Manusia dalam kehidupannya sering dihadapkan pada beberapa pilihan. yang tentu saja kesemuanya itu mengandung risiko. Tidak jarang dalam kondisi yang demikian, manusia hanya mau cari amannya saja. tanpa mempertimbangkan pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt kelak. Sebab dalam masalah yang sifatnya mukhayyar (beralternatif) kita akan dituntut pertanggungjawaban. Untuk itu, ada baiknya kita merujuk kepada bimbingan Rabbani agar tidak berlarut-larut dalam kebingungan. Allah swt. berfirman :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Artinya: Dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertangunganjawabnya. (al-Isra:36).
Ayat ini mengingatkan kita agar tidak gampang terpengaruh. Segala sesuatu yang akan kita ikuti, kita sikapi dan kita pilih harus betul-betul berdasarkan ilmu dan pemahaman. Meskipun para propagandis, dengan kelincahan lidahnya dan keindahan retorikanya demikian memukau. Kita harus sadar bahwa kesemuanya itu akan dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini seorang Muslim yang telah diberi pedoman oleh Allah swt. tentu saja tidak akan mudah menjadi pak turut yang tanpa dasar Ilmu dan pemahaman.
Ustadz Sayid Quthb dalam Zhilalnya. ketika mengomentari ayat ini mengatakan: “Meskipun ayat ini pendek, tetapi mengandung manhaj yang sempurna tentang penyikapan terhadap sesuatu. Islam menanamkan kepada kita agar bersikap ilmiyah yang dibarengi dengan keistiqamahan hati dan kesadaran terhadap adanya muraqabah (pengawasan) Allah swt. Dari situ dapat kita lihat betapa unggulnya Islam bila dibandingkan dengan teori ilmiyah mutakhir yang kering itu”.
Di ayat lain Allah Swt berfirman :
Ayat ini mengingatkan kita agar tidak gampang terpengaruh. Segala sesuatu yang akan kita ikuti, kita sikapi dan kita pilih harus betul-betul berdasarkan ilmu dan pemahaman. Meskipun para propagandis, dengan kelincahan lidahnya dan keindahan retorikanya demikian memukau. Kita harus sadar bahwa kesemuanya itu akan dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini seorang Muslim yang telah diberi pedoman oleh Allah swt. tentu saja tidak akan mudah menjadi pak turut yang tanpa dasar Ilmu dan pemahaman.
Ustadz Sayid Quthb dalam Zhilalnya. ketika mengomentari ayat ini mengatakan: “Meskipun ayat ini pendek, tetapi mengandung manhaj yang sempurna tentang penyikapan terhadap sesuatu. Islam menanamkan kepada kita agar bersikap ilmiyah yang dibarengi dengan keistiqamahan hati dan kesadaran terhadap adanya muraqabah (pengawasan) Allah swt. Dari situ dapat kita lihat betapa unggulnya Islam bila dibandingkan dengan teori ilmiyah mutakhir yang kering itu”.
Di ayat lain Allah Swt berfirman :
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ
اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُوَقَالَ
الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ
مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ
أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ
النَّارِ
Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita betapa buruknya akibat yang dirasakan oleh para pak turut yang terlalu gampang dipengaruhi. Akhirnya mereka menyesal setelah tahu bahwa janji-janji yang dihamburkan demi kepentingan Sesaat itu ternyata bohong belaka. Di akhirat para tokoh yang banyak diikuti itu ternyata tidak dapat berbuat apa-apa. Para pengikut yang tersesat itupun mengutuk pemimpin-pemimpin yang menjerumuskan itu.
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا
وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَارَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ
الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
Kemarahan dan kekecewaan itu dilampiaskan dengan permintaan kepada Allah agar mereka di izinkan untuk menginjak-injak para pemimpin yang menjauhkan mereka dari kebenaran itu.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا اللَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ
الْجِنِّ وَالْإِنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ
الْأَسْفَلِينَ
Tetapi para penyesat itu menjawab kecaman tersebut dengan sikap mengejek. agar mereka tidak usah mempersalahkan orang lain, salahkanlah diri sendiri, toh sejak dulu sudah dijelaskan demikian adanya.
Dan berkatalah Syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinva. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu. melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencelaku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu mendapat .siksaan yang pedih (lbrahim: 22).
Kemudian Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ
اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا
يَخْرُصُونَ
Dari ayat ini dapat kita fahami bahwa banyak belum tentu benar. Sebab kebenaran itu bukan kuantitatif. tetapi kualitatif. Kebenaran itu tidak ditentukan oleh banyaknya pengikut, selalu menang dalam berbagai perlombaan. tetapi kebenaran itu ditentukan oleh materi kebenaran itu sendiri, yaitu yang bersumber dari Dzat Yang Maha Benar. Allah swt.
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ ۚ قُلِ اللَّهُ
يَهْدِي لِلْحَقِّ ۗ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ
يُتَّبَعَ أَمَّنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَىٰ ۖ فَمَا لَكُمْ
كَيْفَ تَحْكُمُونَ
Sebenamya dalam kehidupan di dunia ini memang hanya ada dua kelompok-Kelompok pendukung kebenaran dan kelompok pendukung kebatilan, hizbullah dan hizbusy syaithan. waliyullah dan waliyusysyaithan. Perbedaan di antara keduanya sudah sangat jelas. sebagaimana diungkapkan oleh Syeikhul Islam lbnu Taimiyah rahimahullah dalam kitabnya, al-Furqan baina auliyairrahman wa aulisyisy syaithan (pembeda di antara waliyarrahman dan waliyusy syaithan).
Semoga kita tidak termasuk orang yang gampang terseret oleh arus hizbusy-syaithan, golongan yang berafiliasi kepada syaithan. Meskipun tidak jarang mereka menggunakan bahasa yang menarik dan berpoleskan bahasa agama. Sebab memang ada,
para penyeru (juru da’wah) yang mengajak ke neraka). yang dijelaskan oleh Nabi saw. bahwa mereka itu kulitnya sama dengan kita, tidak harus orang asing, bahasanya sama dengan kita. berargumentasi dengan pendekatan agama. Tetapi pada hakikatnya mereka menjauhkan manusia dari hidayah Allah swt. Mereka mengeluarkan manusia dari nur (cahaya Islam) kepada zhulumat (kegelapan jahiliyah).
Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga,). dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam) (Yunus:25).
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar rahmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan (Ibrahim: 28).
Mudah-mudahan kita tetap bersama-sama aulia Allah yang istiqamah.
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah’ itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa (Yunus:62-63).
Akhirnya. kita berdoa kepada Allah swt. semoga kita tetap dibimbing-Nya di dalam kebenaran.
"Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai kebenaran, dan berilah kepada kami kemampuan untuk mengikutinya, berpihak kepadanya. Demikian juga kebhatilan sebagai kebhatilan, dan kuatkanlah kami untuk menjauhinya".
0 komentar: