Sabtu, 12 November 2016

Salahuddin Al Ayyubi dan kemenangan Islam


Shalahuddin Al-Ayyubi adalah sosok seorang pernimpin dan pahlawan perang dalam Islam. Beliau juga merupakan pemimpin aksi jihad fie sabilillah, dengan strateginya Ia mampu menyatukan kaum muslimin dalam kebenaran. Dengan berlandaskan pada nilai-nilai tauhid dan persatuan, beliau mampu mendorong dan memberikan semangat kepada umat untuk membebaskan negeri-negeri Islam dari penjajahan. OIeh karena itu sejarah dan perjalanan hidupnya amat perlu sekali untuk kita pelajari dan diingat terus-menerus serta diteladani. Bahkan kalau perlu ada sebuah pengkajian khusus yang membahasnya secara detail. Kenapa demikian?, karena beliau adalah salah satu tokoh yang patut kita jadikan panutan dalam perjalanan ke depan. Begitu pula halnya dengan para penguasa dan pemimpin Islam untuk senantiasa mengikuti jejak langkahnya. Cara yang dipergunakan oleh beliau adalah membangun persatuan umat, sehingga para pemimpin muslim itu dapat membangun persepsi yang sama dalam menangani permasalahan Al-Quds. Dengan persepsi yang benar dan dapat dipercaya, merealisasikan harapan umat, sesual dengan nilai-nilai aqidah dan mengembalikan kegemilangan sejarah. Oleh karena kita sangat membutuhkan pemimpin model Salahudin Al-Ayyubi di saat sebagian besar dunia Islam dalam keadaan yang sangat menyedihkan.

Maksud pembicaraan kita mengangkat sosok Shalahuddin Al-Ayyubi pada kesempatan kali ini adalah untuk mengarahkan pandangan kita bersama kepada satu permasalahan yang amat urgen yaitu; membebaskan Al-Aqsha sebagai kiblat umat Islam yang pertama, Tanah suci umat Islam yang ketiga setelah Makkah dan Madinah, tempat Rasulullah Saw melakukan Isra’ dan Miraj.
Sekarang ini harga diri umat Islam diinjak-injak, tempat-tempat suci peribadatannya terhina dan menderita. Oleh karena itu perlu adanya usaha nyata untuk menghentikan tindakan biadab Yahudi dan memadamkan ambisi mereka yang tetah berkobar.

Salah seorang sahabat karib Shalahuddin mengatakan; “Beliau mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap permasalahan yang terjadi di Al-Quds, walaupun gunung merintangi perjalanannya. Kesedihan beliau terhadap Al-Quds bagaikan seorang ayah yang ditinggal mati anaknya, beliau selalu mendengungkan seruan jihad kepada umat. bahkan tak segan-segan turun sendiri untuk mengontrol pasukan. Beliau berteriak dengan sekencang-kencangnya untuk memberikan semangat “ini adalah untuk Islam”, bola matanya berlinangan air mata, bahkan pada suatu saat beliau tidak menemukan makanan sama sekali, padahal beliau harus meminum obat yang diberikan dokter kepadanya”. Sahabat tadi melanjutkan ceritanya: “Kata-kata jihad selalu menghiasi pembicaraannya, menguasai hatinya, perhatiannya hanya tercurah kepada pasukan dan prajurit-prajuritnya. Tidak ada orang yang dapat memalingkan beliau dari permasalahan jihad dan mengajak kaum muslimin untuk melakukannya”.

Demi untuk membebaskan Baitul Maqdis, menahan serangan kaum salibis dan menegakkan kahmnat Allah, beliau rela meninggalkan anak dan istri serta keluarga dalam waktu yang sangat panjang, hingga Baitul maqdis dapat direbut kembali dan Al-Quds bersih dari para penjajah dan penguasa saIib yang dzalim serta menyapu bersih Yahudi Israel yang sadis dan bengis. Ada beberapa hal dalam mewujudkan tujuan tersebut di antaranya: Menegakkan persatuan dan kesatuan dalarn merancang strategi di kalangan kaum muslimin, menghindari perbedaan yang mengarah pada perpecahan, dan menyatukan kaum muslimin di bawah panji-panji Islam. Penyatuan Mesir dan Syam (Suriah dan Lebanon) kala itu merupakan langkah awal untuk memenangkan pertempuran Perang Salib. Seruan persatuan menggema dan terasa di negeri-negeri Islam. Oleh karena kita pada saat ini amat lebih membutuhkan kepada aksi kerja seperti itu, karena permasalah Palestina yang sedang berlangsung sampai saat ini sangat membutuhkan kepada kesatuan kekuatan dan penyatuan persepsi. Sahalahuddin juga amat memperhatikan pembentukan pasukan ini yang handal dan mengusahakan segala sarana yang dapat menopang timbulnya sebuah kekuatan untuk menghadapi musuh. Hal tersebut sebagai realisasi dari firman Allah Swt:

Dan siapkanlah untuk menghadapi ,mereka kekuaton apa saja yang kamu sanggupi dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang Se-lain mereka yang kamu tidak mengetahuinya . (QS.8:60).

Beliau juga membentuk Dewan Strategi Militer, Membangun pabrik senjata, membual kapal perang dan mempersiapkan seluruh perlengkapan perang. Pada masa Shalahuddin ini beliau juga mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap kekuatan angkatan laut, yang pada saat itu ke nandaraannya diberi gelar dengan Amirul Bahr’.

SEBAB-SEBAB KEKUATAN

Umat Islam saat ini amat memerlukan kepada hal-hal yang dapat melahirkan sebuah kekuatan. meyakini bahwasanya kesiapan untuk bertempur dan meraih kemenangan tidak hanya dilakukan dengan berdoa saja. dan hanya merasa cukup dengan mengembalikan segala sesuatunya hanya kepada Allah. Sebuah pertempuran haruslah memiliki persiapan yang matang baik dari sisi materi maupun spiritual, kemudian berhadapan dengari musuh di medan laga, baru kemudian berharap dan memohon kepada Allah untuk mendapatkan kemenangan degan persiapan yang telah dilakukan semaksimal mungkin,

MEMPERHATIKAN ASPEK RUHIYAH

Qadhi Bahauddin, salah seorang yang mendampingi Shalahuddin dalam peperangan, berkata: Shalahuddin orang yang paling teguh dalam mempejuangkan akidah salaf, membasmi segala perbuatan bidah. dan shalat selalu tepat pada waktunya. Beliau juga selalu didampingi oleh seorang imam (ulama) yang selalu ikut kemanapun Shalahuddin bepergian. Imam tersebut selalu mengawasi dan mengingatkan Shalahuddin dalam permasalahan agama dan penerapan strategi. Imam tersebut juga yang selalu memimpin shalat lima waktu, apabila imam tersebut berhalangan hadir maka shalahuddin menunjuk ulama yang jauh dari perbuatan dosa, yang hadir saat itu untuk menjadi imam shalat.Shalahuddin juga selalu membiasakan diri untuk melakukan shalat sunah; qiyamullail dan qabliyah shubuh. Beliau juga amat khusyuk dalam setiap shalat. airmatanya selalu berderai tatkala mendengarkan ayat-ayat Allah yang dilantunkan”.
Qadhi Baharuddin menambahkan; “Beliau termasuk orang yang mengagungkan syiar-syiar Islam, dan amat marah apabila ada filosof dan atheist yang menentang syariat. Apabila ada orang-orang atheist yang menentang dan melecehkan agama di wilayah kekuasaan yang dipimpinnya maka beliau memerintahkan orang tersebut untuk dibunuh.

MEMPELAJARI SIRAH

Salah satu kerahasiaan yang menyebabkan beliau selalu menang dalam setiap perternpuran adalah selalu mengkaji sirah Rasulullah Saw dan komitmen dengan apa yang telah dikajinya. Karena sirah merupakan sumber ketakwaan seseorang kepada Allah, sumber pelajaran terbaik yang dapat diikuti. adanya perintah dan larangan yang besar daripadanya. Hal itu Semua merupakan penyebab dan datangnya pertolongan Allah. Allah berfirman: 
"Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang apabila kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikon sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusannya. (QS.22: 40-41).

BERWASIAT KEBAIKAN

Salahuddin, semoga Allah merahmatinya, tidak pernah lupa memberikan wasiat kepada Anak-anaknya dan para bawahannya untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, menjaga hak-hak dan menjauhi kelaliman. Pada suatu saat beliau berkata kepada salah seorang anaknya: Wahai anakku, nasihatku kepadamu, hendaklah engkau selalu bertakwa kepada Allah, karena takwa merupakan pangkal dari segala kebaikan. Aku perintahkan engkau untuk mengerjakan’ segala apa yang Allah perintahkan kepadarnu, karena sesungguhnya perintah Allah merupakan hakikat dan keberhasilanmu. Berhati-hatilah dengan kucuran darah yang jatuh ke dalam kubangannya, karena darah tidak akan pernah berhenti mengalir. Dan nasihatku yang terakhir; jagalah perasaan dan hati rakyatmu dan perhatikan segala kebutuhannya, karena engkau wahai anakku merupakan amanah dari Allah. Dan Allah telah mengamanatkan rakyat kepada kita semua”.

BERDOA

Qadhi Syadad menceritakan: “Sultan Shalahuddin Apabila mendengar kaum muslimin dapat menundukkan musuh-musuhnya, beliau bersujud Sebagai tanda kesyukuran dan bermunajat “Wahai tuhanku Engkau telah memutuskan ikatan keduniaan dalam memenangkan agama-Mu, segala Sesuatu tidak ada yang kekal kecuali bila disandarkan kepada diri-Mu, dan berpegang kepada ikatan-Mu, serta selalu mengharap karunia-Mu. Cukup hanya Engkaulah sebagai penolongku”. Pada suatu saat Qadhi Syadad menyaksikan Sultan Shalahuddin tersungkur bersujud sesenggukan. tangisan terdengar beriringan dengan deraian air mata yang mengalir di jenggotnya dan membasahi sajadahnya. Dan sini kita dapat mengambil pelajaran untuk umat Islam saat sekarang ini, bahwasanya kita tidak akan dapat memenangkan setiap pertarungan dengan musuh-musuh Islam di setiap situasi dan kondisi kecuali dengan ketaatan yang tinggi kepada Allah dan menerapkan segala hukum-hukum yang terkandung dalam kitab-Nya dan senantiasa takut kepada-Nya, serta tsiqah dan selalu berharap dan bermunajat. Dan. yang lebih terpenting adalah bagaimana kita menghidupkan nilai-nilai amar makruf dan Nahi Mungkar. Semua itu merupakan jalan menuju kemenangan yang nyata.

Sekarang, Yahudi terlaknat itu tidak memiliki rasa takut sedikit pun, mereka dengan seenaknya berbuat untuk memenuhi ambisi dan propagandanya. Bahkan usaha mereka mendapat sokongan dari negara yang menamakan dirinya dengan sebutan Super Power’, Kebencian mereka terhadap Islam telah menyebabkan mereka berbuat semaunya. Impian mereka yang paling besar adalah dengan terwujudnya eksistensi negara “Israel Raya di kawasan Jazirah Arabia, namun usaha mereka Untuk memulai dari sungai Nil telah gagal. Kita sebagai mu’min, yakin dan percaya, bahwa Allah lah yang menjaga agama-Nya, walaupun penindasan dan penzhaliman terhadap kaum muslimin terus berlangsung. Sekali lagi sebagai seorang mu’min kita harus yakin dan mempercayai akan pertolongan Allah. Yang terpenting bagi kita sekarang adalah bagaimana kita hidup dan berusaha semata-mata hanya untuk Islam. Bukankah Islam telah mengajarkan kepada kita; kemenangan tidak tergantung kepada banyaknya jumlah kita, akan tetapi kemenangan tergantung dengan kadar keimanan yang kita miiki, akidah yang menghujam di dalam sanubari yang paling dalam, penyatuan kekuatan dan kesatuan dalam persepsi. Serta tujuan yang jelas dan nyata. Setelah hal itu terwujud baru kita dituntut untuk mempérsiapkan segala kebutuhan material dan dituntut jiwa yang penuh dengan pengorbanan.

Terkadang ada seorang muslim manakala menyaksikan apa yang menimpa umat akan merasakan kesedihan yang mengguncang hatinya. Dengan kejadian-kejadian itu, mereka merasa putus asa dan pada akhirnya tidak memiiki harapan lagi dalam meyakini akan datangnya pertolongan Allah, bahkan mereka telah merasa buntu dalam mencari jalan keluar yang .akan mengeluarkan umat ini dari kemelut yang berkepanjangan. Harapan mereka akan kegemilangan Islam di masa depan telah sirna dan tidak ada kesiapan lagi untuk mengembalikan kejayaan Islam dan kewibawaan umatnya. Bahkan mereka melarikan diri dengan melakukan ‘uzlah ke gunung-gunung dan melepaskan diri dari tanggung jawab untuk menyampaikan dakwah Islam. Dalam pandangan mereka: mengasingkan diri kepegunungan adalah salah satu usaha untuk menyelamatkan usaha keberagamaan mereka dari fitnah yang selalu menyerangnya dan pemaksaan untuk meninggalkan kewajiban-kewajibannya. Akhirnya mereka menemukan kematian dalarn kondisi mengasingkan diri, mereka selalu menggunakan hadits-hadits Rasulullah Saw yang dipahami secara keliru dan tidak pada tempatnya. Seperti contoh hadits yang berbunyi: “Hampir, harta seorang akan menjadi baik, bak seekor domba yang memenuhi gunung-gunung meninggalkan habitatnya untuk menyelamatkan agamanya dari serangan fitnah”. Hadits ini kedudukannya shahih karena diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, akan tetapi banyak orang yang salah memahami hadifs tersebut. Hadits tersebut memang meliputi serangan fitnah terhadap eksistensi rasa keberagamaan dan pemaksaan untuk meninggalkannya. Akan tetapi selama di sana ada lingkungan kaum muslimin yang masih dapat melakukan syiar-syiar dan melakukan kewajibannya, paling tidak kewajiban Islam yahg bersifat pribadi, maka haram hukumnya bagi setiap muslim untuk mengambil jalan uzlah dan bersernbunyi. Bahkan wajib bagi mereka untuk mengencangkan kembali aktivitas mereka dan menggandakannya menjadi dua kali lipat dalam berdakwah untuk Islam. Segala sarana yang menunjang untuk tercapainya suatu kewajiban, maka kedudukannya menjadi wajib pula.

Sekarang, Yahudi terlaknat telah menguasai Al-Aqsha, kaum Nasrani pun telah turut serta dalam mengondisikannya ke arah sana, Negeri-negeri Islam telah dijajah secara eksistensi maupun secara pemikiran dan ekonomi, Kita tidak dapat hanya sekadar berangan-angan akan datangnya Shalahuddin seperti dulu kala untuk membebaskan, memerdekakan, dan mengembalikan kejayaan negeri-negeri Islam tersebut. Umat Islam saal ini maupun masa yang akan datang di setiap waktu dan tempat haruslah kembali kepada manhaj yang telah ditetapkan oleh Allah Swt dan mempersiapkan segala penyebab yang akan mendatangkan timbulnya pertolongan Allah Swt, serta berusaha untuk merealisasikannya dalam kehidupan nyata dengan penuh keikhlasan. Bila kita telah berusaha merealisasikan hal tersebut, insyaAllah, Allah swt akan mengabulkan segala harapan dan cita-cita kita bersama dalam mengembalikan kejayaan Islam dan umatnya, Karena Allah Swt tidak akan pernah ingkar janji atas firmannya sendiri:

Dan Allah telah berjanji kepada orong-orong beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orong-orang yang sebelum mereka berkuusa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah oranq-oranq yang fasik. QS.24:55)

Allah akan memenangkan yang haq, akan tetapi orang-orang banyak yang tidak mengetahuinya.
Hasbunallah wa Ni’mal Wakil, Ni’mal Maula wa Ni’ma An-Nashir. Allahu Akbar wa lillahil hamd. Wallahu A’larn.

Diterjemahkan oleh, .Akmal Burhanuddin (Staff Biro Penerbitan Studi Informasi Alam, lslami
(SINAI) KairoMesir, boerhans@myquran.com) dari Tabloid Afak Arabia Edisi Kamis 24 Jumadil Ula 1421 H/24 Agustus 2000M

0 komentar: