Minggu, 11 November 2018

Wahai Umat Muslim, Belajarlah Pada Pasukan Gurkha
Banyak kisah menarik pada zaman perang kemerdekaan. Salah satunya mengenai pasukan Inggris, Gurkha, yang terkenal dengan kehebatannya dalam pertempuran. Gurkha terdiri dari para prajurit India yang beragama Islam maupun Hindu.

Ketika dikirim ke Indonesia, mereka banyak yang tidak tahu negeri apa yang hendak mereka tuju. Ketika sampai di Indonesia, mereka kaget karena yang dihadapi adalah para pejuang Indonesia yang selalu bertakbar Allahu Akbar dan banyak menara-menara Masjid. Prajurit Gurkha yang memeluk Islam goyah dan tidak mau menghadapi saudara-saudara seiman. Mereka akhirnya membelot ke pihak Republik dan berperang bahu-membahu melawan Inggris. Bahkan ada pula yang tidak mau berperang dan memilih kembali pulang ke negaranya. Inilah secuil kisah mereka yang membelot ke pihak Indonesia disebabkan pekikan “Allahu Akbar!”, (Em):


Senin, 10 September 2018

Sapi Merah Sempurna Telah Lahir, Akhir Zaman Semakin Dekat

Seekor sapi merah yang diklaim sempurna terlahir di wilayah Palestina yang dijajah Zionis-Israel. Kelahiran anak sapi merah ini dinyatakan yang pertama kali dalam 2.000 tahun dan dikaitkan dengan tanda dekatnya hari kiamat.
The Temple Institute mengumumkan kelahiran anak sapi merah tersebut. Hewan itu kini menjalani pemeriksaan ekstensif oleh para rabbi Yahudi. Menurut institut tersebut, warna kulit hewan itu “merah sempurna” atau tanpa noda maupun cacat.
“Anak sapi betina merah membawa janji untuk mengembalikan kemurnian Alkitab kepada dunia,” kata The Temple Institute dalam pengumumannya. Tak disebutkan secara rinci tanggal dan lokasi kelahiran anak sapi tersebut.
Mengutip Daily Mirror, Sabtu (8/9/2018), dalam kepercayaan Kristen maupun Yahudi, kisah sapi merah terkait dengan nubuat “akhir zaman”.
Kelahiran dan pengorbanan sapi merah disebutkan mengawali pembangunan Bait Suci (Kuil Suci) Ketiga di Yerusalem. Di kalangan Yahudi Ortodoks, pembangunan kembali Bait Suci Ketiga akan terjadi sebelum kedatangan Mesias.
Dua Kuil Suci sebelumnya telah hancur. Namun, The Temple Institute dan organisasi lain telah dibentuk dengan tujuan membangun Bait Suci Ketiga di Gunung Moriah atau Temple Mount.
Beberapa teolog juga percaya bahwa pembangunan Bait Suci Ketiga dikaitkan dengan “Hari Penghakiman” atau “akhir zaman”.
Direktur The Temple Institute, Rabbi Chain Richman, percaya sekarang saatnya membangun Bait Suci Ketiga setelah kelahiran anak sapi merah.
Video di saluran YouTube The Temple Institute menunjukkan anak sapi dengan induknya di sebuah situs. “Kelahiran sapi merah sempurna lahir di tanah (Palestina yang dijajah Zionis) Israel,” bunyi keterangan video tersebut.
Anak sapi itu menjalani pemeriksaan ekstensif oleh para rabbi Yahudi untuk meyakinkan bahwa hewan itu kandidat yang layak untuk sapi merah seperti yang dimaksud dalam kitab suci.
Namun, anak sapi itu bisa didiskualifikasi karena “penyebab alami”. Pihak The Temple Institute telah mendirikan program “Pembiakan Sapi Merah di Israel” tiga tahun lalu.
Mereka telah berharap untuk membiakkan sapi merah sempurna dan embrio beku sapi angus merah telah diimpor ke wilayah Palestina yang dijajah Zionis Israel dan ditanamkan ke sapi domestik.
Breaking Israel News melaporkan bahwa dewan rabbi sedang memverifikasi sapi yang memenuhi persyaratan nubuat hari kiamat. Nubuat itu mengatakan sapi harus merah tanpa cacat. (EM)

Video :


Rabu, 23 Mei 2018

Salju Turun di Gurun Sahara Afrika, Apakah Kiamat Memang Tak Lama Lagi?
Terjadi fenomena alam yang langka dikawasan Gurun Sahara wilayah Ain Sefra, Aljazair, dimana di daerah ini turun salju setebal 40 cm.
Dalam keadaan biasa, gurun Sahara merupakan salah satu tempat paling panas dan kering di dunia. Panasnya bisa mencapai 50 derajat Celcius.
Berikut ini foto penampakan salju di Gurun Sahara seperti dilansir detik, Selasa (9/1/2018)









Sumber (Em)
Lembah Tayeh di Saudi Menghijau

SEJAK beberapa pekan di bulan April 2018, sejumlah daerah di Arab Saudi terus diguyur hujan. Hingga sebagiannya ditumbuhi tanaman hijau yang cukup subur, salah satunya di Lembah Tayeh. 

Lembah Tayeh di wilayah Asir Saudi telah disebutkan dalam tulisan puitis sejak hampir seribu tahun lalu. Letaknya, dekat pegunungan Sarawat bagian timur dan membentang sampai ke Laut Merah di barat.
Fotografer Saudi Ali Maroui telah mendokumentasikan hasil jepretannya secara alami. Seperti dilaporkan Al Arabiya, pada 23 April lalu, dia mengatakan bahwa lembah itu dianggap sebagai lokasi penting untuk irigasi pertanian selama musim hujan.
“Ini juga dianggap sebagai ruang hidup yang besar karena banyaknya peternakan dan sangat ideal untuk membiakkan ternak dan merumput,” ujarnya.
“Musim hujan telah mengubah tempat ini menjadi sesuatu seperti lukisan yang indah, dan membuat wilayah itu sungguh ideal untuk menggembalakan unta. Peternakan di sekitarnya telah dikaitkan dengan lembah Tayeh di mana air hujan jatuh dari lerengnya untuk mengairi mereka,” tambah Maroui.
Hijaunya wilayah Saudi yang kering merupakan pertanda akhir zaman. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai,” (HR Muslim, kitab az-Zakaah, bab Kullu Nau’in minal Ma’ruuf Shadaqah (VII/97, Syarh an-Nawawi).
Yang nampak jelas dari hadits di atas bahwa negeri-negeri Arab akan dilimpahi dengan air yang banyak, sehingga menjadi beberapa sungai, tumbuh di atasnya berbagai macam tumbuhan sehingga menjadi padang rumput, kebun-kebun, dan hutan-hutan.
Bukti yang mendukung pendapat ini adalah munculnya di zaman ini sumber-sumber air bagaikan sungai, dan tumbuh di atasnya berbagai macam tanaman, dan akan terbukti segala hal yang dikabarkan oleh Nabi SAW.
Mu’adz bin Jabal ra telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda pada perang Tabuk: “Sesungguhnya kalian -insya Allah- akan mendatangi mata air Tabuk esok hari, dan sesungguhnya kalian tidak akan mendatanginya sehingga siang sudah meninggi (waktu dhuha). Barangsiapa dari kalian mendatangi-nya, maka janganlah ia menyentuh airnya sedikit pun hingga aku tiba. ‘Akhirnya kami datang dan ternyata ada dua orang yang telah menda-hului kami. Mata air itu bagaikan tali sandal yang mengucurkan sedikit air. Mu’adz berkata, Rasulullah SAW bertanya kepada keduanya, ‘Apakah kalian berdua telah menyentuh sedikit dari airnya?’ Keduanya menjawab, ‘Betul,’ lalu Rasulullah SAW mencerca keduanya dan mengatakan berbagai hal kepada keduanya. Mu’adz berkata, ‘Kemudian mereka menyiduk air dari mata air sedikit demi sedikit, sehingga air tersebut terkumpul di suatu wadah.’ Mu’adz berkata, ‘akhirnya Rasulullah SAW mencuci kedua tangan juga muka di dalamnya, lalu beliau mengembalikan air tersebut ke dalam mata air, kemudian mata air itu memancarkan air dengan jumlah yang sangat banyak. Rasulullah lalu berkata, ‘Dengan melimpah,’… sehingga semua orang bisa memakainya. Akhirnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Hampir saja wahai Mu’adz! Seandainya umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat tempat ini dipenuhi dengan kebun-kebun.’” (HR Muslim, kitab al-Fadhaa-il, bab Mukjizaatun Nabiyyi J [XV/40-41], Syarh Muslim).(Ip).
Dialah Pencetus Larangan Masjid Di Swiss, Namun Akirnya Memeluk Islam

Daniel Streich, politikus Swiss, yang tenar karena kampanye menentang pendirian masjid di negaranya, tanpa diduga-duga, memeluk Islam.
Streich merupakan seorang politikus terkenal, dan ia adalah orang pertama yang meluncurkan perihal larangan kubah masjid, dan bahkan mempunyai ide untuk menutup masjid-masjid di Swiss. Ia berasal dari Partai Rakyat Swiss (SVP). Deklarasi konversi Streich ke Islam membuat heboh Swiss.
Streich mempropagandakan anti-gerakan Islam begitu meluas ke seantero negeri. Ia menaburkan benih-benih kemarahan dan cemoohan bagi umat Islam di Negara itu, dan membuka jalan bagi opini publik terhadap mimbar dan kubah masjid.
Tapi sekarang Streich telah menjadi seorang pemeluk Islam. Tanpa diduganya sama sekali, pemikiran anti-Islam yang akhirnya membawanya begitu dekat dengan agama ini. Streich bahkan sekarang mempunyai keinginan untuk membangun masjid yang paling indah di Eropa di Swiss.
Yang paling menarik dalam hal ini adalah bahwa pada saat ini ada empat masjid di Swiss dan Streich ingin membuat masjid yang kelima. Ia mengakui ingin mencari “pengampunan dosanya” yang telah meracuni Islam. Sekarang adalah fakta bahwa larangan kubah masjid telah memperoleh status hukum.
Abdul Majid Aldai, presiden OPI, sebuah LSM, bekerja untuk kesejahteraan Muslim, mengatakan bahwa orang Eropa sebenarnya memiliki keinginan yang besar untuk mengetahui tentang Islam. Beberapa dari mereka ingin tahu tentang hubungan antara Islam dan terorisme; sama halnya dengan Streich. Ceritanya, ternyata selama konfrontasi, Streich mempelajari Alquran dan mulai memahami Islam.
Streich adalah seorang anggota penting Partai Rakyat Swiss (SVP). Ia mempunyai posisi penting dan pengaruhnya menentukan kebijakan partai. Selain petisinya tentang kubah masjid itu, ia juga pernah memenangkan militer di Swiss Army karena popularitasnya.
Lahir di sebuah keluarga Kristen, Streich melakukan studi komprehensif Islam semata-mata untuk memfitnah Islam, tapi ajaran Islam memiliki dampak yang mendalam pada dirinya. Akhirnya ia malah antipati terhadap pemikirannya sendiri dan dari kegiatan politiknya, dan dia memeluk Islam. Streich sendiri kemdian disebut oleh SVO sebagai setan.
Dulu, ia mengatakan bahwa ia sering meluangkan waktu membaca Alkitab dan sering pergi ke gereja, tapi sekarang ia membaca Alquran dan melakukan salat lima waktu setiap hari. Dia membatalkan keanggotaannya di partai dan membuat pernyataan publik tentang ia masuk Islam. Streich mengatakan bahwa ia telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam, yang tidak dapat ia temukan dalam agama sebelumnya. (sa/iol/Em)

Senin, 04 Desember 2017

Ulama Yang Dekat Dengan Penguasa

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rab semesta alam, shalawat beriring salam kita haturkan kepada nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman, Amma ba’du.
Di tengah hiruk-pikuk fitnah akhir zaman, umat Islam merindukan sosok alim amil yang dapat memberikan penerangan untuk melewati kegelapan dan suramnya fitnah ini, namun sangat disayangkan, dewasa ini kita mendapatkan sosok yang disebut dengan alim atau syaikh yang tidak memberikan penerangan namun malah mengeluarkan syubhat-syubhat yang membingungkan umat, hal itu dikarenakan kedekatan mereka dengan para penguasa.
Padahal jauh-jauh hari Rasulullah mewanti-wanti umatnya akan hal ini, sebgaimana disebutkan pada hadit dan atsar berikut ini,

وأخرج أحمد   في مسنده، والبيهقي بسند صحيح، عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله  عليه وسلم: « من بدا جفا، ومن اتبع الصيد غفل، ومن أتى أبواب السلطان افتتن، وما ازداد أحد من السلطان قرباً، إلا ازداد من الله بعداً

Dari Abi Hurairah radiallahu anhu, Rasulullah bersabda, “Siapa tinggal di pedalaman maka perangainya keras, dan siapa sibuk dengan berburu maka akan lalai, serta siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa terkena fitnah, tidak seseorang semakin dekat dengan penguasa maka akan bertambah jauh dari Allah.” (HR. Ahmad dan Baihaqi dengan sanad shahih)

وأخرج ابن ماجه، عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه  وسلم: « إن أبغض القراء إلى الله تعالى الذين يزورون الأمراء

Dari Abi Hurairah radiallahu anhu, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya qurra yang paling dibenci Allah ialah yang mendatangi penguasa.” (HR. Ibnu Majah)

وأخرج الطبراني في « الأوسط » بسند رواته ثقات، عن ثوبان رضي الله عنه مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يا رسول الله من أهل البيت أنا؟ فسكت، ثم قال في الثالثة: « نعم ما لم تقم على باب سدة، أو تأتي أميراً فتسأله
قال الحافظ المنذري في « الترغيب والترهيب » المراد بالسدة هنا، باب السلطان ونحوه.

Dari Tsauban radiallahu anhu berkata,” Ya Rasulullah, apakah saya termasuk ahli bait,?” Rasulullah pun diam, sampai pada ketiga kali,beliau menjawab, “ya selama engkau tidak berdiri pada pintu penguasa, atau mendatangi penguasa dan meminta padanya.” (HR. Thabrani dalam Al Ausath)

وأخرج الترمذي وصححه، والنسائي، والحاكم وصححه، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «سيكون بعدي أمراء، فمن دخل عليهم فصدقهم بكذبهم، وأعانهم على ظلمهم، فليس مني، ولست منه، وليس بوارد علي الحوض، ومن لم يدخل عليهم، ولم يعنهم على ظلمهم، ولم يصدقهم بكذبهم، فهو مني، وأنا منه، وهو وارد علي الحوض

Akan ada sepeninggalanku para penguasa, maka siapa yang mendatanginya dan membenarkan kebohongannya, menolong atas kedhalimannya, buka golonganku, serta aku bukan golongan dia, dan tidak akan memasuki haudh, dan siapa saja yang tidak mendatanginya,tidak menolongnya atas kedahlimannya, tidak membenarkan kebohongannya, termasuk golonganku dan akan memasuki haudh. (HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Al-Hakim)

وأخرج الديلمي، عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يكون في آخر الزمان علماء يرغبون الناس في الآخرة ولا يرغبون، ويزهدون الناس في الدنيا ولا يزهدون، وينهون عن غشيان الأمراء ولا ينتهون

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Akan ada pada akhir zaman ulama’ menyeru manusia untuk cinta akhirat sedangkan ia sendiri tidak mencintainya, menyeru manusia zuhud pada dunia, ia sendiri tidak berlaku zuhud.” (HR.Dailami)

وأخرج الديلمي عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن الله يحب الأمراء إذا خالطوا العلماء، ويمقت العلماء إذا خالطوا الأمراء، لأن العلماء إذا خالطوا الأمراء رغبوا في الدنيا، والأمراء إذا خالطوا العلماء رغبوا في الآخرة

Dari Umar bin Khattab, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Alah mencintai penguasa yang berinteraksi dengan ulama’. Dan membenci ulama’ yang mendekati penguasa, karena ulama’ ketika dekat dengan penguasa yang diinginkan dunia, namun jika penguasa mendekati ulama inginkan akhiratnya.” (HR. Dailami)

ذهب جمهور العلماء من السلف، وصلحاء الخلف إلى أن هذه الأحاديث والآثار جارية على إطلاقها سواء دعوه إلى المجيء إليهم أم لا، وسواء دعوه لمصلحة دينية أم لغيرها. قال سفيان الثوري: « إن دعوك لتقرأ عليهم: قل هو الله أحد، فلا تأتهم » رواه البيهقي

Mayoritas ulama salaf dan orang shalih dari kalangan khalaf berpendapat bahwa hadits-hadits dan atsar diatas berlaku secara muthlaq, baik ia diundang untuk mendatanginya atau tidak, baik ia diaundang untuk kemaslahatan dunia atau selain itu. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “ jikalau penguasa mengundangmu untuk mengajari mereka qul huwa llahu ahad, maka jangan engkau datangi.” (HR. Baihaqy)

قال البخاري في تاريخه: « سمعت آدم بن أبي إياس يقول: شهدت حماد بن سلمة ودعاه السلطان فقال: اذهب إلى هؤلاء! لا والله لا فعلت »

Imam bukhari menyebutkan dalam kitab tariknya, “ aku mendengar Adam bin Abi Iyas berkata,” “ aku menyaksikan hamad bin Masalamah, ketika itu ia diundang penguasa,”datangilah mereka,” beliau menjawab,” Demi Allah, aku tidak akan melakukannya.”

وروى غنجار في تاريخه عن ابن منير: أن سلطان بخاري، بعث إلى محمد بن إسماعيل البخاري يقول: احمل إليّ كتاب « الجامع » و « التاريخ » لأسمع منك. فقال البخاري لرسوله: « قل له أنا لا أذل العلم، ولا آتي أبواب السلاطين فإن كانت لك حاجة إلى شيء منه، فلتحضرني في مسجدي أو في داري

Di riwayatakan dari Ginjar di kitab tarikhnya, dari Ibnu Munir, “ penguasa Bukhara mengutus seseorang untuk mendatangi Imam Bukhari, seraya berkata, bawakan kepadaku kitab Al Jami (Shahih Bukhari) dan kitab Tarikh supaya aku dapat mendengar darimu, Imam Bukhari menjawab, “ katakan padanya, aku tidak akan menghinakan ilmu, dan aku tidak akan mendatangi pintu-pintu penguasa, jika ia butuh sesuatu dari kitab tersebut, suruh ia mendatangi masjid atau rumahku.”

وقال ابن باكويه الشيرازي في « أخبار الصوفية»: « حدثنا سلامة بن أحمد التكريني أنبأنا يعقوب ابن اسحاق، نبأنا عبيد الله بن محمد القرشي، قال: كنا مع سفيان الثوري بمكة، فجاءه كتاب من عياله من الكوفة: بلغت بنا الحاجة أنا نقلي النوى فنأكله فبكى سفيان. فقال له بعض أصحابه: يا أبا عبد الله! لو مررت إلى السلطان، صرت إلى ما تريد! فقال سفيان: « والله لا أسأل الدنيا من يملكها، فكيف أسألها من لا يملكها

Telah bercerita Ibnu Bakawaih Asy-Syairazi dalam Akhbar Shufiyah, “ telah berkata kami Salamah bin Ahmad at-Tukrini, mengabarkan pada kami Ya’qub bin Ishaq , mengabarkan pada kami Ubaidillah bin Muhammad A-Qurasyi, ia berkata,” kami bersama Sufyan Ats-Tsauri di Makkah, tiba-tiba datang surat dari keluarganya di Kufah, yang berisi, “ kami ditimpa kesusahan ekonomi sampai kami menggoreng kulit biji-bijian kemudian memakannya, “ maka Sufyan menangis setelah membacanya, lalu sebagian sahabatnya memberi saran kepadanya, “ Wahai Abu Abdillah! Kalau seandainya engkau mau mendatangi  penguasa, pastinya dapatkan apa yang engkau inginkan,” Imam Sufyan At-Tsauri menimpali, “Demi Allah, aku tidak meminta dunia kepada yang memilikinya (Allah), maka bagaimana mungkin aku memintanya pada yang tidak memilikinya.”

وقال محمد ابن مسلمة:  الذباب على العذرة، أحسن من قارئ على باب هؤلاء

Muhammad bin Maslamah berkata, “ lalat di atas kotoran lebih baik dari ulama yang berada di pintu penguasa.”
Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menulis satu bab tetang berinteraksi dengan penguasa, dan hukum mendekati mereka, beliau rahimahullah berkata, “ ketahuilah bahwa interaksimu terhadap penguasa dan pejabat yang dhalim, ada tiga keadaan,
keadaan pertama, adalah yang paling buruk yaitu memasuki pintu-pintu penguasa.
Yang kedua, yang bahayanya lebih sedikit, yaitu ia berusaha mendekatimu.
Yang ketiga, yang paling selamat, engkau menjauhi mereka, engkau tidak melihatnya, begitupula sebaliknya.
Adapun yang pertama, maka sangat tercela dalam syariat, dengan adanya beberapa ancaman dan peringatan sebagaimana disebutkan dalam hadits dan atsar diatas, berkata Sufyan Ats-Tsauri, “ di neraka ada suatu lembah yang tidak dihuni kecuali oleh para ulama yang mendekati pintu-pintu raja.” (Em/kl/pm)

Minggu, 16 Juli 2017

Mencari Pemimpin Ideal

Kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat atau perkumpulan sangat penting, meskipun ia bukanlah segala-galanya.. Sebab sebagaimana diketahui bahwa perjalanan suatu masyarakat atau aktivitas dapat baik bukan semata-mata karena pemimpinnya, tapi tentu saja menyangkut hal-hal lain juga. Kita tidak meragukan kepemimpinan para nabi yang Allah swt. utus kepada Bani Israel. Namun karena dukungan dari ummatnya sangat lemah akhirnya tidak terbentuk rnasyarakat yang ideal. Oleh karena itu, di dalam Islam di samping diperlukan pemimpin yang baik dan berkualitas,juga harus dipersiapkan ummat yang siap mendukung program yang digulirkan oleh pemimpinnya. Yang kesemuanya itu tentu saja diperlukan pemahaman yang searah, yaitu sama-sama menuju kepada keridhaan Allah ‘Azza Jallah. Dalam istilah kajian lslamnya di istilahkan perlunya Qiyadah Mukhlishah (pemimpin yang ikhlash). dan Jundiyah Muthi‘ah (ummat yang taat).
Kemudian yang perlu juga diperhatikan dalam pembinaan generasi yang dipersiapkan untuk tampil di masa mendatang bukan hanva dibekali semangat untuk memimpin, tetapi juga pada saat yang bersamaan harus ditanamkan kesediaan untuk siap dipimpin. Jadi antara Qiyadiyah (semangat dan kesediaan untuk diberi amanah memimpin) dan Jundiyah (kesiapan untuk ditata) tertanam dalam waktu yang bersamaan. Sehingga tidak bersaing dan berebut untuk menjadi pemimpin dan tidak juga terlalu tawadhu’ sehingga sulit untuk diserahi tugas dan amanah. Memang kepemimpinan itu taklif (beban) bukan tasyrif (kemuliaan).

Al-Qur’an dan Kepemimpinan

Dalam istilah ke-Islaman, kepemimpinan disebutkan dengan beberapa istilah atau nama, di antaranya: imamah, ri’ayah, za ‘amah, imarah dan kadang-kadang disebut juga wilayah. Ayat-ayat yang menyebutkan pengertian di atas diantaranya terdapat pada surah: al-Baqarah l2: 124; an-Nisa’/4:59, 83, 139; al-Maidah/5: 51, 52, 57, 58, 80, 81; Hud/l1:17; Yusuf/12:72; Thaha 20:54; al-Anbiya’/21: 73; as-Sajdah/22:24; al-Mukminun/23: 8; al-Furqan/25: 74; al-Qalam/68: 40 dan al-Ma’arij/70: 32. Juga di beberapa tempat dipakai istilah khilafah, seperti terdapat di surah: al-Baqarah/l2: 30; al-An’am/6: 165; al-A’raf/7: 69, 74, 129; Yunus/l0: 14, 73; Hud/1l: 57;
an-Nur/24:55; an-Naml/27: 62; Fathir/35: 39; Shad/38: 26; al-Hadid/57: 7.

Hadits-hadits Tentang Pemimpin
Banyak sekali hadits-hadits Nabi saw. yang berkaitan dengan pemimpin dan kepemimpinan. Di sini akan disebutkan beberapa saja. Mudah-mudahan dapat dijadikan masukan.

Artinya: Sesungguhnya iman (pemimpin) itu adalah (merupakan) perisai. (HR. Muslim).

Hadits ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin itu menjadi pelindung bagi orang-orang yang dipimpinnya, rnemperhatikannya dan membela nasibnya. Allah swt. memberikan gambaran kepribadian Nabi saw. yang merupakan pemirnpin teladan itu dalarn firrnan-Nya:

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (‘keimanan dun keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mu‘min. (QS at-Taubah: 128).

Ayat di atas menunjukkan bahwa Nabi saw. sebagai pemimpin ummat berasal dari kalangan orang yang dipimpinnya, yaitu manusia biasa, sehingga di antara beliau dengan ummatnya tidak ada jarak yang rnembuat kesenjangan diantara keduanya. Beliau turut merasakan persoalan ummat, tidak hanya hidup di menara gading. Keselamatan dan kebaikan ummatnya adalah keinginan beliau yang begitu besar. Dan sikap beliau dalam menghadapi ummatnya penuh dengan kasih sayang. Pemimpin yang memperhatikan dan menjadi pelindung bagi ummatnya adalah pemimpin yang akan dieintai pula oleh ummatnya.

Antinya: Apabila ada tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang menjadi pemimpin. (HR. Abu Dawud,).

Hadits ini menunjukkan adanya keteraturan di dalam masyarakat Islam. Sehingga sebenarnya tidak ada peluang untuk krisis kepemimpinan. Sebab jangankan dalam masyarakat yang mapan dan stabil, di perjalanan sekalipun Islam membimbing ummatnya agar tetap memperhatikan adanya kepemimpinan agar setiap aktivitas terkoordinasi dengan baik. Tentu saja yang diangkat menjadi pemimpin, khususnya di perjalanan adalah orang yang rmemiliki pemahaman yang baik, termasuk tentang liku-liku perjalanan, Dengan demikian kebijakan yang diambil sesuai dengan kebutuhan dan bij aksana.

Artinya: Apabila pemimpinmu adalah orang yang terbaik di antara kalian, dari orang-orang kaya di antara kalian adalah orang-orang yang murah hati, dan urusan kalian (selalu) dimusyawarahkan di antara kalian maka hidup itu lebih baik dari pada mati. Dan apabila pemimpin kalian adalah orang yang jahat, orang kayanya bakhil, dan urusanmu diserahkan kepada wanita, maka mati itu lebih baik daripada hidup. (HR. Tirmidzi).

Pemimpin yang diangkat haruslah orang yang terbaik. Baik dari sisi Akhlaq dan prilaku. Suatu bencana bagi ummat kalau pemirnpin yang diangkat adalah orang-orang yang bermoral bejat. Oleh karena itu perlu mekanisme yang baik untuk menyeleksi para ealon pemimpin, sehingga yang nantinya tampil dan diserahi amanah betul-betul orang yang terbaik, atau paling tidak, baik. DR. Yusuf Qardhawi mengusulkan hal tersebut dalarn bukunya “Aulawiyat Harakah Islamiyah Fil Marhalatil Qadimah” (Prioritas Gerakan Islam) dan sub pembahasan “I’dad Al-Qiyadat Lil Mustaqbal” (Mempersiapkan Pemimpin Masa Depan). Dan kepemimpinan ummat secara umum tidak boleh diserahkan kepada wanita. Nabi saw. bersabda:

Artinya: Suaiu kaum yang menyerahkan urusannya kepada wanita tidak akan bahagia. (HR. Bukhari).

Artinya: Barangsiapa yang mengangkat seseorang dari satu golongan, sedang di antara mereka ada orang lain yang lebih berhak (lebih mampu dan ikhlash karena Allah), maka orang tersebut benar-benar telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan kaum Muslimin semuanya. (HR. Hakim).

Mengangkat pemimpin untuk ummat Islam hanya dengan pertimbangan golongan atau kelompok, padahal ada orang yang lebih laik, hanya karena bukan dari golongannya, adalah perbuatan yang terlarang dalam Islam. Dan hal itu menunjukkan masih adanya sisa-sisa pemikiran jahiliyah padanya. Di antara dampak negatif adanya kelompok-kelompok di kalangan kaum Musliniin adalah sikap seperti diatas. Ashabiyah tersebut menghilangkan profesionalisme. Apalagi kadang-kadang terjadi kalau ternyata dari golongannya tidak diangkat, terjadilah pemogokan atau penggernbosan.
Lain halnya kalau dalam forum yang bersifat umum. Di sana ada Muslim dan non-Muslim. Maka seorang Muslim wajib mendahulukan orang Muslim untuk duduk di kursi kepemimpinan, meskipun mungkin ada orang non-Muslim yang punya’kemampuan lebih baik. Sebab haram bagi seorang Muslim menyerahkan wala’ (termasuk kesediaan dipimpin) kepada orang-orang kafir.

Artinya: Tidaklah seorang pemimpinpun yang mengurus urusan kaum Muslimin, kemudian tidak bersunguth-sungguh, dan tidak ,memberi nasihat kepada mereka,, ,melainkan dia kelak tidak masuk surga bersama-sama mereka. (HR. Muslim}.

pemimpin yang telah menerima amanah kepemimpinan harus secara bersungguh- sungguh melaksanakan tugasnya dan mnemberikan nasehat kepada ummatnya. Karena memang di antara kewajiban para pemimpin adalah menasihati ummat dan menerima nasehat dari ummat.

Artinva: ‘Tidak seorang hamba pun yang Allah angkat menjadi pemimpin suatu rakyat, yang dia mati pada saatnya tiba sedang dia tidak bersifat terbuka kepada rakyatnya emlainkan Allah haramkan baginya surga (HR. Bukhari dan Muslim)

Keterbukaan dalam mengelola amanah ummat sangat diperlukan. Sebab kontrol dan ummat dapat menjaga kelurusan perjalanan kepemimpinannya. contoh yang cemerlang terjadi pada saat kekhilafahan Umar bin Khathab. Pada saat beliau akan menyampaikan Sesuatu, salah seorang warga menginterupsi bahwa Ia tidak akan mernatuhi perintahnya sebelum dijelaskan darimana bahan pakaian yang Ia pakai. Sebab jatah pakaian yang dibagikan tidak mungkin cukup untuk Umar yang berbadan besar. Umarpun memanggil anaknva, Abdullah bin Umar untuk menerangkan bahwa bagian dia (Abdullah) diserahkan kepada ayahnya agar cukup untuk pakaiannya. Setetah itu barulah sang rakyat menyatakan kesiapannya untuk patuh. Tidak sebaliknya, kalau ada dari kalangan rakyat yang mengusik proyeknya atau usaha sanak famili sang penguasa, maka dengan berbagai dalih orang tersebut dijerat hukum; dan jabatannya, kalau ada, mulai dipreteli satu persatu. Itu jelas model kepemimpinan yang zhalim.

Sifat Pemimpin Ideal

Berbicara masalah pemimpin ideal, tentu saja perhatian kita terarah kepada sosok pemimpin teladan, yaitu Rasulullah saw. Sebab kepemimpinan beliau bukan saja diakui oleh kaum Muslimin, tetapi tidak sedikit dari kalangan non-Muslim yang juga mengakui kehebatannya.
Mahmud Syeit Khaththab dalamn bukunya “Ar-Rasul Al-Qaid” menyebutkan beberapa sifat kepemimpinan Nabi saw. yang mendukung keberhasilannya. Meskipun analisis penulis banyak dilihat dari sisi militer, sesuai dengan profesi beliau, namun tampaknya cukup relevan untuk kepemimpinan secara murni.
Jendral Mahrnud Syeit Khaththab menyebutkan sifat-sifat pemimpin itu di antaranya:

1. Dapat memberikan keputusan yang benar dengan cepat
Seorang pemimpin harus mampu mengarnbil keputusan yang benar dengan cepat di saat tertentu. Sebagaimana Nabi saw. dapat dengan cepat memutuskan agar basis kaum Muslimin ketika menghadapi kuffar Quraisy di Badar, dibangun di dekat sumber air. Sebab air merupakan kebutuhan fital, apalagi dalam peperangan. Sehingga dengan demikian musuh tidak mendapatkan air dan tentu saja tidak akan dapat bertahan lama.

2. Memilih kepribadian yang berani
Pemimpin yang pengecut tentu saja akan menyulitkan ummatnya. Sebagai pemimpin teladan Nabi saw. memiliki keberanian yang sangat baik. Suatu ketika di saat perang, Nabi saw. meminta beberapa shahabat untuk bersama beliau. Di malam hari ada suara hingar bingar. Para shahabat yang bersama beliau terbangun dan cepat-cepat menuju ke arah suara. Tetapi ternyata Nabi saw. sudah kembali dari sana dan mengatakan: “Kembalilah, itu hanya suara angin gurun”.

3. Berkemauan kuat dan tetap
Upaya orang-orang kafir untuk menggoyah da’wah Islamiyah yang dilakukan oleh .nabi saw. tidak henti-hetinva. bujukan, rayuan, ancaman dan bahkan teror mental dan fisik silih berganti. Namun dengan idzin Allah beliau tetap tegar dan berkemauan kuat untuk terus memperjuangkan kalimah Allah yang mulia itu.

4. Mengemban tanggungjawab tanpa ragu-ragu
Ketegaran dalam menjalankan tugas da’wah yang dilakukan oleh Nabi saw. menunjukkan rasa tanggung jawabnya yang demikian tingginya. Kesemuanya itu dilakukan dengan penuh keyakinan dan terjauh dari segala bentuk keraguan. Maka seorang pemimpin haruslah dapat membangun rasa tanggung jawab di atas dasar keyakinan yang kokoh. Dan keyakinan yang kokoh itu baru dapat terwujud manakala merujuk kepada rujukan yang kokoh pula, yaitu manhaj Rabbani, kitabullah dan sunnah Rasul-Nya saw.

5. Kejiwaan yang stabil baik dalam keadaan menang maupun dalam keadaan kalah
Di saat berjuang dengan berbagai intimidasi, Nabi saw. tabah dan sabar. Dan ketika kemenangan sudah di tangan, musuh sudah bagaikan tikus dihadapan kucing, Nabi saw. tidak lantas sombong dan zhalim semaunya. Beliau justru memberikan kemaafan kepada orang-orang yang dulunya memusuhi beliau pada saat Fathu Makkah.

6. Berpandangan ke depan
Ketika sebagian butir-butir perjanjian hudaibiyah menggelisahkan beberapa shahabat, Nabi saw. tetap tenang. Sebab meskipun secara lahiriyah point-point tersebut merugikan, tetapi jangka panjangnya sangat menguntungkan. dan hal tersebut terbukti dua tahun kemudian dengan terjadinya penaklukkan kota Makkah (Fathu Makkah).

7. Memahami kondisi kejiwaan bawahannya
Shafwan bin Umayyah adalah orang yang membenci Nabi saw. Lalu pada Perang Hunain Nabi saw. memberikan kepadanya bagian ghanimah. Akhirnya ia berkata:
"Nabi saw. biasa memberiku bagian ghanimah (Hunain), padahal sebelumnya Ia orang yang paling Saya benci, sampai Allah swt. tidak menjadikan Seseorang yang paling kucintai selain beliau".

8. Saling percaya
Pada perang Badar, meski hanya 300 shahabat harus menghadapi 1.000 pasukan kafir, tetapi Nabi saw. tidak meragukan kualitas dan komitmen para shahabatnya. Tentu saja demikian pula keyakinan para shahabat terhadap Nabi saw. Sehingga perjuangan dapat berjalan dengan baik.

9. Kecintaan secara timbal balik
Pada perang Uhud, bukan hanya para shahabat lelaki yang berjuang mati-matian, para shahabiyah (shahabat wanita) juga tidak mau tertinggal pada front tersebut. Salah seorang dari mereka adalah Nusaibah. Ia terluka parah ketika itu hingga pingsan. Namun begitu siuman yang ia tanyakan bukan keadaan anak atau suaminya, tetapi bagaimana keadaan Nabi saw. Begitu besar kecintaannya kepada Nabi saw. yang tentu saja hal tersebut terjadi karena Nabi saw. juga sangat mencintai umatnya.

Khatimah

Mencari calon pemimpin yang ideal dari segala sisinya tentulah sangat sulit. Kalau terlalu kaku dalam memilih bisa-bisa tidak ada yang laik untuk diangkat menjadi pemimpin. Padahal adanya pemimpin sangatlah penting, yang menurut para ularna’, sebagai ri’ayatuddin (menjaga agama) dan siyasatud dunia (mengatur permasalahan duniawi). Oleh karena itu Syaikhul Islam lbnu Taimiyah dalam bukunya “Siyasah Syar’iyah” menyebutkan perlunya proporsionalisme dalam memilih pemimpin, yaitu sesuai dengan bidang yang diperlukan. Umpamanya dibutuhkan seorang yang ahli rnengelola proyek ekonomi, tentu saja dicari yang memang punya potensi dan kemampuan dibidang tersebut, meskipun kadang-kadang tidak terlalu sering puasa Senin-Kamis.
Mudah-mudahan dengan upaya bersama mengkaji, memahami dan berlatih menerapkan nilai-nilai Islam dalam masalah kepemimpinan kelak akan lahir pemimpin yang dapat membawa ummat Islam kepada kejayaannya yang kita harapkan. Amien ya Rabbal ‘alamin.

Jumat, 23 Juni 2017

Idul Fithri Pertama Rasulullah saw

Terbenamnya sang mentari di ufuk barat pada akhir Ramadhan disambut dengan kumandangan kalimah takbir, tahlil dan tahmid oleh kaum Muslimin di seantero jagad. Kalimat-kalimat mulia itu sahut menyahut sampai mengantarkan kaum Muslimin ke tempat-tempat shalat’Id di hari yang mulia.

Kalimah takbir, tahlil dan tahmid yang diungkap dari sanubari yang terdalam sebagai manivestasi kesyukuran kepada Allah ‘Azza wa Jalla atas rahmat dan karunia-Nya yang demikian banyaknya. Syukur atas bimbingan dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas suci berpuasa sebulan Ramadhan.

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (al-Baqarah:185).

Kalimah takbir yang diucapkan merupakan cerminan keyakinan bahwa hanya Allah swt. sajalah yang Maha Besar, Sedang selain Allah kecil. Kecil kekuatannya. kecil kehebatannya. kecil pegetahuannya, kecil kekayaannya dan kecil segalanya. Meskipun mereka berkuasa. raja diraja,, polisi dunia, tapi kesemuanya itu tiada artinya bila dibandingkan dengan kemaha hebatan Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga seorang Muslim yang mengucapkan takbir dengan penghayatan yang mendalam akan menjadikan dirinya memiliki kepribadian yang besar, semangat yang besar dan cita-cita yang besar. Ia terjauh dari kekerdilan pribadi dan pesimisme. Sebab pemahamannya terhadap kalimah takbir, Allahu Akbar, mengantarkannya pada kedudukan yang mulia, mulia di sisi Allah swt. walaupun mungkin Sementara orang menghinakannya.

Kalimah tahlil, lailaha Illallah, diucapkan sebagai pernyataan bahwa hanya Allah swt. sajalah yang di abdi, hanya Allah sajalah sebagai sesembahan, hanya Allah sajalah yang dipatuhi dan ditunduki secara mutlak. Kalimah mulia ini menjadikan orang yang menyatakannya dengan penghayatan terbebas dari segala bentuk perbudakan, perbudakan apa saja dan perbudakan oleh dan untuk siapa saja. Dirinya hanya memperbudakkan kemanusiaannya kepada Allah semata. Sedang kalimah tahmid yang disampaikan dengan penuh penghayatan menunjukkan bahwa pujian hanyalah hak Allah. selain Allah tidak berhak untuk menuntut pujian dan sanjungan. Sebab pujian dan sanjungan itu merupakan pakaian kebesaran Allah swt. Berbahagialah mereka yang tidak mencari-cari pujian.

Di hari yang berbahagia, di Idul fithri yang mulia ini, ada baiknya kita mengenang peristiwa yang sama, di hari yang sama, yaitu ‘Idul Fithni 1416 tahun yang lalu, di mana Nabi saw. dan para shahabatnya merayakan hari yang mulia ini pertama kali di tahun kedua Hijriyah. Pada tahun tersebut ada beberapa peristiwa besar yang menambah terasanya keagungan ‘Id yang mulia ini. Pada pentengahan bulan Rajab tahun kedua Hijriyah, turun firman Allah di surah al-Baqarah ayat 144 yang artinya:

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nashrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bah wa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhan mereka, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (al-Baqarah:144).

Ayat tersebut menetapkan perpindahan kiblat kaum Muslimin yang sejak Isra’ dan Mi’raj menghadap ke arah Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis Palestina menjadi ke arah Ka’bah di Masjidil Haram Makkah. Perubahan tersebut memang sangat diharapkan oleh Nabi saw. dikarenakan orang-orang Yahudi sering mengejek kaum Muslimin, yang menurut mereka maunya mempunyai ajaran sendiri, tetapi kiblatnya di kala shalat mengikuti kiblat mereka. Memang sudah menjadi karakter ummat Yahudi yang terkutuk itu selalu mencari-cari jalan untuk mengejek dan mencela kalangan selain mereka, terutama kaum Muslimin.

Berpindahnya kiblat bukan berarti kaumMuslimin tidak memuliakan Masjidil Aqsha, tidak, sama sekali tidak demikian. Masjidil Aqsha tetap menjadi kota suci bagi kaum Muslimin. Sebab Ia merupakan bumi para nabi dan kiblat pertama kaum Muslimin. Sehingga sampai hari ini dan insya’Allah akan terus sampai kapan saja, kaum Muslimin akan terus berusaha memerdekakan bumi Palestina yang di sana ada Masjidil Aqsha dari cengkcraman Yahudi Zionis yang terkutuk itu.

Kemudian pada tanggal 10 Sya’ban tahun kedua Hijriyah, turunlah syari’at berpuasa di bulan Ramadhan. Shiyam adalah suatu aktivitas pengendalian diri yang luar biasa, dan pada saat yang bersamaan, pelakunya juga turur merasakan bagaimana orang-orang miskin dan faqir selalu merasakan lapar dan dahaga. Sehingga dengan berpuasa seseorang dapat membersihkan jiwanya dari berbagai kotoran,. ditingkatkan kondisi ruhaninya dan dibiasakan untuk shabar dan terlatih mengemban beban dan tugas. Sungguh ibadah puasa mengandung nilai tarbawi (pendidikan) yang sangat tinggi Sehingga wajarlah kalau yang ditargetkan pada ibadah ini akan terlahirlah pribadi-pribadi yang muttaqi, pribadi yang benar-benar bertaqwa, pribadi-pribadi yang syakirin, yang senantiasa bersyukur, dan pribadi-pribadi yang rasyidin, yang mengikuti bimbingan Allah swt. Sungguh ibadah yang mulia ini sebagai sarana munuju kepribadian Muslim yang utuh.


Ketika kaum Muslimin berpuasa pertama kali ini, masih di pekan pertama, Rasulullah saw. mengajak para shahabat untuk berpatroli, yang kemudian terjadilah perang yang sangat terkenal itu, perang Badar. Kita dapat membayangkan betapa hebatnya tempaan yang dialami oleh generasi awal, para shahabat di bawah bimbingan Nabi saw. Mereka berpuasa pertama kali, lalu pada saat itu juga mereka terjun yang pertama kali ke gelanggang pertempuran yang sangat dahsyat. Betapa tidak, 300-an kaum Muslimin dengan persenjataan dan sarana yang sangat terbatas harus berhadapan dengan 1000 pasukan Quraisy yang terlatih dan sarana yang lengkap.

Ibadah puasa adalah syari’at Allah swt. Demikian pula perang yang juga syari’at Allah. Sedang kaum Muslimin ketika itu menjalankan kedua syari’at Allah tersebut. Maka sangatlah wajar kalau mereka yang demikian terikatnya pada syari’ah tersebut mendapat perhatian dan bantuan dari pemilik syari’ah, yaitu Allah swt. Sehingga dengan idzin dan pertolongan Allah swt. peperangan tersebut dapat dimenangkan oleh kaum Muslimin dengan cemerlang.

Baru saja kaum Muslimin pulang dari perang Badar yang puncaknya pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah tersebut,. di pekan ketiganya Allah swt. menurunkan syani’at-Nya yang berikutnya, yaitu disyari’atkannya zakat fithrah yang kemudian disusul dengan syari’at zakat secara umum.

Artinya: Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim meriwayatkan dari hadits Qais bin Sa’ad bin Ubadah ra. berkata: Rasuluilah saw. menyuruh kami untuk berzakat fithrah sebelum turun ketentuan zakat (secara umum). kemudian turun kewajiban zakat (secara umum itu). al-Hafizh Ibnu Hajar berkata. Isnadnya Shahih.

Zakat, infaq dan shadaqah merupakan ibadah yang dapat memperbaiki suasana sosial dan memperkecil kesenjangan antara kaum kaya dan faqir miskin. Kita ketahui bahwa belakangan ini banyak peristiwa kerusuhan dan pengrusakan yang menimbulkan banyak kerugian. kerugian fisik dan kerugian moral. Para pengamat mengatakan bahwa di antara sekian penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut adalah kesenjangan sosial. Yang sudah kaya terus menambah deretan kekayaannya dengan membuka berbagai usaha, apakah pabrik, perkebunan, peternakan atau apa saja. Di setiap wilayah mereka punya lahan. Mereka terus menumpuk harta sampai tujuh keturunan yang kadang-kadang tidak jarang menyelewengkan kedudukan, kalau mereka berkedudukan, atau berkolusi dan manipulasi, kalau yang pertama sulit dilakukan. Sementara di pihak lain kaum miskin semakin tertekan. Rumah-rumah tidak sedikit yang digusur dengan ganti rugi yang betul-betul merugikan. Suasana seperti ini sangat berpotensi untuk timbulnya gejolak sosial, lebih-lebih bila ada kelompok ketiga yang berkepentingan.

Kita menyadari bahwa realitas kehidupan ini menunjukkan adanya perbedaan nasib. Dan Islam mengakui itu. Ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Tetapi Islam membimbing kita agar bersikap secara proporsional, tepat dan benar. Orang yang dengan idzin Allah bernasib kaya harus tnenyadari kewajibannya mengeluarkan sebagian hartanya yang sebenarnya memang sudah menjadi hak orang lain. jadi kalau ada seseoang yang memberikan sebagian hartanya, jangan dianggap bahwa dirinya sudah berjasa pada orang yang ia beri. lalu orang yang diberi itu dikendalikan semaunya. Bukan begitu Seharusnya. Mereka seharusnya mengeluarkan hartanya Itu karena memang bukan lagi menjadi haknya, itu hak orang lain.

Demikian pula mereka yang kebctulan bernasib miskin. jangan lalu mereka iri dan dengki terhadap orang kaya. Hal ini akan mengakibatkan benturan antar kelas, yang jelas tidak Islami. Di satu sisi ada borjuis yang sombong dan angkuh sementara di pihak lain ada proletar yang bersikap dengan penuh kebencian pada lawannya. Orang miskin tidak perlu dendam, tidak perlu iri dan juga tidak perlu menghinakan diri menjadi pengemis. Islam membimbing kita agar punya rasa ‘iffah dan muru’ah, rasa harga diri. Lebih baik membawa kapak dan tali ke hutan mencari kayu bakar untuk dijual dan menghidupi keluarga daripada mengemis dan menghinakan diri, demikian Nabi saw. memerintahkan kita. Begitu pentingnya kedudukan zakat dalam masyarakat Muslim. Sehingga pantaslah kalau khalifah Abu Bakar Shiddiq ra membuat kebijakan yang sangat tegas dan jelas terhadap mereka yang menolak membayar zakat.

Artinya : Demi Allah. pasti saya akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat. Karena zakat itu hak harta. Demi Allah, seandainya mereka tidak membayar (walau hanya) anak kambing atau unta yang biasa mereka tunaikan pada Nabi saw. pasti saya akan memerangi mereka disebabkan tidak membayarnya (sekarang). Umar berkata Demi Allah, hal itu tidak lain kecuali saya lihat Allah telah membukakan dada Abu Bakar untuk berperang, saya tahu bahwa ia benar.  
 
Dalam suasana perjalanan perjuangañ seperti itulah Nabi saw. dan para shahabat pertama kali beridul fithri. Diawali dengan perubahan kiblat yang selama ini dilecehkan oleh orang-orang Yahudi, menjadi berkiblat ke arah yang diridhai oleh kaum Muslimm dan tentu saja diridhai pula oleh Allah swt. Kalau dulu perubahan kiblat di kala shalat, kini kita melihat kiblat kehidupan yang perlu dibenahi. Gelombang materialisme dan aliran-aliran pemikiran yang laisa minal Islam, bukan dan ajaran Islam masih tampak mewarnai pola pikir dan pola kerja kaum Muslimin. Karena itu perlu perbaikan dan pembenaran kiblat kehidupan sehingga betul-betul diridhai oleh Allah swt. Dan diridhai pula oleh mereka yang mempunyai komitmen pada Islam. Kemudian Nabi saw. dan para shahabat berpuasa.. mengendalikan diri dari dominasi syahwat baik syahwat perut. makan dan minum. maüpun syahwat seks, yaitu bercampur suami istri di siang hari.

Kini kita lihat sebagian dari bangsa kita yang mayoritas Muslim ini sudah kurang memiliki daya kontrol yang baik, meskipun mungkin saja mereka turut berpuasa di bulan Ramadhan,, sebab mereka secara lahiriyah Muslim. Tetapi dalam kesehariannya mereka tidak perduli halal dan haram. baik halal dzati (bendanya), maupun halal kasbi (hasil usahanya). Sehingga korupsi dan manipulasi masih demikian membudayanya di tengah-tengah masyarakat kita yang mayoritas Muslim ini. Kita berada pada peringkat atas di dunia ini. Tapi sayang prestasi korupsi dan kolusi yang sangat memalukan.

Demikian pula syahwat seks sangat tidak menggembirakan. Perzinaan bukan lagi hal yang tabu. Bahkan pemerkosaan dan pelecehan seksual dengan segala ragam dan bentuknya sudah menjadi hiasan harian di media kita. Sehingga negeri yang menyimpan kaum Muslimin terbanyak di dunia ini, ternyata mempunyai piaraan orang-orang berpenyakit AIDS dan calonnya yang tidak sedikit. Sungguh suasana yang memalukan dan memprihatinkan. Mudah-mudahan puasa di tahun ini dapat menekan sedikit demi sedikit kemaksiatan dan kedurhakaan yang semestinya tidak perlu ditoleransi lagi. dulu. sungguh sangat jauh dari pemikiran kita. Kita sudah terlalu tenggelam pada kehidupan dunia yang menyilaukan ini. Padahal jihad adalah puncak dari ajaran islam. Demikian pula mobilsasi dana ummat masih jauh dari yang semestinya Hampir 200 juta kaum Muslimin di negeri ini, tetapi berapa banyak proyek Da’wah dan amal Islami yang turut goyah karena goyahnya ekonomi negara-negara Timur Tengah yang selama ini banyak membantu da’wah di negeri ini, yang tentu saja penghancuran pos-pos dana itu memang sangat diinginkan oleh musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kaum Muslimin.

Kalau dulu, di tahun ke dua Hijriyah, dalam beberapa bulan saja secara berturut-turut turun syariah perubahan kiblat, puasa, jihad di Badar, zakat Fithrah dan zakat secara umum, dan kemudian kaum Muslimin bersama-sama bertakbir sebagai pernyataan kemenangan dan kesyukuran yang mendalam. Maka bagaimana dengan takbir kita di hari ini? Apakah takbir kemenangan dan kesyukuran? Sungguh kita harus terus berusaha memperbaiki keadaan yang ada ini. Kalau di tahun kedua hijriyah seperti itu tempaan terhadap generasi awal yang kemudian baru di tahun kedelapan hijriyah kemenangan nyata berupa penaklukan kota Makkah, dari 20 sampai 30 tahun kemudian kaum Muslimin mampu menggoyang imperium Romawi dan Persia sebagai dua super power ketika itu. Maka berapa waktu lagikah kita dapat tegak dengan penuh harga diri di dunia yang seperti ini.

Memang masalah kapan kemenangan itu datang, bukan urusan kita. Hanya yang dituntut dan kita adalah berusaha dan berbuat. Berusaha dan berbuat sebagaimana Rasulullah saw. dan para shahabathya berbuat. Ya, dunia masih terhampar di depan kita, langkah masih dapat diayunkan. Marilah kita melangkah, marilah kita bcrbuat. Allah pasti tidak akan membiarkan kita, sebagaimana Allah tidak membiarkan kaum Muslimin di medan Badar. Pada saatnya juga insya’ Allah takbir yang kita kumandangkan sebagaimana takbir yang dikumandangkan oleh Rasulullah saw. dan para shahabatnya di ‘Idul Fithri. 1 Syawal tahun kedua hijriyah. Takbir kemenangan, kemenangan karena telah memiliki kiblat shalat dan kiblat kehidupan yang berbeda dengan kiblat umumnya manusia, takbir kemenangan karena berhasil mengendalikan syahwat perut dan syahwat seks, takbir karena berhasil menjadikan musuh bertekuk lutut, dan takbir kemenangan karena dapat menyebarkan pemerataan sosial. Semoga takbir kita di hari yang mulia ini sebagai takbir yang menempati anak-anak tangga menuju puncak takbir kemenangan yang hakiki. Amin Ya Rabbal ‘alamin. Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla, semoga Allah yang Maha Agung mengampuni dosa-dosa kita, baik dosa yang sifatnya Individual maupun kolektif, dosa yang kecil maupun dosa-dosa besar. Dan semoga Allah senantiasa membimbing kita pada jalan-Nya yang lurus, jalan yang dilalui oleh para anbiya’, mursalin, syuhada’ dan shalihin. Amiin