Senin, 10 September 2018

Sapi Merah Sempurna Telah Lahir, Akhir Zaman Semakin Dekat

Seekor sapi merah yang diklaim sempurna terlahir di wilayah Palestina yang dijajah Zionis-Israel. Kelahiran anak sapi merah ini dinyatakan yang pertama kali dalam 2.000 tahun dan dikaitkan dengan tanda dekatnya hari kiamat.
The Temple Institute mengumumkan kelahiran anak sapi merah tersebut. Hewan itu kini menjalani pemeriksaan ekstensif oleh para rabbi Yahudi. Menurut institut tersebut, warna kulit hewan itu “merah sempurna” atau tanpa noda maupun cacat.
“Anak sapi betina merah membawa janji untuk mengembalikan kemurnian Alkitab kepada dunia,” kata The Temple Institute dalam pengumumannya. Tak disebutkan secara rinci tanggal dan lokasi kelahiran anak sapi tersebut.
Mengutip Daily Mirror, Sabtu (8/9/2018), dalam kepercayaan Kristen maupun Yahudi, kisah sapi merah terkait dengan nubuat “akhir zaman”.
Kelahiran dan pengorbanan sapi merah disebutkan mengawali pembangunan Bait Suci (Kuil Suci) Ketiga di Yerusalem. Di kalangan Yahudi Ortodoks, pembangunan kembali Bait Suci Ketiga akan terjadi sebelum kedatangan Mesias.
Dua Kuil Suci sebelumnya telah hancur. Namun, The Temple Institute dan organisasi lain telah dibentuk dengan tujuan membangun Bait Suci Ketiga di Gunung Moriah atau Temple Mount.
Beberapa teolog juga percaya bahwa pembangunan Bait Suci Ketiga dikaitkan dengan “Hari Penghakiman” atau “akhir zaman”.
Direktur The Temple Institute, Rabbi Chain Richman, percaya sekarang saatnya membangun Bait Suci Ketiga setelah kelahiran anak sapi merah.
Video di saluran YouTube The Temple Institute menunjukkan anak sapi dengan induknya di sebuah situs. “Kelahiran sapi merah sempurna lahir di tanah (Palestina yang dijajah Zionis) Israel,” bunyi keterangan video tersebut.
Anak sapi itu menjalani pemeriksaan ekstensif oleh para rabbi Yahudi untuk meyakinkan bahwa hewan itu kandidat yang layak untuk sapi merah seperti yang dimaksud dalam kitab suci.
Namun, anak sapi itu bisa didiskualifikasi karena “penyebab alami”. Pihak The Temple Institute telah mendirikan program “Pembiakan Sapi Merah di Israel” tiga tahun lalu.
Mereka telah berharap untuk membiakkan sapi merah sempurna dan embrio beku sapi angus merah telah diimpor ke wilayah Palestina yang dijajah Zionis Israel dan ditanamkan ke sapi domestik.
Breaking Israel News melaporkan bahwa dewan rabbi sedang memverifikasi sapi yang memenuhi persyaratan nubuat hari kiamat. Nubuat itu mengatakan sapi harus merah tanpa cacat. (EM)

Video :


Rabu, 23 Mei 2018

Salju Turun di Gurun Sahara Afrika, Apakah Kiamat Memang Tak Lama Lagi?
Terjadi fenomena alam yang langka dikawasan Gurun Sahara wilayah Ain Sefra, Aljazair, dimana di daerah ini turun salju setebal 40 cm.
Dalam keadaan biasa, gurun Sahara merupakan salah satu tempat paling panas dan kering di dunia. Panasnya bisa mencapai 50 derajat Celcius.
Berikut ini foto penampakan salju di Gurun Sahara seperti dilansir detik, Selasa (9/1/2018)









Sumber (Em)
Lembah Tayeh di Saudi Menghijau

SEJAK beberapa pekan di bulan April 2018, sejumlah daerah di Arab Saudi terus diguyur hujan. Hingga sebagiannya ditumbuhi tanaman hijau yang cukup subur, salah satunya di Lembah Tayeh. 

Lembah Tayeh di wilayah Asir Saudi telah disebutkan dalam tulisan puitis sejak hampir seribu tahun lalu. Letaknya, dekat pegunungan Sarawat bagian timur dan membentang sampai ke Laut Merah di barat.
Fotografer Saudi Ali Maroui telah mendokumentasikan hasil jepretannya secara alami. Seperti dilaporkan Al Arabiya, pada 23 April lalu, dia mengatakan bahwa lembah itu dianggap sebagai lokasi penting untuk irigasi pertanian selama musim hujan.
“Ini juga dianggap sebagai ruang hidup yang besar karena banyaknya peternakan dan sangat ideal untuk membiakkan ternak dan merumput,” ujarnya.
“Musim hujan telah mengubah tempat ini menjadi sesuatu seperti lukisan yang indah, dan membuat wilayah itu sungguh ideal untuk menggembalakan unta. Peternakan di sekitarnya telah dikaitkan dengan lembah Tayeh di mana air hujan jatuh dari lerengnya untuk mengairi mereka,” tambah Maroui.
Hijaunya wilayah Saudi yang kering merupakan pertanda akhir zaman. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai,” (HR Muslim, kitab az-Zakaah, bab Kullu Nau’in minal Ma’ruuf Shadaqah (VII/97, Syarh an-Nawawi).
Yang nampak jelas dari hadits di atas bahwa negeri-negeri Arab akan dilimpahi dengan air yang banyak, sehingga menjadi beberapa sungai, tumbuh di atasnya berbagai macam tumbuhan sehingga menjadi padang rumput, kebun-kebun, dan hutan-hutan.
Bukti yang mendukung pendapat ini adalah munculnya di zaman ini sumber-sumber air bagaikan sungai, dan tumbuh di atasnya berbagai macam tanaman, dan akan terbukti segala hal yang dikabarkan oleh Nabi SAW.
Mu’adz bin Jabal ra telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda pada perang Tabuk: “Sesungguhnya kalian -insya Allah- akan mendatangi mata air Tabuk esok hari, dan sesungguhnya kalian tidak akan mendatanginya sehingga siang sudah meninggi (waktu dhuha). Barangsiapa dari kalian mendatangi-nya, maka janganlah ia menyentuh airnya sedikit pun hingga aku tiba. ‘Akhirnya kami datang dan ternyata ada dua orang yang telah menda-hului kami. Mata air itu bagaikan tali sandal yang mengucurkan sedikit air. Mu’adz berkata, Rasulullah SAW bertanya kepada keduanya, ‘Apakah kalian berdua telah menyentuh sedikit dari airnya?’ Keduanya menjawab, ‘Betul,’ lalu Rasulullah SAW mencerca keduanya dan mengatakan berbagai hal kepada keduanya. Mu’adz berkata, ‘Kemudian mereka menyiduk air dari mata air sedikit demi sedikit, sehingga air tersebut terkumpul di suatu wadah.’ Mu’adz berkata, ‘akhirnya Rasulullah SAW mencuci kedua tangan juga muka di dalamnya, lalu beliau mengembalikan air tersebut ke dalam mata air, kemudian mata air itu memancarkan air dengan jumlah yang sangat banyak. Rasulullah lalu berkata, ‘Dengan melimpah,’… sehingga semua orang bisa memakainya. Akhirnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Hampir saja wahai Mu’adz! Seandainya umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat tempat ini dipenuhi dengan kebun-kebun.’” (HR Muslim, kitab al-Fadhaa-il, bab Mukjizaatun Nabiyyi J [XV/40-41], Syarh Muslim).(Ip).

Senin, 04 Desember 2017

Ulama Yang Dekat Dengan Penguasa

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rab semesta alam, shalawat beriring salam kita haturkan kepada nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman, Amma ba’du.
Di tengah hiruk-pikuk fitnah akhir zaman, umat Islam merindukan sosok alim amil yang dapat memberikan penerangan untuk melewati kegelapan dan suramnya fitnah ini, namun sangat disayangkan, dewasa ini kita mendapatkan sosok yang disebut dengan alim atau syaikh yang tidak memberikan penerangan namun malah mengeluarkan syubhat-syubhat yang membingungkan umat, hal itu dikarenakan kedekatan mereka dengan para penguasa.
Padahal jauh-jauh hari Rasulullah mewanti-wanti umatnya akan hal ini, sebgaimana disebutkan pada hadit dan atsar berikut ini,

وأخرج أحمد   في مسنده، والبيهقي بسند صحيح، عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله  عليه وسلم: « من بدا جفا، ومن اتبع الصيد غفل، ومن أتى أبواب السلطان افتتن، وما ازداد أحد من السلطان قرباً، إلا ازداد من الله بعداً

Dari Abi Hurairah radiallahu anhu, Rasulullah bersabda, “Siapa tinggal di pedalaman maka perangainya keras, dan siapa sibuk dengan berburu maka akan lalai, serta siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa terkena fitnah, tidak seseorang semakin dekat dengan penguasa maka akan bertambah jauh dari Allah.” (HR. Ahmad dan Baihaqi dengan sanad shahih)

وأخرج ابن ماجه، عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه  وسلم: « إن أبغض القراء إلى الله تعالى الذين يزورون الأمراء

Dari Abi Hurairah radiallahu anhu, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya qurra yang paling dibenci Allah ialah yang mendatangi penguasa.” (HR. Ibnu Majah)

وأخرج الطبراني في « الأوسط » بسند رواته ثقات، عن ثوبان رضي الله عنه مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يا رسول الله من أهل البيت أنا؟ فسكت، ثم قال في الثالثة: « نعم ما لم تقم على باب سدة، أو تأتي أميراً فتسأله
قال الحافظ المنذري في « الترغيب والترهيب » المراد بالسدة هنا، باب السلطان ونحوه.

Dari Tsauban radiallahu anhu berkata,” Ya Rasulullah, apakah saya termasuk ahli bait,?” Rasulullah pun diam, sampai pada ketiga kali,beliau menjawab, “ya selama engkau tidak berdiri pada pintu penguasa, atau mendatangi penguasa dan meminta padanya.” (HR. Thabrani dalam Al Ausath)

وأخرج الترمذي وصححه، والنسائي، والحاكم وصححه، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «سيكون بعدي أمراء، فمن دخل عليهم فصدقهم بكذبهم، وأعانهم على ظلمهم، فليس مني، ولست منه، وليس بوارد علي الحوض، ومن لم يدخل عليهم، ولم يعنهم على ظلمهم، ولم يصدقهم بكذبهم، فهو مني، وأنا منه، وهو وارد علي الحوض

Akan ada sepeninggalanku para penguasa, maka siapa yang mendatanginya dan membenarkan kebohongannya, menolong atas kedhalimannya, buka golonganku, serta aku bukan golongan dia, dan tidak akan memasuki haudh, dan siapa saja yang tidak mendatanginya,tidak menolongnya atas kedahlimannya, tidak membenarkan kebohongannya, termasuk golonganku dan akan memasuki haudh. (HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Al-Hakim)

وأخرج الديلمي، عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يكون في آخر الزمان علماء يرغبون الناس في الآخرة ولا يرغبون، ويزهدون الناس في الدنيا ولا يزهدون، وينهون عن غشيان الأمراء ولا ينتهون

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Akan ada pada akhir zaman ulama’ menyeru manusia untuk cinta akhirat sedangkan ia sendiri tidak mencintainya, menyeru manusia zuhud pada dunia, ia sendiri tidak berlaku zuhud.” (HR.Dailami)

وأخرج الديلمي عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن الله يحب الأمراء إذا خالطوا العلماء، ويمقت العلماء إذا خالطوا الأمراء، لأن العلماء إذا خالطوا الأمراء رغبوا في الدنيا، والأمراء إذا خالطوا العلماء رغبوا في الآخرة

Dari Umar bin Khattab, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Alah mencintai penguasa yang berinteraksi dengan ulama’. Dan membenci ulama’ yang mendekati penguasa, karena ulama’ ketika dekat dengan penguasa yang diinginkan dunia, namun jika penguasa mendekati ulama inginkan akhiratnya.” (HR. Dailami)

ذهب جمهور العلماء من السلف، وصلحاء الخلف إلى أن هذه الأحاديث والآثار جارية على إطلاقها سواء دعوه إلى المجيء إليهم أم لا، وسواء دعوه لمصلحة دينية أم لغيرها. قال سفيان الثوري: « إن دعوك لتقرأ عليهم: قل هو الله أحد، فلا تأتهم » رواه البيهقي

Mayoritas ulama salaf dan orang shalih dari kalangan khalaf berpendapat bahwa hadits-hadits dan atsar diatas berlaku secara muthlaq, baik ia diundang untuk mendatanginya atau tidak, baik ia diaundang untuk kemaslahatan dunia atau selain itu. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “ jikalau penguasa mengundangmu untuk mengajari mereka qul huwa llahu ahad, maka jangan engkau datangi.” (HR. Baihaqy)

قال البخاري في تاريخه: « سمعت آدم بن أبي إياس يقول: شهدت حماد بن سلمة ودعاه السلطان فقال: اذهب إلى هؤلاء! لا والله لا فعلت »

Imam bukhari menyebutkan dalam kitab tariknya, “ aku mendengar Adam bin Abi Iyas berkata,” “ aku menyaksikan hamad bin Masalamah, ketika itu ia diundang penguasa,”datangilah mereka,” beliau menjawab,” Demi Allah, aku tidak akan melakukannya.”

وروى غنجار في تاريخه عن ابن منير: أن سلطان بخاري، بعث إلى محمد بن إسماعيل البخاري يقول: احمل إليّ كتاب « الجامع » و « التاريخ » لأسمع منك. فقال البخاري لرسوله: « قل له أنا لا أذل العلم، ولا آتي أبواب السلاطين فإن كانت لك حاجة إلى شيء منه، فلتحضرني في مسجدي أو في داري

Di riwayatakan dari Ginjar di kitab tarikhnya, dari Ibnu Munir, “ penguasa Bukhara mengutus seseorang untuk mendatangi Imam Bukhari, seraya berkata, bawakan kepadaku kitab Al Jami (Shahih Bukhari) dan kitab Tarikh supaya aku dapat mendengar darimu, Imam Bukhari menjawab, “ katakan padanya, aku tidak akan menghinakan ilmu, dan aku tidak akan mendatangi pintu-pintu penguasa, jika ia butuh sesuatu dari kitab tersebut, suruh ia mendatangi masjid atau rumahku.”

وقال ابن باكويه الشيرازي في « أخبار الصوفية»: « حدثنا سلامة بن أحمد التكريني أنبأنا يعقوب ابن اسحاق، نبأنا عبيد الله بن محمد القرشي، قال: كنا مع سفيان الثوري بمكة، فجاءه كتاب من عياله من الكوفة: بلغت بنا الحاجة أنا نقلي النوى فنأكله فبكى سفيان. فقال له بعض أصحابه: يا أبا عبد الله! لو مررت إلى السلطان، صرت إلى ما تريد! فقال سفيان: « والله لا أسأل الدنيا من يملكها، فكيف أسألها من لا يملكها

Telah bercerita Ibnu Bakawaih Asy-Syairazi dalam Akhbar Shufiyah, “ telah berkata kami Salamah bin Ahmad at-Tukrini, mengabarkan pada kami Ya’qub bin Ishaq , mengabarkan pada kami Ubaidillah bin Muhammad A-Qurasyi, ia berkata,” kami bersama Sufyan Ats-Tsauri di Makkah, tiba-tiba datang surat dari keluarganya di Kufah, yang berisi, “ kami ditimpa kesusahan ekonomi sampai kami menggoreng kulit biji-bijian kemudian memakannya, “ maka Sufyan menangis setelah membacanya, lalu sebagian sahabatnya memberi saran kepadanya, “ Wahai Abu Abdillah! Kalau seandainya engkau mau mendatangi  penguasa, pastinya dapatkan apa yang engkau inginkan,” Imam Sufyan At-Tsauri menimpali, “Demi Allah, aku tidak meminta dunia kepada yang memilikinya (Allah), maka bagaimana mungkin aku memintanya pada yang tidak memilikinya.”

وقال محمد ابن مسلمة:  الذباب على العذرة، أحسن من قارئ على باب هؤلاء

Muhammad bin Maslamah berkata, “ lalat di atas kotoran lebih baik dari ulama yang berada di pintu penguasa.”
Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menulis satu bab tetang berinteraksi dengan penguasa, dan hukum mendekati mereka, beliau rahimahullah berkata, “ ketahuilah bahwa interaksimu terhadap penguasa dan pejabat yang dhalim, ada tiga keadaan,
keadaan pertama, adalah yang paling buruk yaitu memasuki pintu-pintu penguasa.
Yang kedua, yang bahayanya lebih sedikit, yaitu ia berusaha mendekatimu.
Yang ketiga, yang paling selamat, engkau menjauhi mereka, engkau tidak melihatnya, begitupula sebaliknya.
Adapun yang pertama, maka sangat tercela dalam syariat, dengan adanya beberapa ancaman dan peringatan sebagaimana disebutkan dalam hadits dan atsar diatas, berkata Sufyan Ats-Tsauri, “ di neraka ada suatu lembah yang tidak dihuni kecuali oleh para ulama yang mendekati pintu-pintu raja.” (Em/kl/pm)

Sabtu, 10 Juni 2017

Islam akan kembali asing

Islam lahir di antara dua raksasa kekuatan besar, imperium katolik Romawi dan kerajaan Persia penyembah api. Islam lahir ditengah ritual syirik yang mengakar kuat dikalangan arab quraisy ketika itu, Islam lahir dalam keteraingan tauhid. Dan Raulullah mengabarkan bahwa Islam akan kembali asing sebagaimana pula kelahirannya.

Ketika Rasulullah pertamakali diutus sebagai nabi dan rasul, sungguh seluruh kota Mekah menolaknya. Seruan dakwah yang beliau sampaikan terasa asing bagi kebanyakan penduduk. Seruan untuk kembali kepada Allah serasa aneh karna akan menggeser budaya menyembah kuburan dan berhala patung. Ajakan bertauhid kepada penduduk mekah membuat mereka gusar, karena selain akan menggeser budaya lokal juga akan mematikan mata pencaharian para dukun dan pembuat patung. Tidak jarang Rasulullah dan para sahabat yang masih sedikit kala itu mendapat perlakuan kasar dari mayoritas penduduk, beruntung Rasulullah didampingi oleh Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib yang setia mengawal lahirnya Islam sampai akhir.

Islam kemudian berjalan generasi demi generasi, tak luput dari upaya pembelokan keyakian yang dimilikinya, sedikit demi sedikit ajaran Islam kian pudar dikalangan umat manusia. Dari hari ke hari kebanyakan manusia seakan tidak mengerti apa itu Islam, Islam dirasa sadis, Islam dekat dengan teror, Islam anti kebebasan, ujungnya adalah Islamophobia, takut akan Islam. Inilah akhir zaman, dimana firman Allah terbukti dan menghantam logika kita,

“Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar) Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqarah : 120)

Genggam erat agama ini dengan kuat, Gigit dengan Geraham kita, teguhkan iman dalam hati dengan sebenar-benarnya iman, karna Rasulullah mengabarkan,

“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah, diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. (HR. Al-Bukhori)

Islam pada awalnya muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing, maka beruntunglah mereka yang merasa dirinya asing. Inilah sebuah pesan yang pernah disampaikan oleh Rasulullah untuk kita dan umat akhir zaman nanti. Islam pertamakali muncul di tengah-tengah masyarakat arab jahiliyah kerika itu benar-benar dalam keadaan asing. Kebiasaan masyarakat yang menyembah patung, berhala dan kuburan harus dirombak dengan kebiasaan baru, yaitu menyembah Allah Jalla Jalalu. Pertentangan datang dalam beragam bentuk, dari cara hasutan halus hingga kekerasan lemparan batu. Apa saja yang disampaikan Rasulullah mereka menolaknya. Keadaan seperti ini sepertinya tidak berbeda jauh dengan masa kelahiran Islam, setelah empat belas abad Islam lahir, kini Islam sepertinya asing dan berat untuk dijalankan. Apa pasalnya?. Bisa jadi ibadah kidah mengendur dan dikerjakan hanya sebagai syarat pembatal kewajiban, bisa jadi iman kita tak lagi bersangkar di jiwa tapi pemanis status dibibir dan kartu tanda penduduk. Banyak diantara ibadah sunnah dan wajib yang pada saat ini tidak dikerjakan oleh ummat, bisa jadi karna kesibukan dunia. Rapat dikantor yang menyita waktu, terjebak kemacetan dijalan raya, atau memang lupa waktu. Tapi yang bahaya adalah ketika seorang muslim tidak mengerjakan ibadahnya karena takut dibilang alim, padahal ibadah adalah wajib, pengisi dahaga rohani, menjadi jembatan komunikasi antara kita dengan Allah Azza Wajalla.

Gerakan Islamophobia membuat orang menjadi takut melaksanakan ibadah. Tidak sholat karna juragan yang melarang dan masjid yang sangat jauh dari tempat tinggal, tidak puasa dibulan Ramadhan karna semua teman kantor juga tidak berpuasa, tidak mau berzakat karna tidak merasakan manfaat instan. Bila sampai pada posisi seperti ini, menjadi seorang muslim pastilah sangat berat, sebagaimana Rasulullah saw bersabda :

“Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang merasa dirinya asing”. (HR. Muslim)

Dalam keterasingan yang sudah disebutkan, Rasulullah memuji orang-orang yang merasa dirinya asing dengan kalimat “ Maka beruntunglah orang-orang yang merasa dirinya asing”. Para ulama menafsirkan kalimat itu ditujukan kepada orang-orang yang senatiasa istiqomah diatas agama Allah Azza Wajalla, memurnikan tauhid serta mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Allah swt. Merekalah orang-orang yang senantiasa menjaga shalat, membayar zakat, mengerjakan puasa, bepergian haji dan senantiasa mengerjakan amalan lain yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

“Ada sahabat yang bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah orang yang asing itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang berbuat baik jika manusia telah rusak.” (HR. Ahmad dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani).

Bahkan Allah Azza Wajalla memberikan tempat khusus bagi kita yang berjalan pada jalan Allah, bagi kita yang merasa asing karna memeluk agama Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta.” (QS. Fushilat : 30-31)

Orang yang berpegang teguh dengan agama Islam pasti akan dianggap asing terhadap orang yang benci terhadap Islam. Bahkan banyak yang tadinya teman dan sahabat mendadak ikut mencela dan memusuhinya. Hidup memegang agama tauhid seperti memegang bara api.

“Sebab dibelakang kalian ada hari-hari (yang kalian wajib) bersabar. Bersabar pada waktu itu seperti seseorang yang yang memegang bara api, dan orang yang beramal pada saat itu pahalanya sebanding dengan lima puluh kali amalan prang yang beramal seperti amalannya.” Abu Tsa’labah bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang dari mereka?” Beliau menjawab, “(Bahkan) seperti pahala lima puluh orang dari kalian.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Besarnya keutamaan manusia yang terasing ketika mengerjakan ibadah secara baik dan benar ditengah perbuatan hedoni semua orang. Mendatangi masjid untuk halat berjamaah ketika semua orang memilih berteduh di mall megah, atau ramai berkumpul di food card mencari makanan baru. Walaupun mereka berada dalam keterasingan, sejatinya merekalah orang-orang yang dijaga oleh Allah Azza Wajalla. Keterasingan sama sekali tidak membuatnya risih, justru keterasingan memacu semangatnya menjauhi jalan yang sesat.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. al-An’am : 116)

Diantara tanda-tanda akhir zaman, zaman sebelum datangnya hari kiamat, akan ada hari-hari yang didalamnya tersebar kejahilan yang disebabkan oleh malasnya manusia. Rasulullah bersabda :

“Sesungguhnya didepan hari kiamat, ada hari-hari yang kejahilan diturunkan didalamnya, dan ilmu diangkat.” (HR. Al-Bukhori)

Ditengah kabut kejahilan yang menyelimuti manusia, tersebarlah berbagai macam maksiat berupa pembunuhan, pencurian, perzinahan, ketamakan terhadap harta dan kemaksiatan-kemaksiatan yang lainnya. Ini semua di akibatkan oleh hilangnya ilmu agama yang bermanfaat ditengah manusia. Rasulullah saw bersabda dalam hadist yang lain :

“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah (masalah), diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. (HR. Al-Bukhori)

Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari manusia, akan tetapi Allah matikan para ulama, sehingga manusia bisa mengangkat pemimpin-pemimpin jahil diantara mereka, maka lihatlah apakah sudah berlaku pada zaman ini?

Ketika janji kampanye akan mensejahtrakan rakyat, tapi semua kebutuhan vital justru dibuat mahal. BBM naik berkali lipat atas nama pasar bebas, Listrik ikut naik atas nama pemerataan, gas untuk memasak didapur juga naik berkali-kali entah atas nama apa. Mengaku peduli pada rakyat tapi hampir saja memberikan fasilitas mobil mewah untuk sesama pejabat. Mengaku independen dan tidak mudah diatur, tapi memberikan jabatan strategis karna pesanan pemilik partai. Mengaku demokratis dan dekat dengan Islam, tapi membredel belasan media Islam di negeri ini tanpa klarifikasi atas tuduhan radikalisme, Astagfirullahal Adzim……!

Realita umat yang ada sekarang ini menggambarkan kepada kita bahwa apa yang disampaikan Rasulullah saw benar-benar terjadi. Ulama seakan tak berdaya dan tak didengar lagi nasehatnya, ironisnya malah justru dikriminalisasi dengan berbagai tuduhan yang tak jelas dan terkesan dibuat-buat. Dalam hal ini wajar saja jika masyarakat mengangkat pemimpin-pemimpin yang jahil. “Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah, diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. Wallahu A’lam

Sejarah membuktikan bahwa hingga saat ini Islam mempunyai banyak sekali golongan, terutama zaman khalifah sayyidina Ali bin Abu Thalib, mulai muncul gerakan dan golongan yang mempunyai perbedaan dalam masalah akidah. Ini adalah fakta yang tidak dapat kita tolak, karna Rasulullah pernah menyatakan bahwa nanti umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan masuk surga. Mereka itu adalah al-Jama’ah.

“Dari Auf bin Malik ia berkata, Rasulullah saw bersabda : “Yahudi terpecah menjadi 71 (Tujuh Puluh Satu) golongan, satu (golongan) masuk surga dan yang 70 (tujuh puluh) di neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang 71 (tujuh puluh satu) golongan di neraka dan yang satu di surga. Dan demi yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di surga, dan yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di neraka.” Ditanyakan kepada Beliau, siapakah mereka (satu golongan yang masuk surga itu) wahai Rasulullah?, Beliau menjawab, ‘Al-Jamaah’. (HR. Ibnu Majah)

Berdasarkan hadist ini, ada sebuah kesimpulan hukum, bahwa semua golongan yang ada akan masuk neraka, kecuali satu golongan yaitu Al-Jama’ah. Jumhur ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan Al-Jama’ah adalah orang-orang yang senantiasa berkumpul dengan para ulama dalam mengamalkan syariat Islam. Ummat yang tidak keluar dari koridor Al-Qur’an dan As-sunnah yang shahih, serta apa saja yang dianggap baik dan dilakukan oleh para sahabat Rasulullah tanpa terkecuali.

Makna ini sesuai dengan sabda Rasulullah tentang Al-Jama’ah. Beliau mengatakan, siapa saja yang berpegang kepadaku, sunnahku dan para sahabatku, apa saja yang dianggap baik dan dilakukan oleh para sahabatku, hendaknya setiap muslim bersatu dan berkumpul dalam petunjuk para ulama yang berpegang dengan Al-Qur’an dan As-sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah, tanpa dibatasi oleh sikap fanatisme golongan, tidak terbatas oleh keanggotaan ormas, partai atau organisasi apapun. Sebagaimana Firman Allah Azza Wajalla:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah atas nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran : 103)

Khazanah Islam