Setiap umat memiliki jiwa yang menyebabkan umat itu hidup sebagaimana individu memiliki jiwa. Apabila suatu umat kehilangan jiwa berarti ia telah hancur berkeping-keping menjadi individu-individu tanpa ikatan. Begitu pula individu bila kehilangan jiwa, Ia menjadi bangkai umat. Umat sekarang sedang sakit jiwanya mengarah kepada matinya. Jiwa umat kita adalah Islam.
Umat Islam sedang bingung karena masih jauh dari Islam yang jelas-jelas mendorong umatnya dari keterbelakangan agar maju bahkan mengungguli umat-umat lain. Mengeluarkan umat dari jahalah kepada ma’rifah, dan kepincangan kepada keadilan, dan kelesuan kepada semangat kebangkitan dengan segala keistimewaan dan kekuatanya sehingga tampil sebagai umat pilihan.
Hal itulah yang amat menggelisahkan dan membuat takut musuh-musuh Islam. Setiap saat, siang dan malam mereka berupaya keras menjerat den menyeret kaum Muslimin ke dalam kegelapan, keterbelakangan dan kelemahan. Mereka Muslim namun tidak ada kebanggaan kepada Islam. Mereka Muslim tetapi omongannya, pemikirannya, perasaannya, kecenderungannya dan prilakunya tidak mencerminkan bahwa mereka Muslim. Mereka bahkan ada yang tanpa beban sedikitpun sinis dan merendahkan ajaran Islam. Allah telah mengingatkan:
Artinya: Dan mereka senantiasa memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran), Jika mereka mampu. (QS. al-Baqarah 217),
Hal inilah yang menjadi penyebab hilangnya wibawa umat Islam dihadapan musuh-musuh Allah. Mereka dengan leluasa memperalat kaum Muslimin. Umat Islam tak punya daya mempertahankan diri, karena Jiwanya sedang sakit. Umat butuh terapi yang ampuh. Tetapi siapa yang tahu cara terapi yang paling mujarab? Apalagi melihat permasalahan umat yang teramat kompleks ini? Tentunya penyembuhannya jangan sekali-kali diserahkan kepada manusia, karena Ia bahkan tak berdaya menghadapi persoalan hidupnya sendiri apalagi dibebani dengan persoalan umat? Setiap manusia yang berakal mesti mengakui, hanya Penciptanya yang paling tahu penyembuhan penyakit-penyakit umat ini. Dia sajalah yang pasti tahu rahasia-rahasia makhluk-Nya. Dia tahu mana yang baik atau buruk bagi ciptaannya, Allah yang Maha Mengetahui mengabarkan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ
وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Al-Qur’an-lah yang mampu mengobati segala kebimbangan pangkal kemunduran dan kehinaan menjadi keyakinan pangkal kemajuan, kejayaan dan kemuliaan. Al-Qur’an-lah yang mampu menyembuhkan segala kebodohan pangkal kezhaliman dan kesesatan menjadi ma’rifah pangkal kearifan, keadilan dan kebenaran.
Nah, berarti umat butuh generasi penyelamat, generasi yang mengemban misi Ilahiyah. Generasi menyandarkan diri pada kehendak Rabbnya. Generasi yang hanya membesarkan dan mengagungkan Rabbnya. bukan membesar-besarkan diri dan kelompoknya. Maka merekalah penebar resep-resep penyembuhan dan pengokoh jiwa. Mereka menuntun dan membimbing umat dengan manhaj Rabbani. Allah sendiri menyebut mereka dengan sebutan “Rabbani” (generasi Rabbani).
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ
وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ
اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ
الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
lnilah generasi harapan penyelamat umat. Mereka punya loyalitas hanya pada Rabbnya. Generasi ini telah mengikat erat diri mereka dengan tali Allah. Dalam setiap gerak langkahnya diterangi nur ilahi. Hatinya terisi kecintaan nan dalam kepada Allah. Tiada untaian kata yang keluar dari bibir mereka, selain mengagungkan Allah. Mereka semakin menemukan hakikat kedhaifan diri di bawah kebesaran Tuhannya. Keindahan hidup mereka adalah ketika seluruh aktivitas hidupnya berhiaskan laa ilaaha illallah. Mereka telah membebaskan diri dari ajakan nafsu dan godaan duniawi yang menyesatkan. Mereka sudah pasrahkan semuanya pada Allah, karena jiwa yang telah suci hanya pantas tunduk pada yang Maha Suci pula. Merekalah generasi yang bangga dengan agamanya hingga rela berkorban apa saja demi tegaknya Islam. Mereka faham benar bahwa makna dan guna hidup terletak pada keyakinan dan perjuangan. Merek tak rela melihat umat terombang ambing dalam kebingungan. Apalagi diperalat dan dipermainkan agar terperangkap dalam kegelapan jahiliyah, semakin jauh dari nur Ilahi, sehingga jiwanya terancam rusak parah. Jiwa suci mereka tak kenal kompromi dengan kezhaliman. perjuangannya pun semakin gencar sampai Islam benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam. (QS. 21: 107).
Hebat memang. hidup mereka sarat dengan nilai juang sebagai realisasi keimanan yang benar.Allah gambarkan hal ituu dalam firman-Nya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ
لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
perjalanan juang panjang, banyak aral melintang dan berbagai fitnah kerap menghadang. Generasi idaman inimenghadapi semuanya dengan tenang dan penuh perhitungan. Bahkan tantangan-tantangan itu dianggap sebagai peluang. Ia tapaki jalan mulia dengan sikap mulia. Ta tidak kenal istilah mengejek tapi mengajak. Ia tidak kenal istilah menyalah-nyalahkan, yang ía tahu adalah menyolehkan. Ia tidak suka merendahkan, tetapi suka menghargai Muslim lainnya. Tak terlintas di hatinya untuk memecah belah umat, namun ia justru sebagai perekat umat.
Kesabarannya memang menjadi sebuah kekuatan yang membuatnya mampu bertahan kokoh, kukuh dan kuat meretas panjangnya jalan da’wah yang sarat dengan ujian dan cobaan itu. ‘Bersabadah! Dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu besempit dada terhadap apa saja yang mereka tipu dayakan. (QS an-Nahl 127).
Begitulah generasi Rabbani, generasi dambaan. Generasi yang pantas tampil untuk memberikan solusi tuntas dan berkualitas sehingga umat terbebas, lepas dari penyakit-penyakit jiwa yang mengarah kepada matinya jiwa.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

0 komentar: