Amanina” (jihad adalah jalan kami dan mati di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami). Mereka benar-benar masuk dalam perang jihad melawan Zionis di Palestina dan melawan Inggris di Mesir. Gerakan lkhwanul Muslimun ini mempersembahkan pengrbanan putra-putra terbaiknya.
Hingga sekarang Ikhwanul Muslimun masih memiliki putra-putra berdedikasi tinggi yang mengikhlaskan diri untuk agama Allah dan Allah juga mengikhlaskan mereka untuk agama. Mereka bertekad meneruskan jihad di bumi Palestina untuk membebaskan bumi nubuwah ini dari tangan-tangan kotor Zionisme. Mereka itulah putra-putra gerakan perlawanan Islam, Hamas.
Militansi dari gerakan lkhwanul Muslimun ternyata mngundang konspirasi dari berbagai kekuatan yang memusuhi, dengki, ketakutan dan ambisi serta benci. Para duta besar dari Amerika, Inggris, dan Prancis bertmu di Fayed, pangkalan militer Britania Raya di wilayah Suez, yang menghasilkan kesepakatan untuk membubarkan lkhwanul Muslimun dengan menekan pemerintahan Mesir di bawah Perdana Menteri Mahmud Fahmi an-Naqrasyi. Lalu tekanan ini dipenuhi dan dilaksanakan.

Pembubaran pertama gerakan lkhwanul Muslimun dilakukan pada masa Raja Farouq di bawah pemerintahan Perdana Menteri an-Naqrasyi pada 8 Desember 1948. Setelah itu para aktivis ditahan dan dimasukkan ke dalam penjara di ath-Thur dan Haiksatab dalam jumlah ribuan, kecuali satu orang saja yang tidak ditangkap, melainkan dibiarkan bebas, yaitu Hasan al-Banna, pimpinan kelompok dan pendirinya. Semua orang heran, bagaimana semua anggota ditahan tetapi pimpinannya tidak? Akan tetapi kemudian teka-teki itu segera terjawab dan keheranan pun sirna, sebab di sana ada rencana keji yang disiapkan dengan cermat dan dilaksanakan dengan sempurna. Di sebuah jalan-jalan protokler di tengah kota Kairo, saat Ia keluar dari Markas Pemuda Muslimin, tepat di depan gedung ini, menjelang tenggelam matahari, sete!ah menerima undangan misterius ke markas umum gerakan ini, Ia dibunuh secara biadab dengan tembakan peluru yang dilakukan oleh kaki tangan Raja Faraouq.

pada tanggal 14 Rabi’uts Tsani 1368 H, bertepatan dengan tanggal 12 Februari 1949 M.
Akan tetapi perjuangan lkhwanul Muslimun tidak terputus hanya karena pembunuhan yang dilakukan terhadap pimpinannya serta pembekuan kegiatannya. Dan balik malapetaka itu, muncul satu gerakan kuat lain untuk melawan imperialis Inggris di Terusan Suez pada tahun 1951, yang kemudian menimbulkan dua serangan dahsyat pada tahun 1956 dan tahun 1965.
Pergerakan lkhwanul Muslimun tetap mendasar dan meluaskan sayapnya ke seluruh pelosok dunia, dan melancarkan pemikiran yang Islami ke kancah pertarungan. Pada masa ini banyak dijumpai pemikiran-pemikiran Islam yang dicetuskan penulis Ikhwanul Muslimun, seperti Yusuf Qardhawi. Mustafa Masyhur, Muhammad al-Ghazali, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Fathi Yakan, Mahmud Abdul Halim, Abbas as-Saisi, Sayyid Sabiq, Sa’id Hawwa dan sebagainya.

Pemikiran-pemikiran merka telah dijadikan model pelaksanaan Islam dalam seluruh segi kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Dan telah mendorong jiwa ummat Islam untuk berjihad dalam rangka menegakkan Kalimatullah, dan melaksanakan hukum Allah di bumi ini dengan berbagai cara. Jadi, jika sekarang ini dalam kegiatan Islam terdapat teori-teori dan pandangan untuk pelaksanaan Syar i’at Islam, yang hanya tertuju pada gerakan da’wah dan pendidikan, tanpa praktik politik, atau hanya memperhatikan praktik militer tanpa pendidikan, atau hanya mencurahkan tenaga untuk berda’wah dan mengajak ummat manusia untuk bekarja dalam bidang politik saja, maka pandangan semacam itu oleh Ikhwanul Muslimun dianggap semacam kemunduran berpikir yang sangat ditentang oleh lkhwanul Muslimun. Dan menurut Hasan al-Banna, pendapat semacam itu adalah juz’iyah (parsialistik) dalam mendorong Islam, yang menurut beliau justru Islam itu mencakup secara keseluruhan aspek kehidupan dan seimbang dalam pembinaan kepribadian ummat Islam dan pergerakannya, Jadi, pergerakan harus berjalan secara Islam, semua unsurnya melaksanakan islam sebagai aqidah dan syariah, menegakkan akhlak dan politik. melaksanakan ibadah dan hukum serta jihad di jalan Allah. Atas dasar-dasar tersebut Rasulullah saw. mendasarkan struktur pembinaan Islam pertama, dan Hasan al-Banna pun mendasarkan pergerakannya pada dasar itu pula, semua pergerakan Islam akan melaksanakan da’wah sesuai dengan dasar itu pula.

0 komentar: