Jumat, 24 Februari 2017

Terusirnya Yahudi Bani Nadhir


Taqdim

Kemenangan pasukan Muslim dalam pertempuran Badr telah membuat kalangan non.Muslim menjadi seperti kebakaran jenggot. Empat kelompok di Madinah dan Makkah: Yahudi. Musyrik. Munafiq. dan kelompok kecil kaum Badui, yang terakhir ini meskipun tidak terlalu pusing dengan persoalan keimanan dan keyakinan, namun kelompok ini dikenal sebagai perampas dan perampok harta. Keempat kelompok berhimpun membuat jaringan. menyusun kekuatan untuk menghadapi kaum Muslim. Semuanya merasa khawatir dan memandang kemenangan Muslim itu sebagai ancaman serius bagi agama, ekonomi dan tradisi mereka. Allah menegaskan:


لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا ۖ

Artinya : Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. (al-Maida : 82)

Seterusnya bencana Uhud yang diderita kaum Muslim membuat mereka menjadi makin berani. Orang-orang Yahudi, Munafiq, dan kalangan Badui memperlihatkan permusuhan mereka secara terang-terangan. Terus-menerus melakukan teror dan menyebar fitnah, menyebar mata-mata untuk mengintai kegiatan kaum Muslim. Pembela kebathilan selamanya tak akan puas sebelum dapat menghancurkan kekuatan para penegak kebenaran ini. Begitulah yang sudah menjadi sunnatullah dalam hidup, ketika Muslim memperoleh kemenangn mereka bergerak secara rahasia. berhimpun dan menyusun kekuatan, dan ketika kaurn Muslim menderita kekalahan merekapun bergerak dengan cara yang lebih berani, berhimpun untuk menghancurkannya. Muslim menang mereka dengki, kalah mereka makin berani. Firman Allah:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ

Artinya : Orang-orang kafir itu, sebagian dari mereka, menjadi pelindung bagi yang lain... ( al-Anfal : 73)

Demikianlah kondisi Madinah sesudah peperangan Uhud. Para penentang Allah dan Rasul-Nya beberapa kali melakukan serangan terhadap masyarakat Muslim yang baru berusia empat tahun itu. Salah satunya adalah upaya pembunuhan terhadap Nabi saw. yang dirancang oleh kelompok Yahudi, Banu Nadhir yang kemudian bekerjasama dengan kelompok Munafiq

al-Hasyr

Mengenai kasus Banu Nadhir inilah surah al-Hasyr diturunkan sebagai memberikan komentar dan keterangan yang benar sehubungan peristiwa pengkhiatan itu. Ayat-ayatnya menggambarkan dengan jelas peristiwa pengusiran Banu Nadhir berikut sebab serta akibatnya. Bukan hanya yang bersifat lahiriyah, tetapi juga yang menyangkut gerak hati dan pembicaraan-pembicaraan rahasia yang mereka lakukan. Kesemuanya diungkap dengan cara yang khas qurani, sehingga pembacanya akan mendapatkan keterangan yang utuh, logis, dan terpercaya. Melalui ayat-ayat di surah ini kita memperoleh pelajaran tentang berbagal sifat Yahudi dan Munafiq. Dan dari sana juga diperoleh gambaran bagaimana Allah memberikan pendidikan melalui peristiwa kepada jamaah Muslim yang masih muda usia itu. Mengingatkan mereka terhadap pninsi-prinsip aqidah agama ini.

Tasbih

Mukadimah surah ini berisikan keterangan bahwa semua benda langit dan benda-benda di bumi bertasbih, mensucikan Allah dari segala sifat kekurangan, mengagungkan-Nya. memuji-Nya. serta meng-esa.kan-Nya dengan lisan. dalam hati. atau melalui perbuatan sebagai membuktikan kepatuhan dan ketundukan kepada-Nya. 

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Artinya : Bertasbih semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan Dialah yang maha gagah dan maha bijak. (al-Hasyr : 1)

Gagah dengan kekuatan-Nya yang mampu mengalahkan segala kekuatan yang ada, bukan sekedar kekuatan Yahudi di Madinah. Andaikan seluruh kekuatan yang ada di alam ini berhimpun Ia pasti mampu menyingkirkannya. Salah satu saja di antaranya yang dibuktikan kali ini, yaitu mengusir Yahudi yang merasa sangat kuat itu. Dia adalah Tuhan yang maha bijak, bijak dalam ciptaan-Nya, bijak dalarn undang-undang dan aturan yang dibuat-Nya, bijak dalam mengambil keputusan yang salah satunya adalah ketentuan mengusir Yahudi Banu Nadhir dari kampung halaman mereka. Anggota jama’ ah Muslim yang terlibat dalam peristiwa itu dan para pembaca al-Qur’an seluruhnya akan memperoleh pelajaran berharga dari ayat yang singkat ini. Penanaman nilai aqidah mengenai sifat-sifat Allah dan isyarat kepada mereka bagaimana Seharusnya bersikap terhadap-Nya. Ditanamkan keyakinan terhadap syari’at dan undang-undang yang datang dari Yang Maha Bijaksana. Dan ditanamkan pula rasa pasti akan datangnya pertolongan dari Yang Maha Gagah, Maha Kuat. Oleh karena itu sudah seharusnya setiap Muslim berupaya melaksanakan kelentuan-ketentuan-Nya, tanpa ragu dan seterusnya memperjuangkan tegaknya undang-undang Allah di muka bumi tanpa perasaan takut, Wa Huwal Azizul Hakim.

Allah Pelaku Segalanya 

هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ ۚ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا ۖ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا ۖ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ ۚ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ

Artinya : Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir dan Ahli Kitab dari kampung halaman mereka, pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak mengira bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat melindungi mereka dari siksa Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka hukuman dari arah yang tidak mereka duga. Dan Allah menuangkan rasa takut ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan-tangan sendiri dan tangan orang-orarng beriman. Maka jadikanlah peristiwa ini sebagai pelajaran, hai orang yang mempunyai kejelasan pandangan. ( al-Hasyr : 2)

Allah yang mengusir mereka. Allah-lah perancang dan pelakunya. Pernyataan ini sudah dikenal oleh para anggota jama’ah, mereka tahu bahwa pelaku segalanya adalah Allah. Tetapi ayat di atas menggunakan kalimat yang tegas secara langsung menyebutkan Allah sebagai pelakunya “Dia-lah yang mengusir...” dimaksudkan untuk menanamkan keyakinan mengenai masyi’atullah, kehendak Allah yang pasti berlaku. Pernyataan yang sudah tegas dan jelas ini masih perlu ditarnbahkan dengan rnengungkap apa yang ada dalam dugaan Yahudi dan perkiraan anggota jama’ah, supaya tanaman aqidah itu lebih dalam bersemayam di hati kaum Mukmin bahwa Allah tahu apa yang ada dalam hati mereka waktu itu. “Kamu tidak mengira bahwa mereka akan terusir.” Dengan ini Allah hendak mengajarkan bahwa perhitungan logika manusia sangat terbatas, dan kehendak Allah berlaku tanpa perintang. Oleh karena itu sudah sewajarnya kalau di samping perhitungan akal. seorang Mukmin harus senantiasa memohon pertolongan Allah. Dan orang Yahudi yang terlibat dalam peristiwa itu juga akan tercengang karena rahasia hati mereka terungkap dan Sekaligus mendapat pelajaran bahwa kekuatan Allah di alas segala kekuatan yang lain. “Merekapun cuktap yakin bahwa benteng-benteng mereka akan mampu melindungi mereka, siksa Allah”.

Allah Pemilik Sebab-Akibat

Banu Nadhir merasa pasti akan dapat berlindung dalam benteng dan akan mampu mengalahkan kaum Muslim waktu itu. Perhitungan logika membenarkan keyakinan ini . Benteng-benteng mereka cukup kuat. Di luar benteng ada ‘saudara-saudara” mereka, kelompok Abdullah bin Ubay, yang akan mengirimkan bala bantuan. Sementara itu kondisi lapangan yang penuh dengan pohon-pohon kurma akan menghalangi kaum Muslim melepaskan panah ke arah mereka. Dan dalam benteng mereka bisa mengintip segala yang dilakukan pasukan Muslim, sesekali mereka melepas panah ke arah pasukan Muslim; sedang Muslim tidak mampu berbuat apa-apa untuk melakukan serangan balik Tetapi “Allah datang kepada mereka dari arah yang sama sekali di luar dugaan”. 
Hal inilah yang mereka lupakan. Allah, di luar perhitungan mereka. Dan itu pulalah yang agaknya terlewatkan oleh kaum Muslim. sehingga Allah yang Maha Kasih kepada hamba-Nya yang beriman dan jama’ah-Nya yang baru saja tumbuh, menurunkan ayat ini untuk mengingatkan bahwa kehendak Allah berlaku di luar hukum sebab-akibat Seperti yang dipahami kebanyakan orang. Allah pemilik sebab, Allah yang menghubungkan sebab dengan akibat. Allah Maha Tahu, Maha Mampu. Lalu. dari arah manakah Dia datang? Dari arah yang benar-benar di luar perhitungan manusia. Dari datang dari dalam diri tentara Yahudi ini sendiri, “Dia mencampakkan rasa takut ke dalain hati mereka itu,..” . Tiba-tiba saja muncul rasa takut pada diri mereka. Janji dari “saudara” tidak kunjung datang; persediaan makanan sudah sangat terbatas. Untuk keluar, tidak berani. dan untuk menyerang pasukan Muslim serasa tidak cukup persiapan. Meminta kepada Allah ...? Bukanlah suatu yang biasa mereka lakukan. Allah selalu di luar perhitungan mereka. Allah tidak ada di hati mereka.

Harus Terima, Suka Atau Tidak Akhirnya. mereka harus menerima ketentuan Allah ini. Mereka harus menyerah, memenuhi ultimatum Nabi saw. Mereka harus meninggalkan kampung halaman secara terhina. Tidak dibenarkan membawa senjata. tidak dibolehkan membawa barang lebih dari muatan onta. Akhirnya “mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan sendiri.” Yang selanjutnya memungkinkan pasukan Muslim merobohkan rumah-rumah itu, “dan dengan tangan orang-orang beriman, untuk menambah kehinaan mereka.

Pelajaran Dari Sejarah 

Semua yang diungkap merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi. Suatu peristiwa dalam sejarah tidak boleh terlewatkan secara sia-sia. Sejarah berulang. Hukum dan sunnatullah berlaku seterusnya. Manusia Muslim harus belajar dari apa yang pernah tenjadi dalam sejarah, kemudian mengkajinya, dan mengambil pelajaran darinya agar dapat menarik kesimpulan dan sebab-sebab kemenangan dan kekalahan suatu penjuangan, untuk menentukan sikap di masa-masa mendatang. Dan yang lebih penting lagi, bahwa dalam studi jangan hanya mengandalkan akal semata. Kemampuan akal terbatas. Ada faktor-faktor lain yang tidak terjangkau oleh indra dan akal manusia. Manusia membutuhkan sumber ilmu. Sumber itu adalah wahyu. Dengan wahyu seseorang akan memiliki bashiroh. “Fa’tabiru Ya Ulil Abshar.”

Ketetapan Allah Berlaku Sesuai Kehendak-Nya 

وَلَوْلَا أَنْ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْجَلَاءَ لَعَذَّبَهُمْ فِي الدُّنْيَا ۖ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابُ النَّارِ

Dan kalaulah tidak karena Allah telah menetapkan pengusiran mereka, pasti Allah akan menyiksa mereka di dunia. Dan bagi mereka di akhirat adzab neraka. ( al-Hasyr : 3),

Allah sudah berkehendak menghukum mereka. Kalau tidak dengan jalan mengusir dari tempat tinggal mereka, dengan jalan lainpun Allah akan melakukannya di dunia ini, selain yang akan mereka terima di akhirat kelak. Di sana mereka akan dapatkan siksa yang lebih kejam dan lebih menghinakan.

Sunnatullah Mengenai Penentang 

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ شَاقُّوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۖ وَمَنْ يُشَاقِّ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Artinya : Yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. Siapa saja yang menentang Allah maka ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya. (4)

Berdasar sunnatullah, siapa saja yang melakukan penentangan terhadap Allah dan Rasul-Nya pasti akan menerima adzab, entah di dunia, entah di akhirat, entah di kedua-duanya. Yahudi Banu Nadhir adalah salah satu kelompok yang menentang Allah, menentang Rasul-Nya bahkan berencana mernbunuhnya. Sunnatullah ini berlaku umum. kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja. Sunnatulkih ini tak akan berubah, Oleh karena itu Muslim dituntut untuk terus berjuang menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan. Kalau dalam perjalanan perjuangan ini ternyata menderita kekalahan. maka ketahuilah bahwa itu hanya sebuah proses. Perjalanan masih panjang. Menang dan kalah bukan ditentukan masa proses. Ketentuan kalah menang adalah di batas akhir perjalanan

Menentramkan Hati Anggota Jam a’ah

Seperti kita ketahui bahwa ketika Rasulullah memerintahkan kepada pasukan Muslim untuk menebang pohon kurrna milik Yahudi dan membakarnya, pada waktu itu orang-orang Yahudi menggugat dengan teriakan:

“Hai Muhammad, engkau dulu ,melarang perbuatan merusak (menebang pohon) dan kamu juga yang menyatakan perbuatan seperti itu sebagai sesuatu yang tidak pantas dilakukan. Tetapi, sckararang, apa maumu, menebang dan ,membakar pohon-pohon kurma kami?”

Gugatan ini didengar oleh sahabat-sahabat dan mereka sempat merasa ragu untuk melaksanakan perintah Nabi itu. Khawatir berbuat salah. Maka untuk menentramkan hati mereka ini Allah menurunkan ayat 5: 

مَا قَطَعْتُمْ مِنْ لِينَةٍ أَوْ تَرَكْتُمُوهَا قَائِمَةً عَلَىٰ أُصُولِهَا فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيُخْزِيَ الْفَاسِقِينَ

Artinya : Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma atau yang kamu biarkan tumbuh berdiri di atas pokoknya, maka senua itu adalah dengan idzin Allah; dan karena Dia hendak ,memberikan kehinaan kepada orong-orang yang fasiq. (al-Hasyr : 5)

Semua yang diperintahkan Nabi saw. dan yang sudah dilaksanakan mengenai penebangan pohon kurma itu, memang sudah berdasar idzin Allah dengan maksud membuat orang fasiq itu terhina.

0 komentar: