
Islam tidak mengenal istilah dikotomi atau perbedaan antara militer dan Islam atau sipil dan militer, Karena dalam ajaran Islam perbedaan dipakai adalah dengan menggunakan kriteria aqidah yaitu Islam atau kafir. Secara Qur’ani telah dinyatakan bahwa Islam dalam kaitannya dengan. bermasayarakat, berbangsa dan bernegara hubungannya memakai istilah Islam dan kafir. Bahkan sejak awal Islam ada di bumi ini kalimat kafir secara profesional ditempatkan sebagai musuh-musuh Islam. Seperti pada ayat “Innalkafiriina kaanu lakum aduwwummubiin”yang artinya sesunggulmya kafir Itu musuh yang nyata
Manifestasi kaum kafir secara Qur’ani adalah termasuk kelompok atheis, kristen, musyrik, yahudi dan munafik atau istilah yang populer sekarang adalah ‘Neo-nasionalisme Dan umumnya secara prinsipal kaum kafir ini tidak pernah suka terhadap IsIam. Sekarang masalahnya tinggal apakah elit militer Indonesia akan dipegang kembali oleh orang-orang kafir atau tidak. Kalau akan dipegagng kembali oleh mereka, maka kita akan merasakan kembali keadaan pada periode panggabean sampai Benny Moerdani dimana ummat Islam dibuat sangat tertekan. Hingga tidak mengherankan apabila saat itu tokoh 10 november yakni bung Tomo pernah berkirim surat kepada Panggabean dan Sudomo yang menyatakan bahwa disaat orang-orang Kristen memegang tampuk kekuasaan keamanan di Indonesia, maka yang meraakan paling tidak aman adalah umat Islam. Karena surat itu pulalah Bung Tomo dikucilkan secara total dari orde baru sampai wafatnya pun misterius di mekah.
Namun demikian sejarah Indonesia tidak bisa membantah bahwa yang paling besar sahamnya dalam memerdekakan Indonesia adalah kelompok militer muslim, yaitu Hizbullah yang berada dibawah Masyumi yang merupakan partai politik terbesar bagi ummat islam saat itu. Hizbullah yang saat itu bermarka di Cibanusa atau sekarang menjadi bekasi dengan pemimpinnya KH. Zaenal Arifin dari Jakarta dan sebagai wakilnya adalah Mr. Muhammad Roem sangat berperan dalam memerdekakan Indonesia. Jadi bagaimana mungkin militer dipertentangkan dengan islam. Oleh karenanya kita tidak perlu terjebak dengan istilah “Islam Militer”.
Kalaupun pada masa orde baru ummat Islam pernah mengalami hubungan yang buruk dengan kelompok militer di Indonesia, maka hal itu tidak lain disebabkan oleh kelompok yang memegang elit militer tersebut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa elit militer Indonesia eslama orde baru selalu dipegang oleh kelompok non muslim.
Sekarang ini kelompok non muslim telah tersingkir dari pencaturan militer Indonesia. Hal itu bukan dikarenakan oleh pemerintah Indonesia ini sudah merasa senang dengan ummat islam, namun hal itu lebih dikarenakan oleh kelompok non muslim pernah membuat cacat dimata pemerintah dengan merekayasa peristiwa Dili pada tahun 1992. Jadi mereka tersingkir karena faktor yang mereka buat sendiri.
Saat ini elit militer Indonesia telah didominasi oleh jenderal-jenderal muslim. Yang jelas baha selama militer masih dipegang oleh orang Islam dan mau bekerjasama oleh orang Islam juga, maka saat itu pemerintahan orde baru bisa mengatasi segala macam bentuk kesulitan. Tapi begitu elit militer dipegang oleh orang-orang non muslim, malah akan menjadi sudah kembali. Jadi kalau sekarang umat Islam dekat dengan kelompok militer, hal itu bukan karena faktor militernya, tapi faktor siapa yang memegang militer tersebut.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah mungkin jenderal-jenderal muslimin bisa tetap berada di Elit Militer Indonesia?. Hal terebut sangat tergantung pada sikap politik terutama kalau di Indonesia hal tersebut sangat ditentukan oleh seorang presiden. Karena secara system pemerintahan yang diatur oleh UUD 1945, dominasi presiden dalam kekuasaan eksklusif, legislative dan yudikatif sangat luar biasa. Jadi kalau orientasi presidennya kearah kearah Muslim, maka tentunya akan pada orang-orang Muslim. Tapi nanti kalau orientasinya pada orang-orang kafir, maka akan digantikan pada orang-orang kafir.
Kemudian kalau kita mempertanyakan dimana kontribusi militer dalam membentuk masyarakat Islam, maka pembentukan masyarakat Islam tidak semata-mata ditentukan oleh kontribusi dari kelompok militer, akan tetapi pembentukan masyarakat Islam tergantung secara pokok pada ummat Islam sendiri dengan tidak memandang profesinya masing-masing. Karena. bagi ummat Islam di mana saja ia berada mempunyai tanggungjawa terhadap nasib ummat Islam.
Ummat Islam yang tidak mempeduikan nasib Ummat lslam maka bukanlah golongan Islam. Jadi pembentukan tersebut sangatlah bergantung pada peran aktif ummat lslam. Namun masalahnya, ummat Islam Indonesia saat ini memiliki berbagai masalah yang salah satunya adalah sebagai berikut : pertama, sebagian besar Ummat Islam Indonesia secara ideologi sudah tidak meyakini Islam sebagai suatu sistem kehidupan. Kondisi tersebut bisa terlihat dari banyaknya ummat Islam hanya menganggap Islam sebagai ajaran yang mengurus masaalah masalah ubudiyah yang bersifat mahdhah dan ritual. Kedua secara kultural Ummat Islam Indonesia saat ini berada pada lapisan yang paling bawah dalam bidang ekonomi, Jadi kalau kita boleh memakai istilah Hindu, maka kita berada pada kasta sudra dalam ekonomi di negeri ini. Ketiga, secara potitik Ummat Islam sudah tidak memiliki kekuatan politik, Artinya kekuatan politik yang akan memperjuangkan ldeologi Islam. Keempat, nilai moral ummat Islam Indonesia yang sudah tidak ada bedanya dengan kafir dari mulai yang namanya tindak korupsi sampai adab makan dan minum, Padahal nilai moral ini menurut Islam adalah esensi yang kedua setelah tauhid Selama keempat masalah tersebut masih meliputi kehidupan ummat Islam maka mustahil Ummat Islam mampu mengatur Negara. Wallahu a’lam.
0 komentar: