Rabu, 01 Maret 2017

Ghazwatul Ahzab, Syawal Dzulqa’dah 5 H/Februari-Maret 627 M


Bani Quraidhah Melibatkan Diri Dalam Kancah Konfrontasi

Salah satu qabilah Yahudi yang masih ‘ada di Madinah ketika itu ialah Bani Quraidhah. Bani Quraidhah ini sebelumnya telah mengadakan perjanjian dengan Rasulullah. Antara Lain:

Artinya: Kedua belah pihak (Musimin dan Yahudi) berkewajiban tolong-menolong dan bekerja sama untuk memerangi orang yang memerangi salah satu pihak yang telah terikat dalam perjanijian yang tertulis dalam naskah ini. Kedua belah pihak .masing-masing untuk saling menasehati dan berbuat baik serta menjauhkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa. Kedua belah pihak berkewajiban untuk bekerja sama memerangi setiap orang yang akan menyerang kota Madinah/Yatrib .

Namun dengan adanya perjanjian itu, tidak berarti bahwa Yahudi akan komitmen dengan kaum Muslimin. Huyay bin Akhtab, arsitek Yahudi dalam perang Ahzab, berupaya sekuat tenaga untuk merekrut Bani Quraidhah dalam persekutuannya. Selanjutnya Huyay bin Akhtab mendatangi Kaab bin Asad al-Qardhy. pimpinan Bani Quraidhah. Huyay berkata: Aku datang kepadamu dengan membawa pasukan Quraisy beserta para pemimpinnya yang telah kuturunkan di sebuah lembah di dekat Raumah dan suku Ghathafan beserta para tokohnya yang telah kuturunkan di ujung Nuqma di samping Uhud. Mereka telah berjanji kepadaku untuk tidak meninggalkan tempat sampai kita berhasil menumpas Muhammad dan orang-orang yang bersamanya. Ka’ab menjawab: “Demi Allah. kamu datang kepadaku dengan mernbawa kehinaan sepanjang zaman….

Celaka engkau wahai Huyay. Tinggalkanlah dan biarkanlah aku karena aku tidak melihat Muhammad kecuali sebagai seorang yang jujur dan setia”. Tetapi Huyay terus mendesaknya sampai akhirnya Ka’ab, bersedia membatalkan secara sepihak perjanjian tersebut dengan kaum Muslimin. dan bergabung dalam pasukan koalisi kaum kuffar. Demi mendengar berita pengkhianatan itu Rasulullah kemudian mengutus Sa’ad bin Muadz (ketua kaum Aus) dan Sa’ad bin Ubadah (ketua kaüm Khazraj) untuk mengecek kebenarannya. Dan ternyata benar berita tersebut. Bahwa Bani Quraidhah kini benar-benar telah melanggar perjanjian. Dengan demikian praktis kini kaum Muslimin tidak hanya menghadapi musuh dari depan dan samping saja melainkan juga dari belakang. Yaitu kemungkinan serangan dari Bani Quraidhah. Kemudian Rasulullah mengirimkan Maslamah bin Salam bersama 200 tentara dan Zaid bin Haritsah bersama 300 tentara untuk menjaga kota Madinah .

Ketika itu kaum Muslimin menghadapi musuh-musuhnya dari atas (pasukan Quraisy dan dari bawah (Bani Quraidhah). Amat besarlah ujian dan cobaan yang menimpa kaum Muslimin ketika itu. Situasi ini digambarkan dalam al-Qur’an:

(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahrnu,. dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ketenggorokan, dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan gancangan yang sangat.

Untuk sedikit meredam serangan keroyokan itu. Rasulullah bermaksud mengirimkan utusan kepada Uyanah bin Hishn (Bani Ghathafan) untuk menyampaikan pesan agar ia mau berdamai. dan mengundurkan diri dari medan peperangan. Sebagai konsesinya Rasulullah bersedia memberikan sepertiga hasil kurma Madinah. Namun maksud itu tidak terlaksana karena usulan Rasulullah ini ditolak oleh Sa’ad bin Muad dan lagi Bani Ghathafan meminta separoh dari hasil panen Kurma Madinah

Pengepungan Madinah al-Munawarah

Kini. pasukan koalisi itu bergerak menuju Madinah dan mendekati kubu kaum Muslimin. Ketika mereka mendekati Madinah. mereka melihat parit yang telah digali kaum Mustlimin. Mereka berkata:
"Demi Allah. sesungguhnya ini adalah taktik pertahanan yang tidak pernah dikenal oleh bangsa Arab".

Kemudian mereka mencari célah-celah dan jarak yang paling sempit untuk menerobos parit-parit itu. Selama pengepungan itu. terdapat tiga tentara Quraisy yang mampu menerobos parit. Yaitu Amer bin Abdu Wuud. lknimah bin Abi Jahl dan Dhirar bin Khattab. Salah seorang dari mereka. yakni Amer bin Abdu Wuud sampai ke dekat barisan kaum Muslimin. Ia berteriak-teriak menantang perang tanding.

Dari pihak kaum Muslimin majulah Ali bin Abi Thalib menghadapi tantangan Amer bin Abdu Wuud. seraya berkata: Hai Amer, kamu telah berjanji kepada Allah jika ada seorang Quraisy yang menawarkan kepadamu dua perkara pasti kamu akan terima salah satunya”.

Jawab Amer: Benar.
Kata Ali: Aku ajak kamu kepada Allah dan Rasul-Nya serta ke dalam lslam’.
Jawab Amer: Aku tidak butuh pada ajakanmu.
Kata Ali: Kalau begitu aku ajak kamu bentanding. .
Jawab Amer: “Mengapakah kamu ajak demikian hai anak saudaraku? Demi Allah aku tidak ingin membunuhmu’.
Kata Ali: Akan tetapi aku ingin sekali untuk membunuhmu. Mendengar ucapan Ali bin Abi Thalib, Amer terkesirap darahnya. kemudian ia maju ke depan Ali untuk berperang tanding. Keduanya saling beradu kekuatan sampai Ali dapat membunuhnya.

Setelah mengetahui Amer bin Abdu Wuud. dua orang Quraisy tersebut kemudian molaikan diri. Selain itu. di antara orang-orang Quraisy ada lagi yang berhasil menerobos parit. ialah Naufal bin Mughirah. Namun malang baginya. Zubair bin Awwam telah berhasil membelah tubuhnya.
Meskipun dalam perang tanding kaum Quraisy kalah, namun mereka torus mengepung kota Madinah dengan sangat ketat. dari hari ke hari. Sehingga menyebabkan berbagai kesulitan yang dialami kaum Muslimin, Seperti kelaparan. kedinginan dan lain-lain. Sementara itu Bani Quraidhah mulai menyusup dan menakut-nakuti benteng-benteng kaum Muslimin yang dipakai tempat tinggal para Istri Nabi dan shahabat, Pada saat-saat yang teramat genting itulah Rasulullah tidak putus-putusnya memohon kepada Allah seraya berdo’a:

Artinya “Ya Allah tolaklah kejahatan mereka itu dari kami, tolonglah kami mengalahkan mereka dan kalahkanlah mereka itu. tidak ada yang mengalahkwi mereka selain Engkau”.

Beliau juga berdo’a:

"Ya Allah yang menurunkan kitab, yang cepat menghisap, musnahkanlah Ahzab, Ya Allah musnahkanlah mereka itu dan goncangkanlah mereka itu".
Demikanlah Rasulullah dalam saat-saat kritis terus senantiasa berdoa, meningkatkan ruhiyah dan taqarrub ilallab. sambil terus berupaya mencari jalan keluar dari kepungan musuh yang datang dari berbagai arah.

Nuaim Bin Mas’ud Masuk Islam
Di saat-saat Rasulullah dan pasukan kaum Muslimin menghadapi keadaan yang sangat genting. dicekam rasa takut, dan menderita berbagai kesulitan dan kesengsaraan karena kepungan tentara Ahzab selama beberapa hari. datanglah salah seorang dari suku Ghathalan bernama Nuaim bin Masud kepada Rasulullah menyatakan keislamannya. katanya: 

"Ya Rasulullah sesungguhnya aku telah masuk Islam. dan kaumku tidak mengetahui akan keislamanku. Karena itu perintahkanlah kepadaku sesukamu. Rasulullah menjawab:  
"Di antara kita, engkau adalah satu-satunya orang yang dapat melaksanakan
tugas itu. Bila engkau sanggup lakukanlah tugas itu untuk meringankan kami Ketahullah bahwa peperangan sesungguhnya adalah tipu muslihat".


Sebelum màsuk Islam, Nuaim menjalin pershahabatan dengan Bani Quraidhah dan juga Quraisy. Setelah masuk Islam, dan juga untuk menjalankan siasatnya Ia mendatangi Bani Quraidhah untuk membuat keraguan di hati kaum Yahudi. Beliau menjelaskan tentang ketidak ikhlasan kaum Quraisy dan Ghathafan dalam koalisi Ahzab ini. Ia menjelaskan pula akan bahaya yang menimpa jika mereka melibatkan diri dalam konfrontasi melawan kaum Musliim. Untuk itu Nuaim menyarankan agar mereka tidak terlibat porang bersama kaum Quraisy dan Bani Ghathalan. sebelum mereka menyerahkan beberapa tokoh yang terkemuka dan orang-orang Quiaisy sebagai sandera. Usulan ini diterima baik oleh kaum Yahudi Bani Quraidhah, Selanjutnya Nuaim bin Mas’ud mendatangi suku Quraisy. Dengan penuh pura-pura Ia menunjukkan keikhlaasnnya serta memberikan saran. Beliau menyatakan bahwa orang-orang Yahudi (Bani Quraidhah) menyesal atas perjanjian yang telah dibuat dengan kaum Quraisy. Dan mereka secara rahasia telah mengadakan kesepakatan bersama Rasulullah. Mereka äkan meminta beberapa orang terkemuka Qunaisy sebagai tanggungan mereka agar dapat diserahkan kepada Nabi saw. dan kaum Muslimin untuk dibunuh, Karena itu Ia menasehati kaum Quraisy, jika orang Yahudi Itu datang kepada kalian untuk meminta beberapa orang sebagai sandera. janganlah kalian menyerahkan seorangpun kepada mereka. Setelah itu Nuaim juga atangi Bani Ghathafan untuk membuat keraguan pada mereka seperti yang dilakukan terhadap kaum Quraisy).

Demikianlah. dengan siasat Nuaim ini. kedua suku itu mulai timbul perasaan ragu dan benci terhadap orang-orang Yahudi. Setiap golongan merasa khawatir dan curiga terhadap golongan lain.
Ketika Abu Sufyan dan pemuka-pemuka Ghathafan mengajak Bani Quraidhah untuk
segera melancarkan operasi penyerangan terhadap markas-markas kaum Muslimin. kaum Yahudi menolak. Dengan alasan hari itu adalah hari Sabbat (Sabtu). dilarang bagi kaum Yahudi untuk melanggar kehormatan hari Sabbat. Selain itu kaum Yahudi menuntut kau\m Quraisy dan Ghathafan untuk diserahkan beberapa orang sebagai sandera. dan tanggungan buat mereka. Dengan permintaan ini, kaum Quraisy dan Ghathalan merasa yakin akan kebenaran Nuaim. Tentu saja orang-orang Quraisy dan Ghathafan menolak permintaan Yahudi ini. Dengan penolakan ini, kaum Yahudi murasa yakin pula akan kebenaran Nuaim. Sehingga kedua belah pihak saling mencela dan terpecah belah.

Kemudian mereka (Quraisy dan Ghathafan) mengirim seorang utusan lagi kepada kaum Yahudi Bani Quiaidhah. dan mengatakan: “Kami tidak akan memberi jaminan kepada kamu seorangpun dari ketua dan kepala kami. Maka jika kamu ingin berperang, berperanglah sendiri”. Jawab orang-orang Yahudi: “Demi Allah kami tidak akan berperang bersama kamu. kecuali jika dan pihak kamu memberi jaminan orang kepada kami.) Karena kaum Quraisy dan Ghathafan tidak bersedia memenuhi pormintaan Bani Quraidhah. akhiinya keluarlah Bani Quraiadhah dan koalisi al-Ahzab sebelurn terjadi peperangan. Demikian pula kaum Quraisy dan Ghathafan. keduanya meninggalkan rencana penyerangannya.

0 komentar: