Sabtu, 11 Februari 2017

Kaum A’ad Dalam Al-Qur’an


Suatu tinjauan Geo-Sejarah

Kaum ‘Ad, seperti banyak diungkap dalam al-Qur’an - pada awalnya merupakan bangsa yang jaya, pendiri peradaban dan kebudayaan dunia tertua, dengan supremasi arsitek-arsitek bangunarnya, yang belum pernah dimiliki kebudayaan bangsa lain sebelumnya. Gedung-gedung pencakar langit, serta istana-istana yang megah merupakan manifestasi keahlian mereka. Al-Qur’an pun juga mengungkapkan keunggulan tak terkalahkan kaum ‘Ad dalam dunia arsitekiur (Al-Fajr/89:6-S). Namun pada epilog fase kemunduran kaum ‘Ad, al-Quran justru mengungkapkan siksa dan penderitaan yang tak terperikan kaum ‘Ad akibat adzab/punishment Allah tersebab arogansi kekuatan, kezhaliman serta kekufuran mereka kepada Allah swt. dan rasul-Nya.

Tulisan ini coba memaparkan aspek historis-geografis, asal-usul dan sebab-sebab kepunahan kaun ‘Ad serta ibrah-hikmah yang dapat kita petik, untuk menata, merefleksi sistem kehidupan kita yang lebih baik pada mileniuim ketiga, pasca reformasi ini.

Asal-usul Kaum ‘Ad

Salah Satu bangsa/kaum yang diungkap al-Quran secara rinci perjalanan sejarahnya adalah bangsa ‘Ad. Allah swt. mengutus rasul-Nya, Nabi Hud as. untuk menyampaikan risalah da’wah Islam kepada mereka. Nabi Hud as. berasal dan keturunan Abdullah lbnu Rabah Ibnu al-Khulud Ibnu ‘Ad Ibnu ‘Aus Ibnu Iram. Al-Khulud adalah salah satu kabilah kaum ‘Ad, yang menurut para sejarahwan terdiri atas 11 kabilah.

Para ahli sejarah sepakat membagi bangsa Arab kuno menjadi tiga kelompok. Yaitu Arab Ba’idah, Arab ‘Aribah dan Arab Musta’ribah. Arab Ba’idah terbagi menjadi beberapa kaum, di antaranya kaum ‘ad dan Tsam ud. Kaum ‘Ad berasal dari keturunan ‘Ad bin Aus bin Aram. Aram adalah anak Sam bin Nuh (salah satu putra Nabi Nuh as). Para sejahrahwan menbagi kaum ‘Ad dalam dua fase/periode. yaitu kaum ‘Ad fase pertama (2200 SM sampai 1500 SM) dan kaum ‘Ad fase kedua (hidup sampai permulaan era Kristen). Kaum ‘ad merupakan penerus kaum Nuh (al-A’raf/7:69).

lstilah ‘Ad dalam bahasa Ibrani (Hebrew) berarti: “tinggi dan masyhur”. Sedangkan kata Aram, dalain bahasa Arab, berarti gunung dan batu, tonggak. Pada masa kehidupan kaum ‘Ad (periode pra-lslam), sistem penanggalan banyak dipakai di Arab. Oleh karena itu, masa kehidupan Arab Ba’idah sulit ditentukan. Tapi berdasarkan pembuktian para sejarahwan Arab, kaum ‘Ad hidup sebelum tahun 3000 SM.

Pada umumnya, diakui bahwa kemajuan bangsa Semit terjadi pada tahun 2200 SM atau 2000 SM. Pada tahun-tahun itu mere.a menyerbu Mesir dan Babylonia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa zaman ‘Ad-I-Aram dimulai tahun 2200 SM. Pada tahun 1500 SM muncul kekuatan dari Yaman (yakni masa sesudah kelahiran Nabi Musa as). Berarti pada waktu itu kaum ‘Ad I telah tidak ada,seluruhnya. Berdasarkan semua itu, dapat disimpulkan bahwa kaum ‘Ad pertama hidup mulai tahun 2200 SM dan berakhir sebelum 1500 SM (kira-kira tahun 1700 SM). Kaum ‘Ad pertama dimusnahkan Allah (an-Najm/53:30), sebelum zaman Musa as. dan Fir’aun. Adapun kaum ‘Ad kedua, sejumlah orang-orang yang beriman di antara kaum ‘Ad, yang diselamatkan oleh Allah, hidup terus dari generasi ke generasi sampai permulaan era kristen. Orang-orang Yunani menyebut mereka Oditai ‘Ad atau Adramitai (Ad -I- Aram), seperti tertutis dalam catatan mereka tentang penghuni Hadramaut dan Yaman. Tempat Kediaman Kaum ‘Ad
Pada umumnya, para sejarahwan berpendapat bahwa tempat asal kaum ‘Ad adalah Yaman. Tetapi sulitnya, tidak ada tempat tertentu yang ditetapkan sebagai tempat asal. Al-Quran hanya menyebutkan tempat kaum ‘Ad di Ahqaf (dataran pasir). Allah berfirinan:

“Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad yaitu ketika dia memberikan peringatan kepada kaumnya di al-Ahqaf / bukit-bukit posir” (QS. at –Ahqaf / 46:21).

Dalam terminologi geografi modern, al-Ahqal adalah padang pasir terkenal yang terletak di sebelah selatan dan utara Arabia. Kota-kota al-Ahqaf memanjang melalui Oman, Yamania, Bahrain, Hadramaut, dan bagian barat Yaman. Dengan demikian, tempat kediaman kaum ‘Ad merupakan bagian terbaik di Arabia. Yaitu Yaman dan Hadramaut, tersebar dari pantai teluk Persia sampai perbatasan Mesopotamia (Irak). Dan sinilah mereka bertolak dengan mudah dan aman bila hendak bepergian jauh. Negeri Yaman di sebelah selatan berbatasan dengan taut Arabia, Laut Merah (sebelah barat), Hijaz, Nejed, dan Yamama (sebelah timur), serta Oman dan Bahrain (sebelah utara).

Adapun Hadramaut terletak di pantai lautan India, sebelah utara berbatasan dengan lautan India, Rub’al - Khali dan Ahqal (sebelah selatan) dan San’a (sebelah barat). Kaum ‘Ad juga telah mendirikan kota Iram, terletak di gunung Ram, sekitar 25 mil dari Aqabah. Di samping di beberapa kawasan tersebut kaum ‘Ad juga per.ah mendiami daerah Babylonia, Mesir, Assyria, Persia, Phoenicia, Cartago, dll. Kehancuran Kaum ‘Ad Sebagaimana telah disebutkan, kaum ‘Ad hidup semasa dengan Nabi Hud as. Nabi Hud as. diutus Allah untuk membimbing kaum ‘Ad ke jalan yang benar. Dalam hal itu Allah berfirman yang artinya:

Dan Kami telah meugutus kepada kaum ‘Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hal kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhau bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya?” (QS. 7:65).

Nabi Hud as. menyeru kaum ‘Ad untuk beribadah kepada Allah swt. semata, dan meninggalkan segala bentuk penyembahan terhadap berhala-berhala. Namun sebaliknya kaum ‘Ad beritikad bahwa berhala-berhala itu merupakan sekutu Allah, dan bisa memberikan pertolongan di sisi Allah.
Selanjutnya, al -Quran mendeskripsikan panjang lebar liku-liku perjalanan da’wah Nabi Hud as. kepada kaumnya (QS. al-A’raf/7: 65-72, Hud/l1: 50: 40, Al-Ahqaf/46: 21-25). Berbagai ajakan, dialog, aduargumentasi, sampai pada seruan Nahi Hud as. agar kaumnya bertaubat, dipaparkan dalam al-Quran secara rinci (QS asy-Syuara/26: 123-140).

Pada intinya, kaum ‘ad menolak da’wah Nabi Hud as. dengan sejunilah faktor, antara lain:

a. Arogansi kekuasaan

Kaum ‘menyombongkan kekuatannya dan berkata: “Man asaddu minna quwwa /Siapakah yang lebih, uiggul dari kami dalam hal kekuatan? Allah berfirman yang artinya: Adapun kaum ‘Ad Mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami? (QS. Fushilat/41:15)

b. Penindasan dan kezhaliman

Kaum ‘Ad suka berlaku zhalim, menindas dan menyiksa orang-orang yang dibawah kekuasaannya (QS. 26: 130, Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis). Dalam hal ini Josephus juga menceritakan kezhaliman kaun ‘Ad. Ia menuliskan:
Tuhan pun menolak kami, dan datanglah dengan liba-tiba orang-orang keturunan gembel dan arah timur, yang begitu beraninya datang ke negeri kami dan menundukkan kami dengan kekuatan, tapi tanpa kami sempat berperang dengan mereka, sehingga setelah mereka menguasai kami, merekapun membakar kota-kota serta candi-candi kami (Josephus, vol. IV. p. 338, Sejarah Geografi Quran).

c. Tidak beriman/kafir kepada Allah dan Rasul-Nya

Sebagian besar kaum ‘Ad sejak awal tidak mempercayai seruan da’ wah Nabi Hud as. Mereka mengufuri Allah dan rasul-Nya. Allah berfirman yang artinya:

Ingatlah, sesungguhnya kaum ‘Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. (QS. 11: 60).

Akhirnya, setelah adu argumentasi antara Nabi Hud as. dan kaum ‘Ad mengalami deadlock, dan kaum ‘Ad tetap bersikukuh pada kekufurannya, Allah-pun menurunkan siksa/adzab kepada kaum ‘Ad pertama. Allah swt. meniupkan angin yang amat kencang lagi membinasakan selama tujuh malam delapan hari terus menerus. Angin tersebut tidak membiarkan sesuatupun yang dilandanya, melainkan dijadikannya sepenti serbuk (QS. adz-Dzaryat/51: 41-42). Kaum ‘Ad yang menyekutukan Allah dan tidak mengimani risalah Nabi Hud as. pada waktu itu mati bergelimpangan, seakan-akan mereka tunggul-tunggul kurma yang telah lapuk, dan tidak seorangpun yang tersisa (tinggal) di antara mereka (al-Haaqqah/69: 7-8). Kecuali nabi Hud as. dan orang-orang yang beriman bersamanya. Allah telah menyelamatkan mereka dengan rahmat dari-Nya (QS. 11:58). Kemudian Nabi Hud as. dan pengikutnya pindah ke Hijaz (sebelum malapetaka itu datang). Inilah awal mula sejarah kehidupan kaum ‘Ad kedua, setelah kaum ‘Ad pertama dibinasakan oleh Allah swt. (QS. 53:50-51). Sepeninggal Nabi Hud as. lahirlah seorang raja yang cerdas dan bijaksana, seorang di antara keturunan mereka yang selamat, yang bernana Luqman. Cerita kearifan dan kecerdasan Luqman ini juga diabadikan dalam al-Quran (QS. Luqman/31: 12-19).

Hikmah dan Ibrah

Kisah kaum ‘Ad, barangkali sudah terputus ribuan generasi dengan kita yang hidup uda menjelang millennium ketiga. Tetapi secara essensial sebenarnya tak jauh beda dengan nilal -nilai universal dan arus global yang berlangsung dewasa ini. Bahwa anakhis, kezahliman penindasan, arogansi, kekufuran, serta penolakan terhadap risalah Nabi merupakan fenomena di zaman masyarakat modern yang senantiasaberlangsung dipagelarkan dari generasi ke generasi jahiliyah. Thus,, apa bedanya; selain soal zaman dan kemasan kejahiliyahan. Padahal jelas, mereka pasti berakhir dengan malapetaka dan kehancuran. Dalam diplomasi politik modern, kecenderungan ini dapat dilihat secara kasat mata, transparan, kalau tidak boleh dikatakan telanjang bulat. Lihatlah, banyak manusia kini berlomba-lomba dari beragam pusaran ideologi untuk mengeliminasi eksistensi politik Islam dalam percaturan politik, dengan berbagai makar dan tipudaya. Mereka coba menerap-paksakan Ideologi dan teori-teori masyarakat modern, untuk menafikan sistem Islam, dalam tatanan masyarakat dunia. Igatlah, bahwa arogansi kekuasaan, penindasan, anarkhisme, kekufuran, dll. yang kini dipraktikkan ulang oleh ummat manusia modern, baik dalam skala global, regional, maupun local, cepat atau lambat pasti akan berujung dengan malapetaka dan kehancuran, sebagaimana kaum ‘Ad. Dan itu merupakan sunnatullah sejarah.Bukankah sekarang telah kita lihat dengan kasat mata, ketidakadilan dan anarkhisme internasional telah dipraktikkan di mana-mana, di pelbagai bidang kehidupan, serta manusia cemas dengan masa depannya sendiri tersebab meninggalkan agamanya. Walakunna aktsarannasi la ya’lamun

0 komentar: